RSS

Hari Ke 7 : Obertraun – Munich (Salzburg)

25 Feb

Oleh : Vicky Kurniawan

Pagi-pagi terbangun oleh suara alarm di handphone, uhhhh dengan mata setengah melek mulai mengintip jam berapa sekarang. Ternyata sudah jam 5 pagi, bergegas bangun dari tempat tidur untuk mandi dan sholat shubuh. Sebetulnya males banget harus bangun dan check out pagi-pagi. Tapi apa daya hari ini kita harus segera pergi ke Salzburg dilanjutkan ke Munich. Jadi untuk menyegarkan mata saya membuka jendela mengharapkan melihat gunung pagi ini, ternyata yah hari masih gelap. Saya lupa kalau saat musim semi di bulan Mei seperti sekarang ini, matahari akan terbit sekitar pukul setengah enam dan terbenam sekitar jam setengah sembilan malam. Jadi waktu kita kemarin pulang ke hotel hampir jam 8 malam, suasana diluar masih terang benderang. Itulah salah satu alasan mengapa saya suka traveling di musim semi karena waktu terangnya lebih panjang.

Suasana Obertraun sekitar jam setengah delapan malam

Suasana Obertraun sekitar jam setengah delapan malam

Ketika nasi di rice cooker matang dan sarapan siap, kami bertiga makan di teras sambil menikmati pemandangan pagi yang indah disertai hawa segar pegunungan. Kami sengaja tidak makan sarapan pagi dari hotel karena pasti menunya roti. Rencananya sarapan pagi dari hotel akan kita bawa sebagai bekal di jalan. Kebetulan saat check inn tadi malam kami memberitahu petugas resepsionis yang super ramah kalau mau check out pagi-pagi. Dia bilang kalau resepsionis akan buka jam 8 pagi jadi kalau mau check out diluar jam itu cukup meletakkan kunci saja di meja. Di luar dugaan dia juga bilang akan meletakkan sarapan pagi kami di meja resepsionis. Jadi sambil check out bisa sekalian mengambil jatah makan pagi. Tidak lupa kami ingatkan kalau bisa menunya vegetarian saja jadi tidak usah pakai daging. Untuk mempermudah urusan sengaja bilang vegetarian, soalnya malas banget kalau mau menerangkan tentang halal food. Untung saja kami sudah sarapan nasi dan bekal yang dibawa dari Indonesia karena ternyata sarapan paginya seperti sudah diduga terdiri dari sandwhich isi telur ditambah apel besar satu butir dan satu botol air mineral untuk masing-masing orang. Alhamdulillah lumayan untuk mengganjal perut nanti siang.

Transportasi dari Obertraun ke Salzburg 

Selesai check out sekitar jam 7 pagi kami berjalan kaki meninggalkan hotel menuju stasiun. Di salah satu sudut jalan saya melihat sebuah rumah kayu yang cantik dengan cerobong perapian mengepulkan asap dan lampu-lampu yang memancarkan kehangatan dari dalam. Duh, persis cerita-cerita di film. Dalam suasana sedingin dan sesepi ini serasa mengundang untuk tidur lagi didalam 🙂

Salah satu villa yang disewakan di Obertraun (Photo By : Trip Advisor)

Salah satu villa yang disewakan di Obertraun (Photo By : Trip Advisor)

Sambil menunggu kereta api saya mengamati jadwal kereta yang tercetak di brosur. Tapi dibaca berkali-kali kok tidak ngerti juga, serasa memahami kebingungan saya, seorang anak ABG sekitaran SMP yang sama-sama sedang menunggu kereta mengambilkan saya brosur yang tepat. Kami berdua sama-sama tersenyum dan dia menerangkan dalam bahasa Jerman tentang brosur itu. Saya yang tidak paham bahasanya hanya mangut-mangut, tidak sampai hati untuk bilang kalau saya tidak mengerti sama sekali. Untung saya ingat satu kata dalam bahasa Jerman “Danke” (terima kasih). Jadi setelah berterima kasih kepadanya saya cepat-cepat pindah soalnya takut ditanya macam-macam 🙂 . Yang saya kagumi hanya satu yaitu kepekaan dan keramahannya padahal saya tidak bilang apa-apa dan dia juga tidak bertanya apa-apa. Tapi dia mengerti kalau saya kebingungan. Jadi benar juga kalau 55 persen dari komunikasi adalah visual (bahasa tubuh dan kontak mata). Dengan begitu jangan takut kalau traveling ke negara yang tidak mengerti bahasanya.

Obertraun-Dachsteinhöhlen Railway Station

Obertraun-Dachsteinhöhlen Railway Station

Nah kalau sudah punya Eurail Pass seperti kita, transportasi paling murah ke Salzburg adalah menggunakan kereta. Perjalanan kereta dari Obertraun ke Salzburg memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan satu pergantian kereta di stasiun Attnang-Puchheim Bahnhof. Rute kereta dari Obertraun ke Salzburg dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

untitled1

Sampai di stasiun Attnang Puchheim kami bergegas turun untuk naik kereta ke Salzburg. Sambil menunggu kereta, ibu saya berkenalan dengan seorang ibu dan putranya seorang imigran dari Turki. Mulanya mereka saling tertarik karena sama-sama berkerudung. Kemudian dengan bahasa isyarat saling mendekat untuk mengobrol dengan bahasa tarzan. Untung si anak bisa sedikit-sedikit bahasa Inggris jadi ketika ibu saya menceritakan susahnya mencari makanan halal otomatis si ibu mengeluarkan  3 buah roti hangat dari tasnya dan diberikan kepada kita 🙂 . Dia bilang, “Halal, Halal”, he he he. Tidak mau kalah ibu saya mengaduk-aduk tasnya dan memberikan kacang Shanghai yang belum dibuka. Ternyata ibu saya mulai PD kenalan sama orang asing 🙂 .

Luggage Storage di Salzburg HBF 

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang ketika kereta kami sampai di stasiun Salzburg. Disini tanpa makan siang atau istirahat sejenak, kami langsung mencari tempat penitipan bagasi. Sebenarnya kalau punya banyak waktu bisa mampir di OBB Lounges karena salah satu keuntungan bagi pemegang Eurail Pass kelas 1 adalah masuk gratis di OBB Lounges Salzburg HBF. Tempat penitipan bagasi di Salzburg HBF ini terletak di Ground Floor. Gampang ditemukan asal ikuti terus petunjuk jalan bergambar kunci dan koper.

Luggage Storage di Salzburg HBF

Luggage Storage di Salzburg HBF

Cara pengoperasiannya gampang saja tapi harus teliti dan hati-hati. Satu hal yang pasti kita memerlukan uang receh (koin) untuk mengoperasikannya. Langkah pertama,  pilih loker kosong yang ditandai dengan lampu menyala berwarna hijau dan pintunya terbuka. Masukkan barang kedalamnya. Ingat jangan overload karena lemari bisa rusak kalau kita menutupnya secara paksa. Informasi ukuran dan sewa loker bisa dilihat disini . Setelah barang sudah masuk, tutup pintu sampai lampu hijau berubah menjadi merah. Langkah kedua,  ikuti arah panah yang berada di lemari loker untuk menuju Pay Point dan ikuti instruksi pembayaran disana. Meskipun kecil arah panah ini berperan penting karena di stasiun Lucerne, kami mengabaikan tanda panah ini dan langsung menuju Pay Point terdekat. Akibatnya kami membayar loker yang salah dan harus keluar uang lagi untuk membayar loker yang benar. Langkah ketiga, setelah terbayar, tiket pengambilan yang berisi nomer loker akan keluar. Simpanlah tiket itu baik-baik karena tiket yang rusak akan didenda. Karena barang kita banyak (2 backpack, satu koper kecil dan satu koper besar) maka kita menyewa satu loker besar seharga E 3.5.

Petunjuk penyimpanan dan pengambilan barang di loker

Petunjuk penyimpanan dan pengambilan barang di loker

Salzburg Card

Seperti kota-kota lain di Eropa, beberapa atraksi utama di Salzburg membentuk suatu asosiasi dan menerbitkan sebuah kartu diskon yang bernama Salzburg Card. Dengan kartu ini kita bebas masuk ke beberapa atraksi atau paling tidak mendapat diskon besar-besaran. Sebagai tambahan, pemegang Salzburg Card juga bebas menggunakan semua transportasi yang ada di Salzburg. Kartu ini bisa dibeli di airport, stasiun kereta, hotel dan tourist information centres. Tersedia dalam 3 pilihan (24,36 dan 72 jam). Terus terang kartu ini menurut saya harganya sangat mahal terutama yang untuk 24 jam (harga bisa dicek disini ). Nah yang menjadi pertanyaan apakah kartu ini bermanfaat?. Berdasarkan pengalaman pribadi setelah mencoba Salzburg Card yang 24 jam, efektif atau tidaknya kartu ini sangat tergantung pada gaya travelingmu. Bila kamu suka santai (tidak suka pindah-pindah dan naik turun bis) dan waktumu hanya sehari (24 jam) lebih baik tidak usah beli kartu ini. Tapi kalau kamu tinggal disini lebih dari sehari dan ingin melakukan hal-hal touristy seperti naik kapal atau mengunjungi kastil dan banyak berpindah tempat maka kartu ini akan sangat efektif.

Salzburg Card

Salzburg Card

Untuk menjelajah kota Salzburg ini saya membeli Salzburg Card untuk 24 jam. Saat itu harganya masih E 26 (sekarang sudah naik) yang saya beli di Tourist Office (platform 2 A) di Salzburg HBF. Supaya tidak rugi, dari brosurnya saya pilih atraksi yang paling mahal (brosurnya dapat didownload disini ). Akhirnya pilihan jatuh pada 5 tempat yaitu : Hellbrunn Castle, Mt. Untersberg, Mozart’s Birthplace, Salzach Cruise dan Hohensalzburg Fortress. Bila saya sukses menjelajah semua tempat itu, saya akan hemat sekitar E 42.8 dengan membeli Salzburg Card. Yang tidak saya perhitungkan disini adalah lamanya perjalanan dari Obertraun ke Salzburg. Diatas kertas, saya perkirakan kita akan sampai di Salzburg kurang lebih jam 9 pagi jika berangkat dari Obertraun jam setengah tujuh. Tapi kenyataannya walaupun kita sudah berangkat pagi ternyata kita sampai di Salzburg tengah hari sekitar jam 11.30 siang. Jadi ada beberapa tempat seperti Mozart’s Residence dan Salzach Cruise yang tidak bisa saya kunjungi karena sudah tutup atau jadwalnya terlewat. Tapi tetap saja saya hemat E 17.8 plus E 6 sebagai biaya naik bis. Jadi saran saya, bila waktumu hanya setengah hari jangan membeli Salzburg Card. Jelajahi saja Salzburg Old Town sesuai dengan rute walking tour yang disarankan oleh bigboy travel disini , atau bagi penggemar film “The Sound of Music” bisa melakukan walking tour sendiri seperti yang tertulis disini .

Salzburg

Terus terang motivasi untuk mengunjungi Salzburg ini muncul karena keseringan menonton film “The Sound of Music” nya Julie Andrews. Yah, Salzburg memang menjadi setting utama film tersebut padahal faktanya tidak banyak orang Salzburg yang menonton film ini. Melihat bukit-bukitnya yang menghijau, sungai Salzach yang bening dan segar serta villa keluarga Von Trapp yang berada di pinggir danau dan gunung sudah cukup menawan hati saya. Tapi ketika berkesempatan mengunjungi Salzburg ternyata saya malah tidak ikut Tour Sound of The Music karena dari hasil riset ternyata harga turnya mahal-mahal. Kalau mau dilakukan sendiri butuh waktu lebih dari sehari untuk mengunjungi tempat-tempat yang berada di luar kota sedangkan saya hanya punya waktu setengah hari disini. Tapi ternyata Salzburg memang tidak hanya Sound of The Music saja karena beberapa tempat yang saya kunjungi disini sangat menarik hati. Penjelajahan di Salzburg saya mulai dari titik terjauh yaitu Hellbrunn Castle dan Mt. Untersberg sebelum kembali ke Salzburg untuk menjelajahi old town nya. Gambaran rute dari Salzburg ke kedua tempat tersebut bisa dilihat pada peta berikut ini.

Semua rute diatas saya tempuh dengan menggunakan StadtBus yang biayanya gratis karena saya mempunyai Salzburg Card. Beberapa tempat yang saya kunjungi di Salzburg antara lain :

1. Schloss Hellbrunn (Hellbrunn Castle)

Setelah menitipkan backpack dan membeli Salzburg Card, kami keluar dari stasiun. Persis di depan stasiun terdapat terminal bis besar yang dikenal dengan nama Südtiroler Platz. Disinilah tempat jaringan bis dalam kota mangkal. Peta Südtiroler Platz dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

1389107780-807439207

Untuk menuju Hellbrunn Castle dari Salzburg HBF bisa naik bis no. 25 (di line 1) jurusan Fahrplanaushang turun di Salzburg Schloss Hellbrunn (pemberhentian no. 22). Jadwal dan nama pemberhentian bis no. 25 dari Salzburg HBF ke Schloss Hellbrunn dapat dilihat disini. Kastilnya berjarak kurang lebih 500 mt dari halte ini. Hellbrunn begitu terkenal sehingga mencari bisnya juga mudah karena namanya akan tertera di plang haltenya. Nah, apa sih yang membuat kastil ini begitu terkenal ?. Yang membedakan kastil ini dari kastil-kastil lain di Eropa adalah Wasserspiele, atau trick fountains nya. Selain itu bagi penggemar film “The Sound of Music” bisa berfoto di gazebo berkaca saat Liesl menyanyikan lagu “I am Sixteen going on Seventeen”. Kebetulan gazebonya memang terletak di salah satu pojokan taman Hellbrunn Castle.

Ini penampakan gazebonya. Lebih terlihat klasik di filmnya

Ini penampakan gazebonya. Lebih terlihat klasik di filmnya

Sebenarnya kalau mau berkeliaran saja di taman-tamannya bisa gratis, tapi kalau masuk ke kastil dan taman dengan trick fountains harus bayar kurang lebih E 12.5 (gratis kalau punya Salzburg Card). Jadi sambil menunggu jadwal tur ke Trick Fountains nya, kita sempatkan masuk dulu ke kastilnya. Dengan menunjukkan Sazlburg Card, kita akan dipinjami seperangkat audio guide sesuai bahasa yang diminta. Schloss Hellbrunn ini sebenarnya adalah Summer Palace sebuah istana yang digunakan untuk perayaan, untuk liburan dan kesenangan. Dibangun pada abad ke 16 untuk seorang pangeran sekaligus Archbishops Salzburg, Markus Sittikus. Saat itu membangun sebuah Summer Palace memang dianggap sangat bergaya dan seseorang dengan kekuasaan dan kekayaan seperti Markus Sittikus mampu membangun Summer Palace seunik Hellbrunn hanya dalam jangka waktu 3 tahun. Sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai tempat persinggahan sementara, Hellbrunn Castle tidak memiliki kamar tidur. Markus Sittikus biasanya singgah sebentar di Hellbrunn sebelum malamnya kembali ke Salzburg. Selama 400 tahun tidak banyak hal yang berubah di Hellbrunn kecuali di masa sekarang rakyat biasapun bisa menyewa kastil ini untuk berbagai perayaan termasuk ulang tahun dan pernikahan.

Bagian depan dan bagian dalam Hellbrunn Castle

Bagian depan dan bagian dalam Hellbrunn Castle

Setelah menjelajahi bagian dalam istana, kami menjelajahi taman-taman di seputaran Hellbrunn. Taman seluas 60 hektar ini tidak mungkin dijelajahi semua, jadi kami memilih beberapa spot yang penting seperti The Sound Of Music Pavillion dan kolam ikannya. Sebenarnya kalau tidak capek bisa juga menjelajah sampai kebun binatang dan museumnya. Sayang waktu yang kita miliki hanya terbatas, jadi setelah menjelajah taman kami menuju ke Trick Fountains nya karena guided tour menuju taman itu akan segera dimulai. Jam untuk guided tour ini tertera di tiket masuk yang ditukar dengan Salzburg Card.

Taman-Taman di Hellbrunn Castle

Taman-Taman di Hellbrunn Castle

Trick Fountain ini merupakan ide dari Markus Sittikus yang terkenal dengan selera humor dan hobinya yang suka “mengerjai” para tamu dan teman-temannya. Saat musim panas, ketika suhu sedang panas-panasnya, Markus biasa mengundang teman-teman atau tamu-tamunya untuk berkunjung ke Hellbrunn. Nah, disinilah mereka dikerjai habis-habisan dengan permainan air yang berada di tamannya. Para tamu (termasuk saya) akan sulit mengira dimana letak jebakannya karena semua pancuran dan semprotan air tersebut tersembunyi diantara berbagai desain bangunan dan hiasan. Salah satu jebakan yang menghibur hati adalah satu set meja makan dengan 6 kursi saling berhadapan di masing-masing sisi dan 2 kursi yang berada di ujung meja. Bisa dibayangkan saat Markus menjamu tamu-tamunya tiba-tiba ke 6 kursi yang diduduki tersebut menyemprotkan air ke celana para tamu. Tentu saja kursi yang diduduki Markus adalah pengecualiannya 🙂 .

Meja Makan dengan jebakan

Meja Makan dengan jebakan

Terkadang kalau kita sedang serius mendengarkan penjelasan guidenya tiba-tiba ada air menyemprot dari arah bawah. Kemudian saat lewat di pintu gerbang, tiba-tiba hiasan di pintunya menyemprotkan air. Jadi kalau ikut guided tour ke taman ini bersiap-siaplah untuk basah-basahan karena hampir semua sudutnya berpotensi menyemprotkan air. Salah satu tempat teraman adalah posisi paling dekat dengan guide karena dari awal sampai akhir hanya dia saja yang tidak basah 🙂 . Pokoknya saya jadi parno kalau berdiri-berdiri disini. Sebelum mengambil posisi selalu celingak celinguk dulu berusaha mengira-ngira dimana letak semprotannya 🙂 .

Susah kan mengira-ngira dimana letak jebakannya.

Susah kan mengira-ngira dimana letak jebakannya.

Selain kesenangan melihat peserta tour saling basah-basahan, satu hal yang membuat saya kagum adalah kecanggihan teknik jebakannya. Ingat taman ini dibangun kurang lebih 400 tahun yang lalu, dengan keterbatasan kondisi dan sumber daya mungkin taman ini merupakan taman tercanggih di jamannya. Kecanggihan mekaniknya terlihat jelas saat pertunjukan musik di Mechanical Theatre-nya. Tempat ini berupa kubah besar berjendela yang menempel disalah satu sudut taman. Di dalam kubah ini dibangun miniatur sebuah kota dengan 200 boneka yang menggambarkan berbagai macam profesi. Diiringi suara organ, boneka-boneka ini memalu, menjahit, menggergaji sesuai dengan pekerjaannya dan disini lagi-lagi air lah yang menjadi penggerak utamanya.

Mechanical Theatre di Hellbrunn Castle

Mechanical Theatre di Hellbrunn Castle

Bukan itu saja, disepanjang kanal yang mengelilingi Mechanical Theatre ini terdapat kurang lebih 10 buah gua kecil yang didalamnya terdapat boneka-boneka mini yang digerak-gerakkan dengan air. Sebagian besar menggambarkan sebuah profesi dan sebagian lagi menggambarkan bagian-bagian cerita dari mitologi Yunani. Konon, agar kerahasiaan jebakan di taman ini tidak terbongkar, Markus selalu menambahkan trik jebakan baru dan selalu mengundang teman-temannya berganti-ganti dari berbagai kalangan sehingga tamu-tamu yang diundang tetap akan mendapat kejutan.

Boneka-Boneka Kecil di Grotto Mechanical Theatre

Boneka-Boneka Kecil di Grotto Mechanical Theatre

Hari semakin siang ketika kami selesai mengikuti guided tour di Trick Fountains. Durasi tournya sendiri kurang lebih 45 menit jadi tanpa terasa sudah 2.5 jam kami habiskan disini. Jadi usai melihat Trick Fountains kami cepat-cepat meninggalkan Hellbrunn Castle untuk menuju tujuan kami berikutnya yaitu Mt. Untersberg. Informasi lebih lanjut tentang Hellbrunn Castle bisa dilihat di website resminya disini

2. Mt. Untersberg

Terletak kurang lebih 16 km sebelah selatan Salzburg, gunung ini begitu terkenal sehingga dimunculkan di awal dan akhir film The Sound of Music. Secara geografis, jajaran pegunungan ini dimiliki oleh dua negara yaitu Jerman dan Austria dengan 2/3 area berada di negara Jerman. Selain pemandangan yang indah dari puncaknya, gunung ini juga terkenal dengan gua-guanya. Kurang lebih terdapat 400 gua yang sudah pernah dieksplore tapi yang paling terkenal adalah Schellenberger Eishöhle sebagai satu-satunya Ice Cave di Jerman. Disamping itu selama hampir 2000 tahun, Mt. Untersberg adalah penghasil marmer terbaik. Dari abad pertengahan sampai abad ke 19 gunung ini seperti Carrara-nya Jerman dan Austria dimana marmer terbaik dan terindah dihasilkan. Salzburg Cathedral adalah salah satu bangunan yang dihiasi dengan marmer Untersberg.

Pemandangan dari salah satu puncak Mt. Untersberg

Pemandangan dari salah satu puncak Mt. Untersberg

Ada dua cara untuk mencapai puncak gunung ini yaitu dengan hiking dan dengan menggunakan Cable Car. Dengan waktu yang sangat terbatas, tentu saja saya memilih cara yang kedua yaitu dengan naik cable car. Apalagi tiket naik Cable Car ini gratis bila memiliki Salzburg Card, bila tidak punya kartu harus bayar E 22 untuk naik dan turun. Transportasi dari Hellbrunn Castle menuju pangkalan cable car Mt. Untersberg (Untersbergbahn Talstation) dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

untitled

DSCN1021

Halte bis Schloss Hellbrunn

Perjalanan dari Schloss Hellbrunn menuju pangkalan Cable Car Mt. Untersberg memakan waktu kurang lebih 30 menit termasuk waktu tunggu bis. Sesampai di stasiun sudah tampak antrian panjang untuk naik Cable Car. Setelah menunjukkan Salzburg Card kami diperkenankan masuk ke dalam Cable Car-nya. Sebelum naik jangan lupa perhatikan jam naik turun cable car karena bila kita keasyikan diatas dan ketinggalan cable car bisa-bisa turunnya kita harus trekking. Padahal walking trails-nya sangatlah jauh.

Stasiun Cable Car ke Mt. Untersberg (atas) dan Jam operasional Cable Car (bawah)

Stasiun Cable Car ke Mt. Untersberg (atas) dan Jam operasional Cable Car (bawah)

Perjalanan ke puncak dengan menggunakan Cable Car ini akan berlangsung kurang lebih 10 menit. Pertama kita akan diangkat naik sampai ketinggian 1320 meter ke puncak Geiereck spur yang tingginya 1776 meter kemudian dilanjutkan dengan rute mendatar sejauh kurang lebih 2.5 km menuju puncak. Walaupun durasinya hanya sebentar tapi patut saya akui berkali-kali naik Cable Car di berbagai kesempatan (di Malaysia, Hongkong dan Jepang) hanya disinilah pemandangannya sangat berkesan sehingga tanpa terasa air mata saya menitik dan bibir saya tidak henti-hentinya memuji kebesaran Allah. Pada saat perjalanan naik, kita akan disuguhi pemandangan indah dari Salzburg Basin dan daerah Berchtesgaden dengan gunung, hutan, sungai dan kota berpadu menjadi satu. Saat perjalanan mendatarpun pemandangannya juga sangat mengesankan karena jarak cable car yang begitu dekat dengan gunung membuat kita seolah-olah dapat meraih sisa-sisa salju yang menempel di tebingnya. Salah satu yang bikin ngeri dan deg-degan itu ketika lewat disalah satu tiang pengerek yang posisinya seolah-olah miring dan asal ditancapkan saja di tebing. Tapi jangan kuatir cable car ini aman kok walaupun sudah berusia 53 tahun.

Perjalanan naiknya securam ini

Perjalanan naiknya securam ini

Perjalanan dengan Cable Car Mt. Untersberg

Perjalanan dengan Cable Car Mt. Untersberg

Sesampai di puncak, sekitar 20-30 meter terdapat rumah kayu kecil yang berfungsi sebagai cafe. Di halamannya terdapat beberapa kursi kayu yang enak sekali dibikin duduk-duduk sambil melihat pemandangan sekitar. Ibu yang sudah kelelahan, kami tinggalkan disitu dan kami mendaki terus menuju semacam tiang pemancar di puncaknya. Sekali-sekali kami berhenti untuk mengagumi pemandangan. Disini untuk pertama kalinya kami ketemu dengan salju walaupun saljunya bukan salju baru karena teksturnya sangat keras. Tapi lumayanlah bisa meraba-raba dan merasakan dinginnya. Selain di tiang pemancar ini sebenarnya ada satu tempat pemberhentian lagi untuk melihat pemandangan. Agak jauh keatas puncak terdapat tanda salib besar. Sebenarnya kami sudah hiking menuju kesana, tapi di tengah jalan kami memutuskan untuk kembali karena baru ingat kalau jam terakhir Cable Car adalah jam 5 sore. Dengan waktu yang mepet kami perkirakan tidak akan sempat sampai ke puncak. Padahal kalau sampai disitu mungkin pemandangannya akan lebih bagus lagi.

Pemandanga menuju puncak dan jalur hikingnya

Pemandangan menuju puncak dan jalur hikingnya

Setelah menjemput ibu di cafe, kami kembali ke stasiun cable car tepat pada waktunya sebelum jam beroperasinya berakhir. Nyaris saja terlambat karena yang akan kami naiki ini adalah cable car terakhir. Dari gunung Untersberg ini, kami naik bis kembali ke Salzburg untuk menjelajahi kota tuanya yang cantik. Transportasi dari stasiun Cable Car menuju Salzburg Town dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

untitled2

Salzburg Theatergasse adalah pemberhentian no. 34 dari Untersbergbahn. Jadwal dan nama halte pemberhentian bis no. 25 dari Untersbergbahn menuju Salzburg HBF dapat dilihat disini.

3. Walking Tour Old Town Salzburg (Alstadt)

Turun di pemberhentian bis Theatergasse, kami cepat-cepat berjalan menuju Ferdinand Hanusch Platz yang merupakan pangkalan Salzach Cruise. Maunya sih ikutan naik perahu ini tapi apa daya kami terlalu terlambat dan ketinggalan jam pemberangkatan yang paling akhir. Bagi pemegang Sazburg Card, Salzach Cruise menawarkan pelayaran gratis selama 40 menit membelah sungai Salzach untuk menikmati keindahan kota Salzburg dari atas sungai. Bila tidak memiliki Salzburg Card, maka untuk menikmati fasilitas ini kita harus membayar E 15. Kalau ingin duduk diluar atau di deck harus nambah lagi E 3.  Untuk pemegang Salzburg Card karena gratis maka harus duduk didalam 🙂 . Jadwal pemberangkatan Salzach Cruise dapat dilihat disini.

Salzach Cruise (Photo by:austriainhd)

Salzach Cruise (Photo by:austriainhd)

Dalam perjalanan menuju pangkalan Salzach cruise kami melewati Makarsteg salah satu jembatan paling modern di Salzburg. Uniknya di kedua sisi pagar jembatan ini banyak digantungi Love Locks atau gembok cinta. Jadi kami berhenti sejenak untuk melihat-lihat tulisan di gembok-gembok tersebut. Ada beberapa yang bentuknya unik tapi banyak juga yang standar. Diatas jembatan ini pemandangannya cukup indah. Saat itu sore sangat cerah jadi kejernihan sungal Salzach dipadu birunya langit dan hijaunya perbukitan yang melatarbelakangi bangunan – bangunan kuno membuat suasana Eropanya jadi semakin terasa.

Makartsteg dan Love Locks nya

Makartsteg dan Love Locks nya

Dari pangkalan Salzach Cruise, kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir yaitu Festung Bahn untuk menuju Hohensalzburg Fotress. Sebenarnya saya sudah memilih beberapa tempat yang kelihatannya bagus untuk dikunjungi karena gratis dengan Salzburg Card dan searah dengan rute menuju Festungbahn. Sayangnya tempat-tempat tersebut tutup jam 5 sore jadi hanya sempat foto-foto saja di depannya. Rute walking tour saya dapat dilihat pada gambar berikut.

Tujuan pertama saya setelah Salzach Cruise adalah Mozarts Geburtshaus yang merupakan rumah tempat kelahiran Mozart. Sebenarnya ada dua museum tentang Mozart di kota ini. Satu lagi bernama Mozart Wohnhaus atau tempat kediaman Mozart (Mozart Residence) yang letaknya dekat dengan Mirabell Garden. Nah yang saya kunjungi ini adalah rumah kelahirannya (Mozart Birthplace). Tiket masuk museum ini E 10 atau gratis bila menggunakan Salzburg Card. Di dalam gedung bertingkat tiga ini disimpan koleksi-koleksi pribadi keluarga Mozart mulai dari peralatan rumah tangga sampai alat musik yang dimilikinya saat kanak-kanak.

Mozart's Birthplace

Mozart’s Birthplace

Dari tempat kelahiran Mozart, kami berjalan kaki menuju Mozartplatz, alun-alun dengan patung Mozart ditengahnya. Yah, Mozart memang menjadi kesayangan kota ini karena dia lahir dan tinggal di Salzburg sampai berumur 25 tahun sebelum pindah ke Wina. Maka tidak heran kalau Raja Bavaria sendirilah yang menjadi donatur utama pembuatan patung ini dimana pembangunannya menuai sedikit kontroversi karena dibangun saat Salzburg sedang mengalami krisis ekonomi akibat perang Napoleon. Tapi terlepas dari pro dan kontra patung ini akhirnya berdiri juga dan menggeser keberadaan patung St. Michael yang sebelumnya berada di tempat itu.

Mozartplatz

Mozartplatz

Dari Mozartplatz kami menuju Salzburg Museum dan Residenzplatz yang masih dalam lingkungan alun-alun itu juga. Salzburg Museumnya tentu saja sudah tutup jadi kita hanya mengunjungi bagian depannya saja. Museum yang masuk dalam jajaran museum terbaik di Eropa tahun 2009 ini memaparkan tentang sejarah, seni dan budaya Salzburg. Tiket masuknya bila tidak menggunakan Salzburg Card adalah E 7. Persis di depan Salzburg Museum terdapat Residenzplatz, satu dari 3 alun-alun penting di Sazburg. Berbeda dengan Mozartplatz, alun-alun ini sangat luas dengan kolam air mancur menjadi pusat utamanya. Air mancurnya sendiri terdiri dari 4 patung kuda yang menyemburkan air dan tercatat sebagai air mancur baroq terbesar diluar Itali. Patung ini juga muncul di film The Sound of Music saat Maria menyanyikan lagu “I Have Confidence in Me”. Saat yang tepat untuk mengunjungi Residenzplatz adalah bulan Desember saat digelar pasar natal di seputar alun-alun ini.

Salzburg Museum dan Residenzplatz

Salzburg Museum dan Residenzplatz

Diseputaran Residenzplatz banyak terdapat tempat-tempat penting dan hampir semuanya gratis untuk dimasuki bila memiliki Salzburg Card. Dua yang menarik perhatian adalah Panorama Museum dan Salzburg Cathedral. Terletak persis di sebelah Salzburg Museum, Panorama Museum berisi lukisan sepanjang 26 meter karya Johann Michael Sattler yang menggambarkan suasana kota Salzburg pada abad ke 18. Lukisannya dibuat sangat detail sehingga untuk mengagumi keindahannya disediakan teropong. Dengan teropong tersebut pengunjung dapat memperhatikan detail kehidupan rakyat Salzburg 200 tahun yang lalu. Tersedia juga layar touch screen untuk membandingkannya dengan keadaan sekarang.

Bagian depan dan bagian dalam Salzburg Panorama Museum (Foto koleksi pribadi dan Salzburg Museum)

Bagian depan dan bagian dalam Salzburg Panorama Museum (Foto koleksi pribadi dan Salzburg Museum)

Terletak kurang lebih 200 mt dari Panorama Museum terdapat Salzburg Cathedral. Sebenarnya bila ada waktu, kunjungan kesini bisa dilakukan setelah berkunjung ke DomQuartier Salzburg yang terletak 50 meter diseberangnya. Di dua tempat ini terdapat museum yang gratis dimasuki bila menggunakan Salzburg Card. Sayangnya kedua museum ini memiliki jam tutup yang sama yaitu jam 5 sore. Jadi kami hanya masuk ke dalam katedral untuk melihat interiornya. Sebagai gereja terpenting di Salzburg, katedral yang dibangun pada abad ke 7 ini mengalami berbagai pembangunan ulang dan renovasi. Kesemuanya akibat kebakaran sehingga yang kita lihat sekarang ini merupakan bangunan abad ke 15 dengan Archbishop Markus Sittikus menjadi pelopor utamanya. Beberapa hal menarik di tempat ini antara lain pancuran tempat Mozart dibaptis serta organ besar yang dihiasi patung-patung malaikat kecil tempat Mozart sebagai organis gereja menciptakan beberapa musik klasik untuk Salzburg.

Salzburg Cathedral

Salzburg Cathedral

Dari Salzburg Cathedral kami berjalan terus melewati Kapitel Platz untuk menuju Festungbahn. Siapa saja yang punya tujuan ke arah benteng pasti melewati alun-alun ini. Terasa sangat luas seperti juga Residenplatz, alun-alun ini dikelilingi oleh beberapa bangunan penting antara lain Dompropstei (kantor katedral) dan Erzbischolfliches Palais yang menjadi tempat kediaman resmi para Archbishop Salzburg. Tapi yang paling menonjol adalah adanya papan catur raksasa yang sore itu dimainkan oleh beberapa orang. Seru juga nonton mereka main. Selain itu di alun-alun ini juga terdapat patung pria sedang berdiri di bola emas. Patung ini bernama “Sphaera” karya Stephen Balkenhol yang merupakan bagian dari Art Project dari Salzburg Foundation. Rencananya patung ini akan dipasang selama 10 tahun sebelum diganti dengan Art Project yang lain.

Kapitelplatz (Foto koleksi pribadi dan salzburginfo)

Kapitelplatz (Foto koleksi pribadi dan salzburginfo)

Di Kapitelplatz ini terdapat sebuah jalan kecil yang mengarah pada Festungbahn, sebuah kereta api (Funicular Railway) yang digunakan untuk mengangkut pengunjung menuju Hohensalzburg Fortress. Dengan Salzburg Card naik kereta ini gratis, bila tidak tiketnya E 8.40 untuk naik dan turun bagi perjalanan kurang dari satu menit. Walaupun penampakan keretanya sangat modern, jalur kereta ini sebenarnya sudah dibuka dari abad ke 18. Sejak itu terjadi beberapa perbaikan dan penggantian kereta. Yang terakhir adalah kereta dari tahun 2011 yang dapat memuat 55 orang sekali jalan. Uniknya, karena namanya Funicular Railway (kereta khusus untuk tanjakan dan pendakian) maka tempat duduknya tidak sama rata tapi bertingkat dan mampu mendaki tanjakan dengan kemiringan 62%. Ibu yang sudah sangat kelelahan menolak ikutan naik ke dalam benteng. Jadi akhirnya dia menunggu di kafe terdekat supaya selama penjelajahan saya ke benteng, ibu bisa nge teh – nge teh cantik dan istirahat disana.

Jalan menuju Festungbahn (atas), stasiun Festungbahn (kanan), pemandangan dari Funicular Railway (kiri)

Jalan menuju Festungbahn (atas), stasiun Festungbahn (kanan), pemandangan dari Funicular Railway (kiri)

Festungbahn ini akhirnya akan membawa kita ke benteng terbesar dan terkuat di Eropa Tengah yaitu Hohensalzburg Fortress. Pada awalnya bangunan ini adalah sebuah kastil dengan pagar dari kayu. Seiring dengan pergolakan situasi (perselisihan antara Pope dan Emperor, Hungarian War, Napoleon War) lama kelamaan fungsinya berubah menjadi benteng karena setiap Archbishop yang berkuasa di Salzburg menambahkan dan memperkuat kastil ini. Dari beberapa serangan hanya sekali benteng ini kalah dan menyerah tanpa perjuangan di tangan Perancis. Sejak itu fungsinya berubah-ubah menjadi barak, penjara dan tempat penyimpanan sampai akhirnya berubah fungsi menjadi museum dan destinasi paling diminati di Salzburg.

Bagian dalam benteng

Bagian dalam benteng (Photo By : euro-t-guide)

Selain mengunjungi museumnya, kebanyakan orang datang kesini untuk menikmati pemandangan. Maklum saja karena letaknya berada diatas bukit Festungberg, maka tidak heran kalau pemandangan disini sangat indah. Dari atas benteng ini kita dapat melihat keindahan kota Salzburg secara keseluruhan dengan sungai Salzach dan pegunungan Alpen sebagai latar belakangnya.

Pemandangan dari atas Benteng

Pemandangan dari atas Benteng

Beberapa museum di benteng ini dapat dikunjungi gratis dengan menggunakan Salzburg Card. Museum-museum tersebut antara lain : Fortress Museum, Rainer Regiment Museum dan Marionette Museum. Sayangnya saat saya tiba disana museum-museum ini sudah tutup. Jadi saya hanya bisa menjelajah halaman dalam benteng saja. Untung saja ibu tidak ikutan kesini karena jalurnya mendaki dan luasnya benteng ini saya rasa cukup melelahkan bagi orang tua. Denah Hohensalzburg Fortress dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

hohensalzburg-crop

Tanpa terasa hampir jam 8 malam, kami cepat-cepat kembali ke stasiun Festungbahn mengingat Funicular Railway terakhir adalah jam 8. Setelah menjemput ibu di kafe kami berjalan kembali menuju halte bis Salzburg Mozartsteg (Imbergstraße) dan naik bis no. 25 jurusan Sbg Hauptbahnhof (B/Sudtiroler Pl) turun di Salzburg HBF. Peta jalan kaki dari stasiun Festungbahn menuju halte bis Salzburg Mozartsteg (Imbergstraße) dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Hati-hati karena ada 2 halte yang hampir mirip namanya. Satu halter terletak persis di pinggir jalan bernama Salzburg Mozartsteg saja sedangkan yang berada di seberang setelah melewati jembatan adaah halte yang benar yaitu Salzburg Mozartsteg (Imbergstraße).

Sampai di stasiun cepat-cepat ambil tas di loker. Cara pengambilannya mudah saja tinggal menyelipkan tiket di slot Paypoint tempat kita membayar tadi. Pilih bahasa dan ikuti instruksi yang tertera di layar. Selanjutnya pintu loker akan terbuka saat lampu merah berubah hijau. Ingat ya Paypointnya harus searah dengan panah yang ditunjukkan di loker kita. Setelah mengambil backpack dan koper kami cepat-cepat mencari kereta ke Munich karena waktu sudah jauh melampaui rencana yang saya buat.

Munich

Sebenarnya ada beberapa pilihan jenis kereta dari Salzburg ke Munich (kalau di Eurail Timetable namanya Muenchen HBF). Kalau mau yang cepat ada kereta api Intercity dengan kode IC atau ECE dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 28 menit namun sayang harus reservasi walaupun opsional. Kalau ingin aman dari reservasi bisa memilih Regional train yang lebih lambat (2 jam perjalanan) dengan kode RE. Akhirnya kami sampai di Munich kurang lebih jam 10 malam, baterai tablet sudah habis karena dipakai seharian menjelajah Salzburg. Apalagi setelah keluar dari stasiun hari sudah gelap. Kebetulan hostel yang saya pilih jaraknya kurang lebih 200 mt dari stasiun tapi harus masuk ke jalan kecil dulu. Terbiasa menggunakan peta offline di tablet, kemampuan membaca peta manual saya yang sangat minim berangsur-angsur menghilang. Saya hanya ingat keluarnya harus lewat kedai kopi Starbuck selebihnya bingung mau memilih antara ke kanan atau ke kiri. Jadi ditengah malam gelap, petanya hanya dibolak balik saja tidak keruan. Kebetulan saat itu ada pertandingan sepak bola jadi banyak sekali rombongan supporter yang lewat sambil menyanyikan yel-yel. Ada yang berombongan bersama keluarga tapi ada juga yang berombongan sambil mabuk-mabukan. Mencoba bertanya ke beberapa orang tapi tidak jelas juga jawabannya karena mereka menjawab dengan bahasa Jerman (petanya ada di bawah ini).

Akhirnya suami saya memutuskan bahwa dia akan berjalan acak mencari hostel kita sementara saya dan ibu menunggu di depan Starbuck. Ditunggu-tunggu hampir 5 menit tidak datang-datang juga, kami mulai cemas jangan-jangan dia tersasar. Kebetulan didekat kami ada petugas penempel brosur yang sedang sibuk menempel-nempel pengumuman. Ibu saya berkata, “Coba kamu tanya sama orang itu, kok ibu punya feeling orang ini tahu jalannya”. Ah masa sih, pikir saya meragukan. Karena ibu mendesak terus akhirnya saya memberanikan diri bertanya. Eh tahunya dia bisa berbahasa Inggris dan sambil ketawa bilang “Itu loh, jalannya ada di seberang kirimu”. Hah, ternyata papan nama jalannya sedikit tertutup oleh umbul-umbul dan pohon. Jadi di malam yang gelap terlewat untuk dilihat. Setelah mengucapkan terima kasih sekarang gantian harap-harap cemas menanti pak suami yang tidak datang-datang. Untung 10 menit kemudian dia muncul sambil bilang. “Hotelnya nggak ketemu”. “Ya udah kita cari hostel baru saja”, jawab saya enteng. “Tumben nggak marah”, katanya heran. Eh belum tahu dia kalau saya kerjain. Akhirnya dengan pede saya memimpin jalan dan tibalah kami di depan hotel. “Nah ini hotel barunya”, kata saya dramatis. “Ah sialan, kok bisa ketemu?”, kata suami saya 🙂 .

Akomodasi di Munich

Euro Youth Hostel (Munich) ini adalah salah satu hostel terbaik yang pernah saya inapi dalam perjalanan ini. Nilai plusnya antara lain : jaraknya dekat dengan stasiun, tersedia banyak colokan di kamar, kamar luas dan bersih serta enaknya lagi tersedia lift. Selain itu walaupun kamar mandinya shared bathroom tapi tetap luas dan bersih. Kekurangannya hanya dua tidak ada fasilitas dapur (karena dia punya restoran di bawah) dan showernya kurang joss. Harganya 21.25 Euro (Rp. 351.150) per orang per malam untuk 3 bed-dorm mixed (shared bathroom) yang saya pesan lewat hostelbookers.com . Enaknya lagi, di depan hostel ini ada Halal Shop jadi kita bisa berbelanja makanan-makanan kecil halal disini.

Bagian depan Euro Youth Hostel (atas) dan kamar kami (bawah)

Bagian depan Euro Youth Hostel (atas) dan kamar kami (bawah)

Akhirnya setelah mandi dan makan malam (lagi-lagi makan mie dan abon), saya segera merangkak menuju pos saya di tempat tidur teratas. Saking capeknya sampai menarik selimut saja sudah tidak ada tenaga. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan ibu di bawah dengan petualangan kami hari ini. Rupanya mata kakinya sedikit bengkak dan saya mendengar suami saya masih berbincang-bincang sambil memijit kakinya. Beberapa kali dia menyebut nama saya dan saya hanya bisa menyahuti hmm hmm. Selanjutnya mimpi saya berubah menjadi gunung Untersberg, Schloss Hellbrunn dan Hohensalzburg Fortress sebelum terbangun dengan bunyi alarm di pagi hari. Ahhhh what a wonderful day.

Biaya Hari Ke 7

untitled3

Kronologi Waktu

untitled4

 

 
22 Comments

Posted by on February 25, 2016 in Austria, Salzburg

 

Tags: , , , , ,

22 responses to “Hari Ke 7 : Obertraun – Munich (Salzburg)

  1. Jon Miller

    February 26, 2016 at 6:19 am

    Vicky,

    Great article!
    Glad to hear that my travel guide for Salzburg was helpful, http://www.bigboytravel.com/europe/austria/salzburg/soundofmusicfilmlocations/.

    Hope you had fun,
    Jon
    http://www.bigboytravel.com

     
    • Vicky Kurniawan

      February 27, 2016 at 9:56 am

      Hello Jon…I found that your website is really helpful, very systematic and clear. I always use that as my guide during my trip to Europe. Thank you very much.

       
  2. Tika

    February 27, 2016 at 9:05 pm

    Ya ampuunn akhirnya muncul juga lanjutannya setelah puluhan kali ngintip blognya Mbak Avie hahaha =)

     
    • Vicky Kurniawan

      February 29, 2016 at 3:28 pm

      Ha ha ha kamu suscribe aja tik dengan menekan kotak orange dibawah daftar isi. Jadi kalau ada artikel baru langsung muncul di emailmu.

       
  3. Tika

    February 27, 2016 at 9:36 pm

    Mbak Avie, lanjutannya jangan lama2 yaaa =)

     
    • Vicky Kurniawan

      February 29, 2016 at 3:29 pm

      He he he siap bos..

       
  4. mila said

    February 29, 2016 at 9:01 am

    arsitekturnya keren-keren, mba.
    btw, Mba Vicky kesana bawa rice cooker sendiri? Kalo blm makan nasi blm kenyang ya mba heheheee

     
    • Vicky Kurniawan

      February 29, 2016 at 3:29 pm

      Iyo..yok opo ya mil..perutku udah terlanjur melar soalnya.

       
  5. maria bratanendra

    March 2, 2016 at 5:15 pm

    Horeeeee ada lanjutannya, makasih mbak Vicky, ditunggu lagi yang hari kedelapan ya.

     
    • Vicky Kurniawan

      March 2, 2016 at 8:34 pm

      He he he iya mbak Maria sedang kuusahakan. Terima kasih sudah mampir ya.

       
  6. Anggie

    March 4, 2016 at 8:32 am

    Nabung… Nabung.. nabung…. Jd pengen ksana mb..

     
    • Vicky Kurniawan

      March 4, 2016 at 12:48 pm

      He he he terima kasih sudah mampir kesini ya mbak Anggie..blognya keren juga loh…

       
  7. Novita

    March 4, 2016 at 9:21 am

    Aduh seneng banget bacanya mba lanjut nulisnya dong mba buat panduan kami yg akan ke eropa april tahun ini hehe 😍😍

     
    • Vicky Kurniawan

      March 4, 2016 at 12:50 pm

      He he sedang saya usahakan nulis secepatnya mbak Novita

       
  8. Rusadi Pho

    July 19, 2016 at 1:01 pm

    haloo mb vicky salam kenal, saya seneng bgt baca blog nya saya jadi punya mimpi jalan2 ke eropa :).. btw mba vicky gk pake tour guide ya ke eropa nya gk takut nyasar mba? hehe

     
    • Vicky Kurniawan

      July 19, 2016 at 10:27 pm

      Salam kenal juga mas Rusadi. Kalau dipersiapkan dengan matang, insyaallah ridak kesasar kok. Yang di Eropa ini saya jarang banget nyasar dibanding ke negara lainnya. Mungkin sudah kenal peta offline makanya tidak sering kesasar

       
  9. dwi

    August 23, 2016 at 8:30 am

    Mb vicky mau tanya dong
    1. Dari Halstat ke Saltzwelten kan naik funicular (yang hanya beroperasi bulan tertentu), kalau tutup, kita naik apa dong mb ?
    2. terus kan mb dari Salzwelten pergi lagi ke Marken, berarti balik lagi jalan kaki ya, apa naik Funicular arah pulang nya?
    3. Kan di Schipol kemarin mb reservasi 35euro, amster – munich, sedangkan untuk munich – salzburg-obertraun reservasi dimana n berapa ? soalnya sya baca kykny ga ad keteragan n biaya ttg hal itu mb.?

    Makasi mb vicky

     
    • Vicky Kurniawan

      August 23, 2016 at 8:46 pm

      Halo mbak Dwi..
      1. Kalau Funicularnya tutup sebenarnya ada jalur trekkingnya sampai ke atas. Ini ada website bagus tentang hiking trail dari Halstat ke Saltzwelten http://www.hallstatt.net/about-hallstatt/active-summer-holiday/wanderzeit-en-US/hallstatt-en-US/breath-taking-world-heritage-hiking/ . Semoga mbak punya gambaran jalur hikingnya.
      2. Maaf mungkin yang dimaksud Saltwelten ke Hallstatt ya? . Kalau ke Marken kan udah beda negara. Waktu itu saya pulangya naik Funicular lagi
      3. Untuk rute Munich – Salzbur – Obertraun tidak pakai reservasi mbak. Langsung naik aja.

       
      • dwi

        August 24, 2016 at 7:47 am

        saya kykny ga kepengen hiking, pasti capek bgt, berarti kalau funiclar tutup, artinya saya tidak bisa ke saltzwelten ? apa ada alternatif bus dll mb ?

        oia mb, bagaimana ya cara mempelajari kereta, untuk tau naik kereta jenis apa, arah kemana, harga, perlu reservasi ap tidak, saya udah cri2 info,baca web eurail, tapi kok ttp ga nyambung ya.

         
      • Vicky Kurniawan

        August 30, 2016 at 9:42 pm

        Halo mbak Dwi
        1. Kalau Furnicular tutup dan tidak mau hiking ya tidak bisa ke Saltzwelten.
        2. Cek di Eurail Time Table disini http://www.eurail.com/plan-your-trip/eurail-timetable

         
  10. ara

    September 8, 2016 at 10:13 am

    mb vicky, sy mau bertanya dong
    1. Kan naik kereta arah attnang lalu turun di attnang puchheim naik kereta REX/R/RE, nah yang saya binggung, bagaimana kita tau bahwa kereta tsb jenis REX/R/RE atau IC, apakah warna kereta yang menjadi petunjuk, atau di kereta tertulis besar jenis keretanya baik REX/R atau IC?
    2. UTK tau bahwa kita sudah diarah yang benar, misal naik kereta ambil arah Attnang, nah bagiaman kita tau bahwa arah kita sudah bener ke arah attnang mb ?
    3. Lalu nanti stop di attnang puchheim, apakah nanti ada dilayar stop selanjutnya seperti layaknya tram di amsterdam ? biar tidak takut salah stop ? tks mb yaaaa

     
    • Vicky Kurniawan

      September 8, 2016 at 7:33 pm

      Halo mbak Ara :
      1. Untuk lebih mudahnya abaikan dulu jenis keretanya yang REX/R/RE karena di beberapa kereta tidak jelas juga tulisannya. Jadi sebelum naik, perhatikan lebih dahulu papan jadwal keberangkatan kereta (Departure Board). Nah, kita berpatokan saja pada jadwal itu. Asal tau nama stasiun tujuan langsung dicari saja kereta kereta yang menuju kesana dan tunggulah di platform yang tepat. Langkah-langkah dasar naik kereta di Eropa sudah saya tulis secara detail disini https://jejakvicky.com/2015/11/14/hari-ke-3-abu-dhabi-amsterdam-bloemenmarkt-albert-cuypmarkt-vondel-park-anne-frank-house-museum/
      2. Untuk tahu apakah kereta menuju arah yang benar : di bagian depan dan samping kereta biasanya tertulis nama stasiun akhir jadi kita pasti kereta ini menuju arah mana.
      3. Di dalam kereta biasanya terdapat papan penunjuk stasiun yang akan kita lewati jadi jangan kuatir terlewat.

       

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: