RSS

Category Archives: Jerman

Hari Ke 8 : Munich (Fussen & Old Town Munich)

Oleh : Vicky Kurniawan

Saat menyusun itinerary saya tidak pernah ragu memilih Munich sebagai salah satu destinasinya. Disamping dekat dengan beberapa tujuan di Austria, ada satu hal yang membuat saya harus mampir ke kota ini. Destinasi yang menjadi impian saya sejak lama adalah Neuschwanstein Castle, kastil ala Sleeping Beauty Disney yang terletak di Fussen kurang lebih 133 km sebelah selatan Munich. Jadilah saya merencanakan untuk menginap 2 malam di kota ini sebelum melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya yaitu Zurich.

Neuschwanstein Castle

Neuschwanstein Castle dilihat dari Marienbrucke Bridge

Fussen

Terletak 5 km dari perbatasan Jerman – Austria, Fussen adalah sebuah kota kecil penghasil biola. Namanya menjadi terkenal karena ada beberapa kastil besar yang dibangun di areanya. Selain Neuschwanstein dan Hohenschwangau ada juga Hohes Schloss yang dulunya merupakan istana musim panas Prince Bishop of Ausburg. Dari Munich, kota ini dapat dicapai dengan menggunakan kereta sedangkan Neuschwanstein Castle yang terletak kurang lebih 4 km dari sini dapat dijangkau dengan menggunakan bis dari Fussen. Transportasi dari Munich menuju Neuschwanstein dapat dilihat ada gambar berikut ini.

Rute kereta Munich - Fussen Read the rest of this entry »

 
19 Comments

Posted by on March 11, 2016 in Jerman, Munich

 

Tags: , , , ,

Hari Ke 1 Surabaya – Singapura (Menginap di Changi Airport)

Oleh : Vicky Kurniawan

Penerbangan kami dari Surabaya ke Singapura menggunakan Jetstar dijadwalkan akan berangkat jam 20.45 dan diperkirakan mendarat jam 00.10. Waduh, mesti nginap di bandara nih. Buat saya dan suami, menginap di bandara merupakan hal yang biasa. Maklum sebagai traveler dengan anggaran terbatas kami harus irit soal pengeluaran. Tapi kali ini karena membawa ibu, saya dan suami merasa kasihan kalau harus mengajaknya menginap di bandara. Kendala utama untuk menginap di luar bandara terletak pada transportasinya. Kereta menuju kota paling akhir berangkat jam 11.18 malam, sedangkan bis terakhir akan berangkat dari bandara jam 11 malam. Jadi satu-satunya pilihan adalah taksi. Biaya taksi ke kota berkisar antara 30 – 35 SGD itupun masih ditambah 5 SGD Midnight Airport Surcharge dan  Midnight surcharge yang besarnya 50% dari biaya akhir.

Salah Satu Sudut Tidur di dalam Transit Mall Changi Airport (Photo Credit : Changi Airport Group)

Salah Satu Sudut Tidur di dalam Transit Mall Changi Airport (Photo Credit : Changi Airport Group)

Jadi kalau mendarat jam segitu, pilihan yang tersisa hanya menginap di bandara. Hotel di dalam bandara Changi terbagi menjadi dua jenis. Untuk penumpang transit, ada Ambassador Transit Hotel yang terletak di Terminal 2 dan Terminal 3. Sedangkan untuk penumpang non transit ada Crowne Plaza Changi Airport yang walaupun letaknya diluar tapi masih tersambung dengan terminal 3. Setelah melihat harga-harganya kami udah jiper duluan, untuk transit hotel harganya berkisar SGD 105.93 per 6 jam, sedangkan untuk Crowne Plaza berkisar pada harga 3 jutaan permalam. Bahkan untuk harga lounge dan nap room seperti The Haven saja harganya masih mahal (berkisar antara SGD 88.28 per 4 jam per orang). Sempat kepikiran untuk menginapkan ibu di The Haven dan biar kami saja yang ngemper di ruang tunggu. Tapi dengan tegas ibu menolak. Jadi dengan hati-hati kami sampaikan pada ibu kalau kemungkinan besar kita akan menginap di bandara, bukan di hotelnya tapi di ruang tunggunya. Di luar dugaan, ibu menyatakan kesiapannya walaupun mungkin dalam hati “mbrebes mili” melihat kekurang ajaran kami 🙂 .

Bolehkah Menginap di Transit Mall Changi Airport ?

Begitu tahu kalau mau menginap di airport, saya langsung menyasar website The Guide to Sleeping in Airport untuk mencari panduan tempat-tempat mana yang paling direkomendasikan untuk menginap di Changi Airport. Sayangnya tempat-tempat tersebut kebanyakan berada di dalam Transit Mall sedangkan kami bukan penumpang transit karena tiket kami tidak fly through tapi sendiri-sendiri. Yang menjadi pertanyaan “bolehkan non penumpang transit seperti kami menginap di transit mall?”.  Transit Mall adalah tempat sebelum keluar dari proses imigrasi yang fungsi utamanya ditujukan untuk penumpang yang akan terbang atau transit. Sebenarnya ada tiga pendapat tentang hal tersebut (udah kayak fatwa ulama aja 🙂 ) membolehkan, membolehkan dengan syarat dan tidak membolehkan. Yang tidak memperbolehkan memiliki pendapat bahwa menginap di transit mall bagi penumpang non transit mengganggu kenyamanan tidur dan menurut aturan sebenarnya memang tidak diperbolehkan. Hal ini didasarkan pengalaman biasanya sekitar jam 3 dan 4 pagi ada pemeriksaan tiket, paspor dan boarding pass. Bagi penumpang transit mungkin tidak bermasalah tapi bagi penumpang non transit masih tanda tanya. Salah satu yang tidak membolehkan adalah teman blogger dan penulis buku traveling mas Indra Prasetya Nugraha yang pernah diusir keluar gara-gara menginap di transit mall. Pengalaman mas Indra bisa dibaca di blognya Travelholic . Saya pikir pengalaman mas Indra ini patut dipertimbangkan karena dia bisa dibilang rajanya traveling ke Singapura. Karena bekerja di Batam, dia sering menghabiskan akhir pekan di Singapura sampai dicurigai sama petugas imigrasi Changi saking seringnya bolak balik Singapura – Batam. Read the rest of this entry »

 
 

Tags: , , , ,

19 Hari Keliling Eropa Barat (Belanda, Jerman, Austria, Swiss, Perancis, Luxembourg dan Belgia)

Oleh : Vicky Kurniawan

Ketika ibu mertua saya menyatakan keinginan terpendamnya untuk pergi ke Eropa, saya dan suami sebagai anak berbakti (cieh..) hanya bisa menjanjikan saja. Eropa bagi kami berdua serasa destinasi yang tak terjangkau. Disamping tidak ada pesawat low budget yang terbang kesana (oh Air Asia kenapa kamu tutup rute ke Eropa  😦  ) , biaya hidup yang tinggi juga menjadi alasan utamanya. Memang sudah 30 tahun ibu mertua saya memendam impiannya untuk pergi ke Eropa. Semenjak dia sering melihat gambar-gambar di kalender tentang pemandangan Eropa yang indah terbersit keinginan untuk membuktikan benarkah ada pemandangan seindah itu. Sedihnya dia juga mengumpulkan iklan biro travel yang berisi daftar harga-harga tur ke Eropa. Siapa tahu uang hasil arisannya ada yang cocok untuk pergi kesana 🙂 .

Saya dan Ibu di Zaanse Schans

Saya dan Ibu di Zaanse Schans

Melihat hal itu akhirnya suami saya bertekad kalau ada rejeki dia akan memberangkatkan ibu ke Eropa dengan ikut tour.  Pertimbangan utamanya adalah kenyamanan mengingat kondisi fisik ibu yang kurang kuat berjalan jauh. Setelah uang terkumpul cukup untuk satu orang, suami saya mulai sibuk mencari biro travel yang cocok. Di luar dugaan ibu mertua saya menolak untuk pergi sendiri walaupun ikut tur. Alasannya mana enak pergi sendiri diantara orang orang yang tidak dia kenal. Rupanya Allah Maha Pengasih dan Penyayang mendengarkan doa ibu saya. Di bulan-bulan berikutnya suami saya kebanjiran job sehingga cukuplah uang untuk pergi berdua bahkan bertiga kalau perginya ala backpacker. Jadi siapa yang kebagian rejeki sebagai orang ketiga? Tentu saja saya dong, menantunya yang paling manis dan baik hati ini 🙂 . Disamping manis dan baik hati, suami saya tahu kalau dia bisa mengandalkan saya untuk riset tentang Eropa , suatu hal yang tidak akan sempat ia lakukan 🙂 . Jadilah akhirnya kami berangkat bertiga ke Eropa dengan itinerary yang sengaja saya buat lebih ringan daripada biasanya.

Persiapan Sebelum Berangkat

Terus terang persiapan sebelum traveling ke Eropa ini jauh lebih ribet dibanding perjalanan saya yang lain. Dalam perjalanan-perjalanan sebelumnya, saya sudah punya tiket ditangan paling tidak 6 bulan sampai 1 tahun sebelumnya. Jadi persiapannya tidak terlalu tergesa-gesa. Dalam perjalanan ke Eropa ini, saya baru bergerak efektif 2 bulan setelah visa dan tiket pesawat positif didapat. Beberapa persiapan yang saya lakukan sebelum berangkat antara lain :

a. Mengajukan Visa Schengen

Visa Schengen ini saya ajukan tepat 3 bulan sebelum keberangkatan. Sengaja dilakukan jauh-jauh hari supaya ada waktu bila harus melengkapi dokumen yang kurang atau bila diminta  melakukan pembetulan. Alasan yang kedua supaya ada waktu untuk berburu tiket pesawat murah ke Eropa. Cara mendapatkan visa Schengen sudah saya tulis dengan detail disini. Read the rest of this entry »

 
 

Tags: , , , , ,

Panduan Penggunaan Eurail Pass

Oleh : Vicky Kurniawan

Saat menyusun itinerary ke Eropa, mau tidak mau saya harus belajar tentang jaringan transportasi disana. Dengan anggaran yang terbatas, pilihan pertama saya jatuh pada alat transportasi paling murah yaitu bis. Apalagi ada Eurolines yang menawarkan Eurolines Pass yaitu pass untuk naik bis jarak jauh dengan jangkauan meliputi 48 negara di seluruh Eropa dengan jangka waktu pemakaian 15 atau 30 hari. Eurolines sendiri adalah jaringan kerjasama 29 organisasi bis jarak jauh Eropa yang meng-cover seluruh Eropa dan Maroko. Di beberapa negara, Eurolines akan dioperasikan oleh beberapa perusahaan yang berbeda. Contohnya di Inggris, akan dicover oleh National Express, di Irlandia Utara dioperasikan oleh Ulsterbus dan di negara-negara Baltik dioperasikan oleh Lux Express.

Kereta Glacier Express Swiss

Kereta Glacier Express Swiss

Tapi setelah mempelajari Eurolines lebih jauh, saya baru menyadari kalau pass ini lebih cocok untuk para traveler yang punya waktu longgar. Kendala utama terletak pada jadwal pemberangkatan bisnya yang tidak setiap hari. Sebagai contoh untuk jalur Amsterdam – Munich bis hanya berangkat setiap Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Kendala kedua, terletak pada destinasinya yang hanya mencakup kota-kota besar. Jadi kalau mau melipir ke kota kota kecil seperti Hallstatt harus naik kereta lagi. Kendala ketiga, kurang praktis karena kita tidak bisa langsung naik tapi harus booking dulu minimal 2 hari sebelumnya. Kendala keempat adanya batasan pemakaian. Jai kita tidak boleh mengulang rute yang sudah pernah kita tempuh sebelumnya. Nah setelah kurang sreg dengan Eurolines, saya mencoba melirik alternatif kedua yaitu naik pesawat terbang low cost carrier seperti Ryanair dan Easyjet. Soalnya saat saya cek, harga tiket ke beberapa destinasi malah lebih murah daripada naik bis. Tapi pesawat juga memiliki beberapa kekurangan yang sangat krusial seperti letak bandara yang kebanyakan berada di luar kota sehingga biaya transportasi menuju bandara menjadi mahal. Selain itu waktu yang diperlukan untuk perjalanan ke bandara serta proses boarding akan memakan waktu lebih lama daripada naik bis atau kereta. Jadi mau tidak mau setelah mempertimbangkan beberapa hal diatas akhirnya saya memilih kereta api untuk perjalanan menjelajah Eropa. Read the rest of this entry »

 
 

Tags: , , ,

Berburu Visa Schengen

Oleh : Vicky Kurniawan

Visa Schengen. Mendengar namanya saja perut saya jadi mules. Walaupun ini visa keempat yang pernah saya lamar, tetap saja bikin dag dig dug saat mengajukan aplikasinya. Visa Schengen adalah dokumen yang diperlukan bila kita ingin mengunjungi / bepergian di Daerah Schengen . Schengen Area terdiri dari 26 negara yang terikat oleh perjanjian Schengen , dimana 22 negara merupakan bagian dari Uni Eropa dan 4 negara adalah bagian dari EFTA . Wilayah Schengen meliputi sebagian besar negara-negara Eropa , kecuali Inggris. Namun, ada negara-negara yang bukan merupakan bagian dari Uni Eropa seperti Norwegia , Islandia , Swiss dan Lichtenstein yang tetap memperbolehkan pemegang visa Schengen untuk bepergian di negaranya.

Schengen Area Tahun 2007

Schengen Area Tahun 2007

Jadi sekali mengantongi visa Schengen, kita bisa bebas menjelajah negara-negara tersebut dalam batas waktu yang telah ditentukan. Daftar negara negara yang termasuk dalam visa Schengen dapat diklik disini. Bukan tidak mungkin daftar tersebut akan bertambah di tahun tahun mendatang karena kabarnya negara-negara seperti Rumania , Bulgaria , Kroasia , Siprus dan Irlandia segera akan menjadi bagian dari perjanjian tersebut.

Before You Apply

Pertama

Sebelum mengajukan visa Schengen ada satu hal penting yang harus dipikirkan terlebih dahulu, yaitu Memilih kedutaan negara yang tepat untuk pengajuan visa. Ingat ! Kita memiliki 26 pilihan kedutaan yang masing-masing memiliki syarat dan aturan yang berbeda walaupun nanti format visanya sama. Sangat disarankan untuk mengajukan visa di negara tempat kita masuk pertama kali atau di negara yang paling lama akan kita kunjungi. Sebenarnya aturan tersebut tidak bersifat baku karena dari pengalaman teman-teman sesama traveler tidak masalah kita masuk atau tinggal lama di negara bukan tempat kita mengajukan visa asal masih dalam area Schengen. Contoh  kita mengajukan visa di kedutaan Perancis tapi kita masuk lewat Belanda dan tinggal lama di Spanyol. Pemilihan negara pengajuan visa ini berperan penting karena ada negara yang persyaratannya ketat dan ada yang longgar. Ada juga negara yang memerlukan waktu lebih lama dan ada pula yang sebentar. Dari hasil diskusi dengan beberapa teman akhirnya saya memilih untuk mengajukan Visa Schengen di Kedutaan Belanda. Ada 2 hal yang menjadi pertimbangan saya dalam memilih Belanda. Pertama, Belanda memiliki konjen di Surabaya. Karena berdomisili di Malang saya memilih kedutaan yang memiliki perwakilan di Surabaya sehingga saya tidak perlu jauh-jauh pergi ke Jakarta hanya untuk mengajukan visa. Kedua, kedutaan Belanda terkenal paling singkat, paling mudah dan paling tidak ribet persyaratan visanya. Update per Januari 2017, Konjen Belanda di Surabaya tidak lagi mengurusi pengajuan visa dan mengalihkannya ke VFS Global perwakilan Surabaya. Jadi yang saya tulis disini adalah proses aplikasi visa Schengen di VFS Global Surabaya untuk jenis visa Turisme. Read the rest of this entry »

 

Tags: , , ,