RSS

Hari Ke 8 : Munich (Fussen & Old Town Munich)

11 Mar

Oleh : Vicky Kurniawan

Saat menyusun itinerary saya tidak pernah ragu memilih Munich sebagai salah satu destinasinya. Disamping dekat dengan beberapa tujuan di Austria, ada satu hal yang membuat saya harus mampir ke kota ini. Destinasi yang menjadi impian saya sejak lama adalah Neuschwanstein Castle, kastil ala Sleeping Beauty Disney yang terletak di Fussen kurang lebih 133 km sebelah selatan Munich. Jadilah saya merencanakan untuk menginap 2 malam di kota ini sebelum melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya yaitu Zurich.

Neuschwanstein Castle

Neuschwanstein Castle dilihat dari Marienbrucke Bridge

Fussen

Terletak 5 km dari perbatasan Jerman – Austria, Fussen adalah sebuah kota kecil penghasil biola. Namanya menjadi terkenal karena ada beberapa kastil besar yang dibangun di areanya. Selain Neuschwanstein dan Hohenschwangau ada juga Hohes Schloss yang dulunya merupakan istana musim panas Prince Bishop of Ausburg. Dari Munich, kota ini dapat dicapai dengan menggunakan kereta sedangkan Neuschwanstein Castle yang terletak kurang lebih 4 km dari sini dapat dijangkau dengan menggunakan bis dari Fussen. Transportasi dari Munich menuju Neuschwanstein dapat dilihat ada gambar berikut ini.

Rute kereta Munich - Fussen

Di Fussen Bahnhof jangan risau menemukan bisnya karena haltenya gampang dicari. Biasanya bis tersebut parkir di halaman stasiun dan langsung diserbu para penumpang kereta yang kebanyakan adalah pengunjung kastil. Tahun 2014 tiket bisnya sebesar E 4.20 perorang pulang pergi yang dibayarkan ke sopir saat naik. Turun di halte bis yang sekaligus merangkap sebagai kantor Tourist Information Hohenschwangau, kami masih harus berjalan kurang lebih 200 mt menuju Ticket Center-nya.

Halte Bis dan kantor Tourist Information Hohenschwangau

Halte Bis dan kantor Tourist Information Hohenschwangau

Jalan menuju Ticket Center

Jalan menuju Ticket Center

Di beberapa website yang saya baca kesemuanya menyarankan untuk membeli tiket online karena dengan banyaknya pengunjung diperlukan waktu lebih dari 1 jam untuk antri terutama saat high season (Juni-Oktober). Tapi mengingat harga tiketnya yang mahal, saya memutuskan untuk langsung beli ditempat toh saya punya waktu seharian disini. Selain itu, online reservations masih akan dikenakan biaya € 1,80 per person / castle dan hanya bisa dipesan dua hari sebelum kunjungan. Tapi mengingat panjangnya antrian saya sarankan bila perginya High Season (terutama Juli dan Agustus) lebih baik menggunakan Online Resevations saja. Untunglah saat saya kesini di bulan Mei antriannya tidak terlalu panjang dan tidak sampai meluber ke jalan. Jadi hanya dalam waktu 15 menit tiket sudah terbeli di tangan.

Ticket Centre (atas) dan antrian saat High Season (bawah) Photo by: Allane Milliane & stephhaas)

Ticket Centre (atas) dan antrian saat High Season (bawah) Photo by: Allane Milliane & stephhaas)

Harga tiket untuk kedua kastil ini sama yaitu E 12 (Tahun 2014) selain itu terdapat juga beberapa paket bagi pengunjung yang ingin melihat keduanya atau ditambah dengan kunjungan ke Museum of The Bavarian Kings. Harga tiket dan paket-paket yang ditawarkan dapat dilihat secara lengkap disini. Dari awal inginnya saya mengunjungi dua-duanya tapi pak bendahara hanya mengijinkan satu saja jadi saya terpaksa harus memilih istana mana yang akan dimasuki. Akhirnya setelah ditimbang-timbang dengan membaca berbagai referensi, saya memilih Hohenschwangau untuk dimasuki. Alasan utamanya karena dari kedua kastil tersebut hanya Hohenschwangau-lah yang pernah lama ditinggali dan berperabotan lengkap sedangkan Neuschwanstein sampai sekarangpun interiornya masih sepertiga selesai dan mungkin tidak akan pernah selesai. Tapi aslinya saya menyesal tidak masuk sekaligus ke dua kastil itu karena sampai sekarang kalau melihat foto Neuschwanstein di wallpaper saya selalu penasaran bagaimana ruangan-ruangan didalamnya 🙂 .

Contoh tiket ke Hohenschwangau Castle

Contoh tiket ke Hohenschwangau Castle

Pada saat membeli tiket jangan lupa menyebutkan bahasa yang dikehendaki saat tur. Selanjutnya di tiket masuk akan tercantum nomor tur dan jam masuk kedalam kastil. Usahakan jangan terlambat masuk dari jam yang telah ditentukan karena bila terlambat, kita harus membeli tiket baru. Jam masuk di tiket tertulis sebagai “Einlasszeit” (lihat contoh tiket diatas). Tapi jangan kuatir tentang jamnya karena mereka sudah memperkirakan waktu yang cukup untuk perjalanan ke kastil.

a). Hohenschwangau Castle

Selesai membeli tiket, kami berjalan kaki menuju Hohenschwangau Castle. Ada dua cara untuk menuju kastil ini yaitu jalan kaki atau naik kereta kuda. Kalau ingin naik kereta kuda biayanya € 4,50 (untuk perjalanan naik) dan € 2,00 (untuk perjalanan turun) dan dibayarkan langsung kepada pak kusir. Kereta kuda ini biasanya mangkal di depan Ticket Center. Cara yang kedua adalah dengan jalan kaki. Ada dua jalur jalan kaki, ada yang versi pendek (perkiraan 20 menit) dan ada yang versi panjang (30 menit) melewati gerbang depan kastil. Kami menawari ibu untuk naik kereta kuda saja, tapi beliau menolak kalau sendirian. Akhirnya kami sepakat mengambil jalur pendek dengan catatan harus jalan pelan-pelan. Trekkingnya ternyata lumayan juga karena harus mendaki dan naik beberapa tangga. Tapi semuanya terbayarkan karena setiap kali berhenti untuk mengambil nafas kami bisa melihat pemandangan indah dibawah dimana hutan, danau dan rumah-rumah kuno membentuk suatu lukisan indah pemandangan ala Eropa.

Pemandangan dari jalur pendek menuju Hohenschwangau

Pemandangan dari jalur pendek menuju Hohenschwangau

Sampai diatas sambil menunggu giliran masuk saya menjelajahi toko souvenir Castle Shop yang berada dalam area kastil. Bangunan ini dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal para pelayan kastil sebelum beralih menjadi toko souvenir. Di dalamnya selain pernak pernik souvenir terdapat satu ruangan khusus yang berisi sedikit gambaran bagaimana suasana dan keadaan dapur kastil Hohenschwangau. Penggambarannya begitu detail sehingga ingin rasanya kita nongkrong di dapur itu makan yang hangat-hangat untuk mengalahkan hawa dingin di luar.

Dapur Hohenschwangau

Dapur Hohenschwangau di Castle Shop

Saat giliran tur tiba, sebelum masuk kami diminta men-scan barcode pada tiket. Beres dengan tiket akhirnya masuk ke kastil berombongan didampingi seorang guide yang mulai menunjukkan ruangan-ruangan didalam sambil menerangkan sejarahnya. Hohenschwangau yang dibangun pada abad ke 18 ini adalah istana musim panas sekaligus pondok berburu raja Maximillian II of Bavaria. Dia tinggal di kastil ini bersama istrinya ratu Marie of Prusia dan kedua putranya Ludwig (akhirnya menjadi raja Ludwig II of Bavaria) dan Otto (akhirnya menjadi Otto I of Bavaria). Ratu Marie yang suka hiking dan menyenangi tumbuh-tumbuhan membuat taman di kastil ini dari tanaman yang diambil disekitar pegunungan Alpen . Diantara kedua putranya hanya Ludwig yang paling sering menempati kastil ini terutama saat dia membangun kastilnya sendiri, Neuwaschtein, yang terletak jauh diatas bukit. Untuk memantau pembangunan kastil, di ruang kerja Ludwig ditempatkan sebuah teleskop emas yang mengarah pada Neuwschtein. Setelah Ludwig meninggal, ratu Marie masih terus tinggal di sini bersama dengan iparnya Luitpold of Bavaria yang berinisiatif memasang listrik dan lift didalam kastil.

Tleskop emas di ruang kerja Ludwig (Photo By: castlesandforts.blogspot)

Teleskop emas di ruang kerja Ludwig (Photo By: castlesandforts.blogspot)

Bagian dalam kastil ini banyak didominasi oleh hiasan-hiasan dan lukisan yang diambil dari legenda abad pertengahan termasuk legenda kesatria angsa Lohengrin yang menjadi favorit Ludwig. Longherin sendiri konon dipercaya adalah pemilik kastil ini sebelum menjadi puing-puing dan dibeli serta dibangun kembali oleh Maximillian II 700 tahun kemudian. Maka dari itu tidaklah mengherankan bila angsa banyak mendominasi hiasan-hiasan dalam kastil ini. Istana ini terdiri dari 14 ruangan yang kesemuanya berperabotan lengkap. Dengan durasi tour yang hanya 30 menit tidak semua ruangan diperlihatkan. Sebenarnya kalau kita diperbolehkan melihat-lihat sendiri tanpa guide akan lebih enak lagi karena dengan harga tiket yang mahal, 30 menit tidaklah cukup untuk mengagumi keindahan interiornya. Sayangnya lagi kita tidak diperbolehkan memotret bagian dalamnya. Melihat-lihat bagian dalam kastil ini kita bisa merasakan kemewahan hidup seorang raja dengan tiap ruangan dipenuhi dengan lukisan dan perabot-perabot indah. Sekaligus juga kesedihan karena walaupun dikelilingi oleh kehidupan yang mewah keluarga raja Maximillian bukanlah gambaran sebuah keluarga yang hangat. Ludwig dan adiknya tinggal di bangunan yang terpisah dari ayah ibunya (sekarang adalah toko souvenir Castle Shop) sehingga dia hampir tidak mengenal kedua orang tuanya. Apalagi raja Maximillian dan istrinya bukanlah orang yang terlalu peduli dengan anak dan sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Jadi saat ayahnya meninggal, Ludwig yang saat itu berumur 18 tahun tidak siap menjadi raja karena raja Maximillian sendiri tidak pernah turun tangan langsung untuk membimbingnya.

Bagian dalam kastil Hohenschwangau (Photo by : trond62)

Bagian dalam kastil Hohenschwangau (Photo by : schlosshohenschwangau)

Dirancang oleh arsitek Jerman, Domenico Quaglio, kastil ini memiliki gaya neogothic. Walaupun demikian, saat Ludwig menjadi raja dan harus pindah ke kamar tidur ayahnya di dalam kastil, dia menambahkan bintang-bintang kecil dan bulan di langit-langit kamarnya. Bila diterangi dengan lampu minyak di ruangan atasnya bintang-bintang ini akan bersinar seolah bintang sungguhan. Bisa dibayangkan betapa menyenangkannya tidur di kamar yang bertabur bulan dan bintang bila lampunya dipadamkan. The Tasso Room nama ruangan itu banyak dihiasi lukisan Rinaldo dan Armida dari cerita La Gerusalemme Liberata karya penyair Italia, Torquato Tasso. Satu lagi yang paling saya ingat dari kastil ini adalah roti berumur 120 tahun yang merupakan hadiah dari raja Rusia. Saat itu sudah menjadi budaya untuk menghadiahi orang dengan roti dan garam. Roti ini diletakkan di kotak kaca khusus untuk mencegah supaya tidak berjamur dan membusuk (penasaran juga dengan rasanya).

Tasso Room (atas) dan roti berusia 120 tahun (bawah). Photo by : neuschwanstein.de

Tasso Room (atas) dan roti berusia 120 tahun (bawah). Photo by : neuschwanstein.de

Usai menjelajahi Hohenschwangau, kami menuju halte bus menuju Neuschwanstein yang terletak disebelah hotel Schlosshotel Lisl. Kami berencana naik ke Neuschwanstein menggunakan bis dan turun dengan berjalan kaki. Ibu yang sudah kelelahan menolak ikut dan memilih menunggu di beranda hotel. Akhirnya kami membeli tiket bis one way yang harganya 1.8 E. Bis ini akan membawa kita sampai titik terdekat jembatan Marienbrucke (Mary’s Bridge) yang berada di seberang bukit. Dari jembatan ini masih diperlukan waktu kurang lebih 15 menit berjalan kaki untuk sampai ke kastil.

Bis menuju Neuschwanstein Castle (atas). Jadwal dan harga tiket bis (bawah)

Bis menuju Neuschwanstein Castle (atas). Jadwal dan harga tiket bis (bawah)

b). Marienbrucke

Jembatan ini begitu terkenal karena dari sudut inilah foto-foto indah kastil Neuschwanstein banyak dihasilkan. Dari jembatan ini kastil terlihat jelas dan utuh,  berada di puncak bukit yang dikelilingi hutan lebat dengan latar belakang langit biru, danau dan gunung. Dari pemberhentian bis, jembatan ini dapat dicapai dengan berjalan kaki sejauh 300 meter. Jalannya lumayan mendaki tapi pemandangan hutan di kanan kirinya cukup menghibur hati. Dinamakan Marienbrucke atau Mary’s Bridge karena jembatan ini dibangun oleh raja Maximillian II sebagai hadiah ulang tahun bagi istrinya ratu Marie yang suka hiking di pegunungan. Pada mulanya jembatan ini dibangun dari kayu, kemudian Ludwig menggantinya dengan besi saat dia membangun kastil Neuschwanstein.

Jembatan Marienbrucke (Photo by :panoramio.com)

Jembatan Marienbrucke (Photo by :panoramio.com)

Biasanya jembatan ini penuh dengan pengunjung yang sibuk mengambil foto. Untung saja saat saya kesini pengunjungnya lumayan sepi jadi bisa agak lama berada diatasnya. Bagi yang takut ketinggian lebih baik jangan mengunjungi jembatan ini karena pemandangannya bisa bikin keder kaki. Apalagi karena berbentuk suspension bridge, jembatan ini agak sedikit bergoyang bila banyak pengunjung wira-wiri diatasnya. Persis 100 meter dibawahnya terdapat air terjun yang diapit tebing-tebing tinggi di kanan kirinya. Yah, jembatan ini memang dibangun untuk menghubungkan kedua jurang di Pollat Gorge. Bagi penggemar hiking bisa terus menyusuri jembatan ini karena ada jalan menuju kebawah. Kebetulan saat melongok kebawah, saya melihat beberapa kelompok hiking sedang beristirahat di sekitar air terjun.

Pollat Waterfall

Pollat Waterfall

Walaupun jembatan ini merupakan salah satu tempat wajib kunjung bila ke Neuschwanstein, sebaiknya kunjungan kesini dilakukan setelah mengikuti tur kedalam kastil. Bila dihitung-hitung, waktunya memang tidak akan cukup kalau berkunjung dulu kesini. Kecuali kalau tidak ikut tur ke Neuschwanstein seperti saya maka kita bisa lebih dulu berkunjung kesini.

c) Neuschwanstein

Dari jembatan Marienbrucke, kami masih harus berjalan kurang lebih 700 meter menuju kastil Neuschwanstein. Waktu itu saya pikir jalurnya pasti menurun karena Marienbrucke sendiri berada di puncak bukit. Eh ternyata jalannya naik turun jadi cukup capek juga waktu sampai ke kastil. Ternyata keputusan untuk meninggalkan ibu di Schlosshotel Lisl benar juga karena dengan kondisinya beliau tidak akan kuat berjalan disini. Tapi sepanjang perjalanan saya salut juga dengan bule-bule itu karena jalannya cepat-cepat dan nggak ada yang lelet. Apalagi waktu itu saya yang sudah ngos-ngosan disusul dengan cepat oleh seorang ibu perkasa yang tenang-tenang saja mendorong stroller bayi kembarnya (heran nih ibu pakai jamu apa ya? kuat banget). Walaupun melelahkan, di sepanjang jalur itu terdapat beberapa spot yang baik untuk menfoto pemandangan di bawah. Salah satu pemandangan terindah adalah kastil Hohenschwangau dilihat dari kejauhan.

Hohenschwangau dilihat dari jalur Marienbrucke

Kastil Hohenschwangau dilihat dari jalur Marienbrucke

Sesampai di Neuschwanstein seperti sudah diduga, banyak orang antri untuk ikutan tour kedalam kastil. Antriannya lebih panjang daripada antrian pengunjung di Hohenschwangau. Jelas banyak pengunjung lebih suka mengunjungi Neuschwanstein. Tapi walaupun tidak punya tiket tour, saya masih bisa masuk sampai ke pelataran depan untuk melihat-lihat sepintas eksteriornya.

DSCN1261

Bila melihat kastilnya sekarang, Ludwig tidak akan pernah mengira bahwa Neuschwanstein akan menjadi salah satu kastil paling banyak dikunjungi di Eropa. Sekitar 1, 4 juta orang mengunjungi kastil ini tiap tahunnya. Ironisnya dia membangun kastil ini justru untuk menjauhkan dirinya dari orang lain. Semenjak kecil, Ludwig memang terkenal sebagai anak penyendiri dan tertutup yang hidup di alam fantasi buku-buku legenda abad pertengahan. Apalagi dia tinggal di Hohenschwangau yang otomatis sangat mendukukung sifat romantisnya itu. Dengan minatnya yang kental akan bangunan (kakeknya adalah pemrakarsa pembangunan kota Munich dan ayahnya adalah pendiri Hohenschwangau) maka tidaklah mengherankan bila akhirnya dia membangun kastil ini dan dua kastil lainnya (Linderhof Castle dan Herrenchiemsee castle). Tapi dari ketiga kastil itu hanya Neuschwanstein lah yang paling megah, paling indah dan paling menguras perhatiannya. Sedihnya lagi dia tidak pernah melihat kastil ini selesai karena saat dia meninggal hanya separuhnya saja yang benar-benar usai. Dari 200 ruangan yang direncanakan hanya 14 saja yang selesai. Secara resmi dia hanya tinggal didalamnya selama 72 hari sebelum akhirnya ditangkap dengan tuduhan gila dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Beberapa hari kemudian dia ditemukan meninggal dunia bersama dengan psikiaternya di danau Starnberg. Pernyataan resmi polisi dia meninggal tenggelam karena bunuh diri. Sebenarnya hal itu sangat diragukan karena sesungguhnya tidak terdapat tanda-tanda gila atau depresi. Dugaan sementara dia dibunuh saat akan melarikan diri dari rumah sakit tersebut.

Kondisi Neuschwanstein saat King Ludwig II of Bavaria meninggal dunia (Photo by : neuschwanstein.de)

Kondisi Neuschwanstein saat King Ludwig II of Bavaria meninggal dunia (Photo by : neuschwanstein.de)

Bila melihat bagian luarnya yang berbau kuno dan bergaya abad pertengahan, orang tidak akan mengira bahwa bagian dalam kastil ini banyak memanfaatkan tehnologi yang tergolong modern di jamannya (ingat kastil ini dibangun pada abad ke 18). Didalamnya sudah ada lift, saluran air panas dan dingin, telepon, bahkan toiletnya sudah memakai automatic flushing. Kastil ini juga dilengkapi dengan jendela-jendela besar, suatu gaya yang tidak biasa di jaman itu. Sama seperti Hohenschwangau, tour di kastil ini akan berlangsung selama 30 menit. Dalam durasi waktu itu pengunjung akan diantar mengunjungi tingkat 3 dan 4, kemudian tingkat 2 dan berakhir di Ground Floor tempat dapur kastil berada. Bila melihat-lihat foto-foto di website resminya sepertinya bagian dalam Neuschwanstein juga indah walaupun belum selesai.

Bagian dalam kastil Neuschwanstein (Photo by : neuschwanstein.de)

Bagian dalam kastil Neuschwanstein (Photo by : neuschwanstein.de)

Bagian interiornya banyak dilukisi cerita-cerita saga dan puisi abad pertengahan. Banyak karya opera Richard Wagner (idola terbesar Ludwig) yang menjadi inspirasi desain interior disini. Bahkan di dalam istana ini dibangun gua batu buatan (grotto) lengkap dengan pengcahayaan dan air terjun kecil yang didasarkan pada cerita Hörselberg dari Tannhäuser saga. Tapi sekali lagi sayangnya saya hanya bisa melihat bagian luar, lower courtyard dan naik sampai upper courtyard-nya saja. Dari luar kemegahannya sudah sangat terasa. Kastil ini memang jauh lebih besar dan lebih megah daripada Hohenschwangau. Menariknya lagi walaupun berkedudukan sebagai raja, Ludwig membangun kastil ini atas biaya sendiri walaupun akhirnya dia banyak berhutang. Mungkin kalau di nilai dengan harga uang sekarang, biaya pembangunannya bisa mencapai $235 Million dollars. Bila ditambah dengan bunga-bunga hutang, nilai pengeluarannya bisa mencapai tiga kali lipat sekitar $800 million dollars. Bahkan keluarga sekaya Vanderbilt dengan nilai kekayaan penuh senilai $200 million tidak akan bisa membangun kastil ini. Jadi bisa dibayangkan betapa mengesankan dan ambisiusnya proyek ini.

Gerbang Masuk Neuschwanstein dan pemandangan disekitarnya

Gerbang Masuk Neuschwanstein dan pemandangan disekitarnya

Setelah menghabiskan waktu untuk foto-foto disini, kami bergegas berjalan turun. Perjalanan turun memerlukan waktu kurang lebih 1 jam berjalan kaki. Walaupun trekkingnya menurun kaki cukup pegal juga jadi kami (terutama saya) sering berhenti untuk istirahat. Jalur trekkingnya cukup lebar dan teduh karena di kanan kirinya diapit hutan. Tapi hati-hati kalau berjalan disini karena banyak kereta kuda yang lalu lalang mengangkut penumpang. Selain itu di beberapa tempat banyak kotoran kuda yang jatuh di jalan, jadi hati-hari jangan sampai terinjak. Kalau soal kotoran kuda, harusnya mereka belajar dari kusir dokar Indonesia gimana mengantonginya supaya tidak mengotori jalan. Tapi kebayang juga melihat kudanya yang besar-besar dengan badan yang jauh lebih semok dari kuda Indonesia, mungkin dibutuhkan karung ekstra besar untuk menutupinya 🙂 .

Jalan menuju kastil Neuschwanstein

Jalan menuju kastil Neuschwanstein

Sepanjang perjalanan turun saya melihat banyak juga orang-orang yang mendaki naik. Nggak kebayang gimana rasanya, lha perjalanan turunnya aja udah pegel apalagi naiknya. Irinya lagi mereka kelihatan tenang-tenang aja tuh. Jalan-jalan berombongan sambil ketawa ketawa. Bahkan beberapa diantara mereka adalah orang tua dan anak muda yang bersepatu hak tinggi (iya hak tinggi !!!). Duh nggak kebayang kakinya itu sekuat apa. Tapi di beberapa tempat yang hutannya sedikit menipis, kita bisa mengintip pemandangan indah di bawah. Lumayan sambil melihat-lihat bisa alasan istirahat sambil memijit kaki.

Pemandangan sekitar Neuschwanstein

Pemandangan sekitar Neuschwanstein

Sesampai di Schlosshotel Lisl, ibu sudah terlihat kesal karena sudah menunggu kami lama sekali. Kalau dihitung-hitung mungkin hampir 2 jam beliau nangkring disitu. Sambil minta maaf saya menerangkan,”Wah, untung tadi ibu nggak ikut. Jalannya beuh, pasti kaki ibu akan bengkak lagi kalau ikut kita tadi “, kata saya lebay. Nah baru dikatain begitu, wajahnya udah nggak begitu suntuk. “Bagus nggak kastilnya?”, tanya beliau. “Jelek”, jawab saya sekenanya (memang jelek wong masuk aja enggak he he he). Wajahnya mulai tidak marah. “Lain kali kalau disuruh nunggu, masukkan ibu ke kantin atau kafe dong. Nih ibu sampai kelaperan”, kata beliau. Betul juga dari permen, roti sampai buah udah habis tandas disikat ibu. Pantes saja beliau jadi suntuk, sudah eneg nunggu nggak ada yang bisa dimakan lagi. He he he maafkan ya bu ntar deh kalau ada warung pecel di pojokan kita mampir.

d) Wittelsbacher Museum & Alpsee

Akhirnya dari Schlosshotel Lisl kami berjalan kaki ke Wittelsbacher Museum dan danau Alpsee. Tujuannya mencari tempat sholat sekalian cari makanan, yah siapa tahu beneran ada warung pecel di pojokan. Seperti bisa diduga tidak ada penjual makanan adanya penjual souvenir. Sayang harganya mahal-mahal, jadi akhirnya kita hanya melihat-lihat saja tanpa membeli. Setelah berwudhu di toilet museum dan sholat di salah satu pojokan tamannya, kami duduk-duduk menikmati semilir angin di pinggir danau Alpsee.

Pemandangan dari pinggir danau

Pemandangan dari pinggir danau

Wittelsbacher Museum atau lebih dikenal sebagai Museum of The Bavarian Kings bisa dimasuki gratis bagi pemegang Prince Ticket, Wittelsbach Ticket dan Swan Ticket. Bila tidak termasuk pemegang tiket diatas bisa masuk terpisah dengan membayar E 9.5. Museum ini berisi informasi tentang dinasti Wittelsbach mulai dari awal hingga sekarang, mulai saat mereka bergelar Duke sampai menjadi raja. Titik utama pamerannya tentu saja ada pada kehidupan King Maximilian II sebagai pemrakarsa pembangunan Hohenschwangau Castle dan putranya, King Ludwig II, sebagai pembangun Neuschwanstein Castle.  Sebagai salah satu dinasti tertua di Eropa, Wittelsbachs sangat berpengaruh pada perkembangan Jerman jadi pantas saja kalau sampai dibuat museum. Kekuasaan mereka sebagai raja di Jerman berlangsung selama 112 tahun sampai akhirnya Jerman berubah menjadi negara republik. Bila melihat foto-fotonya di website sepertinya menarik juga untuk berkunjung ke tempat ini. Sayangnya, lagi-lagi pak bendahara yang pelit tidak mengijinkan masuk. Alasannya saya sudah banyak melihat museum di Belanda dan Austria (yah itu kan di negara lain pak, di Jerman kan belum 🙂 ).

Museum of The Bavarian Kings

Museum of The Bavarian Kings

Didalam museum ini dipaparkan secara lengkap sejarah dinasti Wittelsbach, pengaruh mereka di bidang seni dan arsitektur, bagaimana peran mereka sebagai raja di era perkembangan tehnologi dan bagaimana kekuasaan mereka berakhir. Sebagai raja paling terkenal dalam dinasti ini, King Ludwig II memiliki satu bagian tersendiri dalam museum yang khusus membahas tentang sejarah dirinya. Seluruh hidup dan kematiannya memang selalu diselubungi misteri hingga dia terkenal sebagai the Fairy Tale King seperti kastilnya. Setelah puas istirahat disini, kami kembali ke halte bis Hohenschawangau untuk kembali ke stasiun kereta api Fussen. Ternyata yang antri di halte bis ini sudah panjang sekali. Perut yang lapar jadi semakin lapar saja lihat antrian itu. Sebenarnya kalau punya uang lebih dan tidak terhalang makanan halal, bisa makan di salah satu dari 5 restoran disekitar sini. Peta lengkap area Hohenschwangau dapat dilihat pada gambar di bawah.

ce118235dc

Walking Tour Munich Old Town

Sesampai di hotel jam sudah menunjukkan pukul 18.15. Sejam kemudian setelah istirahat, sholat dan makan kami berdua siap menjelajah kota Munich. Ibu memutuskan tidak ikut dan ingin istirahat di hotel saja. Kebetulan hostel kami sangat dekat dengan kawasan Munich Old Town jadi semuanya bisa dilakukan dengan jalan kaki. Peta walking tour kami di Munich Old Town bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Penjelajahan kami dimulai dari Karlsplatz, sebuah alun-alun besar sekaligus gerbang menuju Old Town. Alun-alun ini mudah dikenali karena gedung OSRAM yang mengelilinginya. Di sini terdapat kolam yang menyemprotkan air berkecepatan tinggi yang digemari anak-anak. Menurut kabar, pada saat musim dingin alun-alun ini berubah fungsi menjadi tempat ice skating.

Karl Platz

Karls Platz

Melintasi alun-alun dan masuk ke dalam gerbang, sampailah kami di Citizen’s Hall Church (Bürgersaalkirche). Sebelum beralih fungsi menjadi  gereja, gedung ini selama berabad-abad menjadi tempat rapat dan pertemuan warga kota. Walaupun rusak berat akibat perang Dunia ke II, bangunan ini direnovasi kembali persis seperti aslinya yang dibangun pada abad ke 17. Bangunannya mudah sekali dikenali karena bagian depannya yang berwarna merah muda. Dalam satu deret bangunan hanya gedung inilah yang bercat warna pink di bagian depannya.

Bürgersaalkirche atau Citizen's Hall Church

Bürgersaalkirche atau Citizen’s Hall Church

Berdekatan dengan Citizen’s Hall Church terdapat Richard Strauss Fountain. Air mancur ini didedikasikan bagi Richard Strauss seorang musisi terkenal dari Munich. Tugu air mancur setinggi 5 meter ini diilhami karya opera Richard Strauss yang berjudul Salome dengan 6 bagian relief pada tugunya menceritakan potongan adegan-adegan dari kisah opera yang sama.

Richard Strauss Fountain (Photo By : dailymunich.yakohl.com)

Richard Strauss Fountain (Photo By : dailymunich.yakohl.com)

Berjarak 120 meter dari Richard Strauss Fountain sampailah kami di St. Michael Church (Michaelskirche). Gereja ini mudah dikenali karena di bagian depannya terdapat patung Archangel Michael sedang menombak setan yang diibaratkan agama kristen Protestan. Patung ini menggambarkan gerakan anti Protestan yang berkembang pada abad ke 15 dimana gereja St. Michael adalah pusatnya.  Walaupun terlihat kuno, sebenarnya yang benar-benar asli hanyalah bagian depannya saja. Sisa bangunan yang lain merupakan renovasi akibat bom pada perang dunia II.  Gereja St.Michael ini banyak dikunjungi turis karena memiliki ruang bawah tanah yang menjadi kuburan 40 keluarga kerajaan terutama dari dinasti Wittelsbach yang memerintah Bavaria dari 1180-1918. Termasuk salah satu diantaranya kuburan King Ludwig II. Masuk gereja ini gratis tapi untuk masuk ke dalam ruangan bawah tanahnya orang harus membayar biaya tambahan sebesar E 2. Sayang saat itu ruang bawah tanah (The Crypt) tutup. Jam bukanya adalah Senin – Jumat jam 930am-530pm dan Sabtu jam 930am-230pm.

St Michael’s Church

St Michael’s Church

Dari St. Michael Church, kami berjalan kurang lebih 500 meter menyusuri Damenstiftstrabe melewati St. Anna Church (Damenstiftskirche Sankt Anna) menuju Asamhof Passage. Memasuki gerbangnya sampailah kami di sebuah gang kecil yang berisi deretan restaurant dengan kursi, bunga dan payung warna-warni. Kebanyakan restorant disini memiliki tempat duduk outdoor yang kelihatannya enak banget dibikin ngopi-ngopi cantik. Sayang harga makanannya lumayan mahal berkisar antara E 7-20.

Asamhof Passage

Asamhof Passage

Melewati restoran-restoran di Asamhof Passage, kami berjalan menuju St. Johann Nepomuk Church (Asamkirche). Gereja ini bisa dibilang merupakan salah satu gereja dengan interior terbaik di dunia. Sayang saat saya kesana gerejanya sudah tutup, jadi saya tidak bisa mengagumi keindahan interiornya. Gereja ini dibangun oleh Asam Brothers, Cosmas Damian Asam dan Egid Quirin Asam yang terkenal akan keindahan rancangan bangunan Rococo-nya. Ketika pindah kesini, mereka bertekad membangun sebuah gereja yang akan menjadi masterpiece sekaligus showroom keahlian mereka. Jadi bila ada orang yang ingin membangun gereja, mereka tinggal menunjukkan contoh nyata desainnya. Tidak heran kalau mereka begitu habis-habisan mengerjakannya. Nama St. John of Nepomuk sendiri diambil dari nama seorang pendeta yang dibuang dari St Charles Bridge di Praha karena tidak ingin memberitahukan rahasia Raja yang dipercayakan kepadanya. Pendeta ini jadi semacam simbol integritas dan menjadi idola dari Asam Brothers.

Bagian Luar dan Dalam St. Johann Nepomuk Church (Photo by : bigboytravel.com)

Bagian Luar dan Dalam St. Johann Nepomuk Church (Photo by : bigboytravel.com)

Tiket masuk ke gereja ini adalah gratis dan jam masuknya adalah jam 9 pagi sampai jam 5 sore.Dari gereja ini kami meneruskan penjelajahan menuju New Sendlinger Gate (Sendlinger Tor)Dulu Munich terkenal sebagai kota yang kaya karena perdagangan garam. Maka demi keamanan dibangunlah dinding mengelilingi kota ini dengan 8 gerbang masuk yang sekarang hanya tersisa 3. Salah satu gerbang yang tersisa adalah Sendlinger Tor ini disamping Isartor dan Karistor. Diantara ketiganya Sendliger Tor – lah yang paling penting karena menjaga Sendlinger Road yang saat itu merupakan jalan utama yang menghubungkan Munich dan Itali. Gerbang ini mudah dikenali karena bagian luarnya tertutup oleh tanaman rambat yang tumbuh melingkar-lingkar.
Gerbang Sendlinger Tor (Photo by : erich-springer)

Gerbang Sendlinger Tor (Photo by : erich-springer)

Tanpa terasa hari sudah sangat malam ketika akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Jadilah Sendliger Tor menjadi tempat akhir Walking Tour kami di Old Town Munich. Sebenarnya maksud hati ingin tinggal dan menjelajah kota ini lebih lama lagi. Melihat Munich’s English Garden (Englischer Garten) yang konon kabarnya adalah taman terbesar dan terindah di Jerman. Mengunjungi Olympic Park München’s yang menjadi tempat terselenggaranya Olimpiade musim panas tahun 1972. Melihat-lihat Viktualienmarkt yang bisa dibilang semacam Queen Victoria Market-nya Munich dan satu lagi yang bikin penasaran yaitu mengunjungi museum BMW. Tapi apa daya besok pagi-pagi kami harus sudah cabut ke kota berikutnya yaitu Zurich. Sebelum kembali ke hotel kami sempatkan dulu beli kebab di salah satu kios makanan halal di seputar hotel. Berikut peta restoran halal di seputar Euro Youth Hostel yang saya ambil dari blog sampaisudah.com.

Halal-shops

Biaya Hari Ke 8

Biaya

 

 

 

 

 

 

Kronologi Waktu

Waktu

 
19 Comments

Posted by on March 11, 2016 in Jerman, Munich

 

Tags: , , , ,

19 responses to “Hari Ke 8 : Munich (Fussen & Old Town Munich)

  1. Tika

    March 11, 2016 at 10:23 pm

    Mbak Avie, waktu ke Fussen pake Bayern Ticket atau beli tiket biasa?

     
    • Vicky Kurniawan

      March 12, 2016 at 1:11 pm

      Keretanya aku pakai Eurail Pass, cuma tiket bisnya aja yang beli. Tiket bis dari stasiun kereta Fussen ke kastil sama tiket bis ke Neuschwanstein

       
  2. rudhanto

    March 14, 2016 at 10:35 am

    mein gott…pollat waterfall menakjubkan sekali!

     
  3. Novita

    March 14, 2016 at 5:26 pm

    Hiksss indahnyaa sayang sudah kadung bikin itinerynya ke koln bukan munich 😭😭, oia mba itu perincian biaya u satu orang ya mba??

     
    • Vicky Kurniawan

      March 14, 2016 at 7:43 pm

      Iya mbak Novita, udah dibreak down untuk satu orang.

       
  4. ditha

    March 15, 2016 at 8:20 pm

    Mba Vicky, sy rencana brkt tgl 8 juni 16 mengikuti itinerary mba, ditunggu ya kronologi wkt dan biaya harian selanjutnya, mdh2an msh keburu. Thank you mba

     
    • Vicky Kurniawan

      March 16, 2016 at 9:14 am

      He he he wah mbak Dita tahu banget nih kalau saya lama banget nulisnya 🙂 .

       
  5. efendy

    March 19, 2016 at 3:59 pm

    Emba klau saya dr salzbrug mau ke kastil neuwasthin bisa pulang hari engk ya

     
    • Vicky Kurniawan

      March 19, 2016 at 8:46 pm

      Bisa mas Efendy tapi perlu kerja keras. Ambil kereta paling pagi ke Munich yang datang sekitar jam 8-9 pagi. Terus usahakan jam 6 malam sudah di Munich, ambil kereta paling akhir ke Salzburg. Ada teman yang pernah nyoba dia sampai di Salzburg lagi jam 2 malam. Perjalanan dari Salzburg ke kastil kurang lebih 4 sampai 4,5 jam sekali jalan. Katakanlah perjalanannya saja 9 jam. Waktu yang dihabiskan disana 2 jam (kalau menurut saya sih kurang). Jadi total 11 jam. Yah memang memungkinkan tapi nggak enjoyable.

       
  6. Fauziah Rahman

    March 24, 2016 at 11:18 am

    Suka banget sama tulisannya mbak Vicky, sangat informatif hehe.
    Mbak aku mau dong itinerarynya, kalau boleh aku minta email hehe (uchiamamen@gmail.com)

     
    • Vicky Kurniawan

      March 25, 2016 at 12:14 am

      Terima kasih sudah mampir kesini ya mbak. Insyaallah kalau sempat saya email. Kalau tidak coba ingatkan saya dengan mengirim email ke Oktavi23@yahoo.com

       
  7. eric

    June 14, 2016 at 11:49 am

    di kastil , stay dimana ? mau ada rencana yang sama tapi gak yakin apa kembali ke munchen

     
    • Vicky Kurniawan

      June 14, 2016 at 6:52 pm

      Mending nginep di Fussen aja mas Eric kalau tidak sempat kembali ke Munich. Kalau hotel-hotel di sekitar Neuschwanstein mahal mahal.

       
  8. ian

    July 17, 2016 at 10:51 am

    mba vicky, salam kenal,
    saya juga berencana minggu depan mau ke munich dan salzburg dari Amsterdam,
    kalo boleh tau kenapa main di salzburg dulu baru di munich, setelah itu ke zurich? apakah kereta dari salzburg ke zurich akan lewat munich lagi?

     
    • Vicky Kurniawan

      July 20, 2016 at 8:13 pm

      Kebanyakan kereta dari Salzburg ke Zurich pasti akan berhenti di Munich. Sebenarnya bisa juga dari Salzburg langsung ke Zurich tapi mesti pindah pindah kereta beberapa kali. Lebih gampang kalau ke Munich dulu.

       
      • Ninda

        August 8, 2016 at 7:27 am

        Dear Mba Vicky….
        Sukaaaaa banget sama tulisannya, minggu depan saya berencana jalan ke beberapa negara di eropa, dan banyak nyontek dari Mba Vicky, karena detail banget jadi saya lebih pede… Ini perjalan pertama saya ke eropa soalnya…

         
      • Vicky Kurniawan

        August 8, 2016 at 9:56 pm

        Terima kasih sudah mampir ya mbak Ninda. Semoga perjalananannya lancar ya.

         
  9. ara

    September 2, 2016 at 9:46 am

    Mb mau tanya dong
    1. Berdasarkan gambar orang diatas petunjuk dr Munich ke Nesch castle , sedangkan mb vicky pertama2 ke Hohensch castle, apakah sama naik bus no 73/78?
    2. Dari Neusch Castle utk balik lg jemput ibu apakah melewati Marienbrucke lagi ? atau arah ke schloss hotel itu beda lagi?
    3. Pulang dari Hohensch ke fussen naik bus no berapa n arah kemana mb ? tks mb y

     
    • Vicky Kurniawan

      September 2, 2016 at 11:00 pm

      Halo mbak Ara :
      1. Dari stasiun kereta di Fussen, saya naik bis no.73/78 ke halte kastil. Kastil Hohenshwangau dan Neuschwanstein ini berada dalam satu area. Jadi antar kastil yang satu dengan yang lain bisa ditempuh dengan naik bis (disini ada bis lokal dan bukan bis no.73/78) atau jalan kaki.
      2. Dari Neuschwanstein saya ambil jalur berbeda untuk pulangnya (tidak lewat Marienbrucke) supaya saya bisa dapat dua duanya.
      3. Pulang ke Fussen naik bis no. 73/78 dari halte kastil

       

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: