RSS

Hari Ke 2 : Singapura – Abu Dhabi (China Town & Tekka Centre)

25 Sep

Oleh : Vicky Kurniawan

Penerbangan lanjutan kami ke Abu Dhabi akan berangkat jam 8 malam, jadi ada waktu seharian untuk menjelajah Singapura. Sebenarnya waktu itu sudah terpikir untuk mengambil penerbangan Surabaya – Singapura pada hari yang sama supaya tidak menginap di airport. Tapi suami saya mewanti-wanti, kalau memang mau berangkat pada hari yang sama dia minta penerbangan pertama. Untuk berjaga-jaga bila terjadi keterlambatan, macet atau hal-hal darurat lainnya. Dia tidak mau tiket lanjutan yang mahal jadi hangus hanya gara-gara tidak mau menginap di bandara. Setelah mengecek jadwal penerbangan Surabaya – Singapura ternyata baik Jestar atau Tigerair tidak punya jadwal penerbangan pagi, semuanya siang dan sore hari. Akhirnya, saya pilih penerbangan paling akhir di hari sebelumnya dengan kelemahan harus menginap di bandara.

Salah Satu Sudut Terminal 2 Changi Airport

Enchanted Garden di Transit Mall Terminal 2 Changi Airport

Sebenarnya ada untungnya juga kalau hari ini masih punya waktu untuk menjelajah Singapura. Kebetulan sampai berangkat ibu belum punya Winter Coat yang memadai, karena beberapa yang dicoba di Indonesia tidak sesuai baik ukuran maupun modelnya. Jadi sekalian hari ini niatnya mau mencari jaket yang cocok untuk beliau. Setelah browsing, banyak yang menyarankan untuk membeli winter coat di Eropa saja disamping harganya lebih murah, kualitasnya juga lebih baik Tapi saya pikir akan banyak membuang waktu kalau nanti saat sampai di Eropa kami masih harus mencari-cari winter coat. Maunya begitu datang langsung menjelajah tapi bukan menjelajah mall untuk membeli jaket 🙂 .

Luggage Storage Terminal 1 Changi Airport

Setelah mandi abal-abal dan sholat shubuh, kami naik ke lantai 3 untuk menitipkan backpack dan koper. Tempat penitipan koper di Changi Airport ini buka 24 jam dan bisa ditemukan di Terminal 1, Terminal 2 dan Terminal 3. Di tiap-tiap terminal tersedia 2 tempat penitipan koper yang ditandai dengan tulisan besar “Left Luggage” dan semuanya terletak di Public Area dan Secure Area yaitu area sebelum pemeriksaan imigrasi. Kalau di Terminal 1,  salah satu luggage storage ini terletak di lantai 3 dekat viewing deck. Dari departure hall cari bagian informasi, dibelakangnya ada lift yang mengarah ke lantai 3. Di Terminal 1 ini left luggage services dioperasikan oleh Easy Bag.

Tempat Left Baggage dan Tarifnya

Tempat Left Baggage dan Tarifnya

 

Untuk 24 jam pertama, biayanya S$1.07 untuk loose item (seperti jaket, mantel atau tas belanja),  S$3.21 untuk tas kecil (berat dibawah 10kg), S$4.28 untuk tas besar (berat diatas 10kg), dan S$8.56 untuk odd size item (seperti peralatan olahraga). Untuk tiap 24 jam biaya tambahan yang dikenakan sebesar S$2.14, S$4.28, S$5.35, dan S$10.70. Harganya ganjil karena sudah termasuk 7% GST. Harga penitipannya memang mahal. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap ukuran, berat dan jumlah tas yang dititipkan. Kalau bisa titip seperlunya saja dan pilih yang paling berat dan besar. Nanti sisanya bisa dibagi rata sehingga saat jalan-jalan masing-masing orang tidak akan keberatan. Memang jadi repot karena kita jadi mengepak dan menata ulang, tapi melihat harganya hal itu memang perlu dilakukan. Demi alasan keamanan, kita diwajibkan menunjukkan paspor saat akan menitipkan barang disini.

Staff Canteen Terminal 1 Changi Airport

Dari luggage storage, kami turun lagi untuk makan pagi di Staff Canteen, tempat makan paling murah dan paling direkomendasikan di Changi Airport. Lokasinya dekat banget dari tempat kami menginap disebelah restoran Burger King. Jadi dari Arrival Hall Terminal 1, jalan saja terus sampai restoran Burger King, melewati toilet dan keluar lewat pintu timur. Persis di sebelah kiri akan terpampang dengan jelas tulisan Staff Canteen. Peta menuju tempat ini ada pada gambar di bawah.

DSCN0190-horz-vert

Pada saat masuk, trolley tidak bisa dibawa karena harus turun tangga. Jadi susah juga kalau bawa barang banyak. Sistim pembelian dalam kantin seperti Food Court dengan pembayaran langsung pada penjual. Pilihan makanannya beragam mulai masakan India sampai masakan Melayu dengan beberapa stand yang menawarkan makanan halal. Harga yang terpampang ada dua macam, harga karyawan (staff rate) dan harga umum (public rate). Tapi saya cukup beruntung karena beberapa kali makan disitu dikasih harga karyawan (nggak tahu kenapa 🙂 ). Harga makanannya berkisar antara SGD 2 – 7 dan minuman SGD 1- 3, termasuk murah untuk ukuran airport dan Singapura.  Disini kita makan nasi lemak seharga SGD 2.5 dan minumnya pakai air putih saja yang diambil dari dispenser (he he dasar pelit).

Bagian Dalam Staff Canteen

Bagian Dalam Staff Canteen

Jam buka kantin : Senin – Jumat jam 7 pagi sampai jam 8 malam sedang hari Sabtu, Minggu dan Hari Libur buka jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Selain di terminal 1, staff canteen ini juga ada di Terminal 2 Level 3 M. Sayang, saya belum sempat mencoba yang disana. Kalau ingin tahu suasana staff canteen di terminal 2 bisa dibaca ulasannya disini . Dari beberapa hasil browsing penjualan perlengkapan musim dingin di Singapura, banyak yang menyarankan untuk beli disekitar China Town. Kebetulan beberapa kali ke Singapura saya belum pernah kesana. Jadi rencananya mau walking tour sekalian cari jaket di area tersebut.

China Town Singapore

Dimulai dari kedatangan orang Cina yang berbondong-bondong ke Singapura untuk menjajal keberuntungannya, Sir Stamford Raffles yang saat itu menjadi penguasa menginginkan keteraturan penataan kota. Untuk itu bersama Lieutenant Jackson, perancang kota, ia menyusun tata letak kota yang didasarkan pada kelompok etnik dan fungsinya. Etnik Cina yang saat itu merupakan 70% dari kelompok migran dialokasikan menempati seluruh wilayah barat Singapore River.

The Plan of the Town of Singapore Source: Wikipedia

The Plan of the Town of Singapore
Source: Wikipedia

Jalan-jalan diatur dalam bentuk kotak yang dinamai menurut tujuannya seperti Temple Street yang mengarah ke Sri Mariamman Temple dan Sago Street yang saat itu mengarah ke pabrik Sagu. Pengaturan Raffles ini bahkan mengarah kepada alokasi daerah berdasarkan klannya. Klan Hokkian bertempat diseputaran Telok Ayer, klan Teochews berada disekitar Clarke Quay dan Fort Canning, sementara Cantonese dan Hakka tinggal di area Kreta Ayer. Pemisahan area berdasarkan klan ini akhirnya berpengaruh pula pada perdagangan yang didominasi oleh kelompok-kelompok tertentu misalnya : klan Hokkian, yang pertama kali datang ke Singapura, mengambil alih sektor perdagangan dan berkembang menjadi pemilik usaha. Klan Teochew mengkhususkan diri pada pertanian dan klan Cantonese menjadi penambang dan pengrajin. Kalau melihat foto-foto China Town jaman dulu kita bisa melihat betapa kerasnya kehidupan disini. Infrastruktur yang jelek, keadaan kotanya yang semrawut dan ruwet membuat hidup menjadi tidak nyaman. Saking padatnya penduduk, satu tempat tidur di Shop House (semacam ruko) biasanya disewakan untuk dua orang, untuk pekerja shift malam dan pekerja shift siang, jadi tidurnya tidak akan bersamaan. Buang air kecil atau besar dilakukan di ember yang dikosongkan pada malam hari saat petugas “pengosong ember” datang dari rumah ke rumah.

China Town Singapura Jaman Dulu

China Town Singapura Jaman Dulu

Keadaan diatas berubah saat area ini terkena serangan udara Jepang di Perang Dunia 2 yang memusnahkan hampir semua bangunan disana. Pembangunan akibat serangan udara ini dibarengi dengan era modernisasi pada tahun 70 dan 80 an merubah wajah China Town. Banyak shophouse diruntuhkan dan penghuninya pindah ke rumah susun yang dibangun pemerintah. Tapi untunglah pemerintah Singapura masih menyadari pentingnya melestarikan masa lalu, sehingga sejak tahun 1989 seputaran area Telok Ayer, Tanjong Pagar, Bukit Pasoh dan Kreta Ayer dijadikan area konservasi. Shophouse yang dulunya berfungsi sebagai tempat kos, sarang opium, tempat pelacuran dan pabrik, sekarang menjadi kantor, toko dan restauran.

Area China Town di waktu malam (Photo By : http://www.chinatown.sg)

Area China Town di waktu malam (Photo By : http://www.chinatown.sg)

Untuk menuju kawasan ini, dari Changi airport kita dapat naik kereta dengan rute sebagai berikut :

Rute China townSedangkan rute walking tour dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Singapore-Chinatown-Map

Rute walking tour saya dimulai dari Pagoda Sreet ,  dinamai sesuai dengan kuil yang berada diujung jalan, tempat ini dikenal juga sebagai Chinatown Street Market. Di sepanjang jalan terdapat kios-kios kecil yang berjualan souvenir, makanan sampai kamera digital. Kualitas dan harga di setiap toko hampir sama. Magnet kulkas rata-rata berharga 5 untuk SGD 5 dan jubah sutra (imitasi) dengan harga dibawah SGD 10. Rata-rata kios-kios disini buka mulai jam 10 pagi sampai jam 10 malam, jadi saat kami tiba disini sekitar pukul 08.30 masih belum banyak toko yang buka.

Pagoda Street

Pagoda Street

Karena cuaca yang panas, kami tidak mengijinkan ibu untuk ikut walking tour di seputar area ini. Jadi ibu berjalan-jalan sendiri di seputaran Pagoda Street dan kami janjian untuk menjemputnya di depan Chinatown Heritage Centre yang berada di jalan ini juga. Dari Pagoda street, kami berjalan kaki melewati Trengganu Street , yang dulu dikenal sebagai Yap Pun Kai atau Japanese Street saking banyaknya pramuria Jepang yang menjajakan diri di jalan ini. Melewati Trengganu Street, kami berbelok masuk ke Sago Lane atau Street of the Dead. Dinamai demikian karena dulu di jalan ini terdapat “death houses” atau rumah kematian. Saat itu karena buruknya sarana sanitasi dan kesehatan banyak orang yang meninggal. Menurut kepercayaan Cina,  suatu rumah akan jelek keberuntungannya bila ada orang mati didalamnya sehingga orang yang sekarat dibawa ke “Death House” supaya meninggal disana. Sayang sekali sejak dilarang oleh hukum pada tahun 1961, rumah kematian ini akhirnya dihancurkan.

Death House (Photo By : http://aliciapatterson.org

Death House (Photo By : http://aliciapatterson.org)

Keluar dari Sago Lane, kami belok kiri untuk mampir di The Buddha Tooth Relic Temple. Dinamai demikian karena di dalamnya konon terdapat satu gigi yang dipercaya merupakan gigi sang Budha. Entah benar atau tidak tapi satu hal yang pasti, kuil ini memiliki interior dan eksterior yang bagus. Apalagi tiket masuknya gratis dan terbuka untuk umum. Walaupun demikian, berhati-hatilah bila memasuki tempat-tempat seperti ini. Disamping sebagai tempat kunjungan turis, tempat ini juga berfungsi sebagai sarana ibadah. Jadi jagalah kesopanan, pakai baju yang pantas, jangan sembarang memotret dan yang penting jangan berisik. Disamping sebagai tempat ibadah, di lantai 2 terdapat perpustakaan yang berisi buku-buku tentang agama Budha. Disitu juga terdapat toko souvenir jika ingin membeli jubah atau jimat. Sedang di lantai 3 terdapat Buddhist Cultural Museum dengan koleksi-koleksi dari berbagai negara di Asia, termasuk Thailand, China dan India. Tiket masuknya juga gratis. Tapi yang paling menarik menurut saya adalah rooftopnya, karena disini terdapat taman bunga dengan pagoda di tengahnya yang berisi prayer wheel. Waktu yang paling direkomendasikan untuk datang ke kuil ini adalah saat opening atau closing ceremony saat para biksu berkumpul untuk berdoa. Jadwal ceremonynya bisa dilihat disini .

Bagian Depan Buddha Tooth Relic Temple (atas) dan taman di rooftopnya (bawah)

Bagian Depan Buddha Tooth Relic Temple (atas) dan taman di rooftopnya (bawah)

Dari kuil Budha, sekarang kami beralih ke kuil Hindu yaitu Sri Mariamman Temple yang merupakan kuil Hindu tertua di Singapura. Didirikan tahun 1827 oleh Naraina Pillai, seorang pengusaha India terkemuka saat itu, selain sebagai tempat ibadah kuil ini juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara imigran India khususnya India Tamil yang pertama kali datang ke Singapura. Jadi sebelum mendapat pekerjaan dan tempat tinggal, mereka bisa bermukim disini. Sri Mariamman sendiri dikenal atas kekuatannya untuk menyembuhkan penyakit dan wabah. Arsitektur yang paling menonjol di tempat ini adalah Gopuram (menara di pintu masuknya). Terdiri dari 6 tingkat, menara ini dipenuhi dengan ukiran dewa, dewi serta makhluk-makhluk mitologi yang dicat dalam warna-warna cerah. Walaupun terletak jauh dari Little India, kuil ini berperan penting dalam komunitas India. Selain sebagai tempat pernikahan dan ibadah, banyak even-even budaya dan ritual keagamaan digelar di tempat ini. Yang paling terkenal adalah ritual timiti atau berjalan diatas api yang diadakan seminggu sebelum hari Deepavali (sekitar bulan Oktober atau November). Kuil ini terbuka untuk umum dan tiket masuknya gratis, jangan lupa melepas sepatu bila berkunjung kesini.

Gopuran Sri Mariamman Temple Singapura

Gopuran Sri Mariamman Temple Singapura

Dari Sri Mariamman Temple, kami menjemput ibu di Chinatown Heritage Centre. Kalau melihat virtual tour di websitenya, museum ini sepertinya keren sekali. Sayang, waktunya tidak keburu dan dengan tiket masuk berbayar (waktu itu SGD 8), museum ini layak dikunjungi lama-lama. Dari museum ini, kami berjalan menuju Masjid Jamae (Chulia). Dibangun oleh komunitas masyarakat Chulia, India Muslim Tamil, masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Singapura. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai educational mosque tempat seminar dan diskusi tentang agama yang diselenggarakan bagi peserta muslim ataupun non muslim. Makanya masjid ini juga terbuka bagi kunjungan turis, yang bisa mengikuti program tour 45 menit yang berisi tentang sejarah masjid, pengenalan tentang Islam dan demonstrasi cara wudhu dan sholat. Jam berkunjung bagi turis dimulai dari jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Mengenai jadwal tour, bisa diemail di website resminya disini .

Bagian Depan Masjid Jamae Chulia

Bagian Depan Masjid Jamae Chulia

Kunjungan ke masjid ini menjadi akhir dari acara Walking Tour kami di China Town. Jadi kalau orang lain berkunjung ke China Town untuk belanja, kami malah mengunjungi semua pusat ibadah dari Budha, Hindu sampai Islam. Coba kalau disekitar situ ada katedral kuno, mungkin akan kami kunjungi juga yah 🙂 . Nah, setelah mengunjungi tempat-tempat ibadah, sekarang waktunya belanja.

Belanja Winter Wear Di Singapura

Setelah browsing sana sini, ada dua toko yang menjual perlengkapan musim dingin di seputaran China Town. Kedua toko tersebut kebetulan berada di People Park Complex, salah satu pusat perbelanjaan di China Town. Jadi dari Masjid Jamae Chulia kami berjalan kaki sekitar 400 meter menuju People Park Complex melewati Mosque Street. Toko pertama adalah Fook On yang terletak di lantai 2 nomor 11 dan yang kedua OE2 terletak di lantai 3 no. 57. Koleksinya cukup lengkap, mulai dari sarung tangan, sepatu, sweater, jaket sampai kaos kaki. Sayang, model dan harganya tidak sesuai dengan selera ibu. Harganya kebanyakan masih diatas SGD 100. Ada juga yang berharga promo dibawah SGD 100 tapi ukurannya tidak cukup. Koleksi dan harga winter wear di OE2 bisa dicek disini.

Toko OE2 di People Park Complex Singapura

Toko OE2 di People Park Complex Singapura

Belum dapat yang cocok, akhirnya dari People Park Complex, kami jalan kaki ke Clarke Quay Central, sebuah pusat perbelanjaan di daerah Eu Tong Sen Street. Alhamdulillah, ketika saya cek daftar nama tokonya ada beberapa oulet yang menjual winter wear disana. Salah satunya adalah toko Winter Essential, sayang saat saya cek lagi per 2015 ini mereka sudah pindah. Sebenarnya toko ini lumayan juga, karena mereka punya ukuran besar dengan harga dibawah SGD 100. Akhirnya jadi juga ibu membeli di toko ini. Berikut penampakan jaketnya.

1375746_739411846085253_30100495_nDaftar toko penjual winter wear di Singapura dapat dilihat disini. Lega karena sudah mendapat barang yang dicari, kami meneruskan perjalanan ke daerah Little India. Kalau disini tujuan utamanya bukan walking tour tapi mengisi perut 🙂 .

Tekka Centre

Dari Clarke Quay, tempat ini dapat dicapai dengan rute kereta sebagai berikut :

Rute Tekka

Tekka Centre yang berada dekat dengan stasiun MRT Little India merupakan perpaduan antara kompleks pertokoan, pasar basah dan food centre. Di lantai atas dijual apa saja dari sari sampai CD, sementara di lantai bawah terdapat food court dan pasar basah. Makanan yang dijual di food courtnya pun bermacam-macam mulai dari menu vegetarian khas India, menu vegetarian khas Cina, masakan India Utara dan masakan Melayu. Selain harganya yang murah (berkisar antara SGD 3 -5) di Food Court ini banyak kios yang menjual makanan halal antara lain Zam-Zam Muslim Food dan Yakader Muslim Food. Menu yang ditawarkan hampir sama yaitu masakan India seperti Chicken Murtabak, Roti Prata dan nasi Briyani. Tapi dari hasil survey, nasi Briyani di Yakader lah yang paling terkenal dan enak. Bila tidak suka makanan India, masih ada kios Ajimer Sharif yang menjual sate dan mie goreng.

Yakader dan Ajimer Muslim Food

Yakader dan Ajimer Muslim Food

Setelah makan di Food Court, kami menjelajah Wet Market untuk memuaskan keingintahuan seperi apa pasar basah di Singapura. Yang jelas, pasarnya cukup bersih, rapi dan terorganisir dengan baik. Barang yang dijual bervariasi mulai dari sayuran, buah, ikan, daging sampai bunga segar. Jenisnya lebih bermacam-macam dan beragam dibanding pasar di Indonesia. Kalau di pasar Indonesia rata-rata menjual daging sapi dan ayam, kalau disini selain sapi dan ayam juga tersedia daging kambing, daging domba, daging kalkun. Mereka juga menyediakan daging dengan kualitas tinggi seperti New Zealand Rib Eye. Selain itu banyak toko yang mengkhususkan diri pada satu jenis barang saja, misalnya kios penjual kacang menjual berbagai macam kacang dan biji-bijian, dari walnuts, hazelnuts, pistachios, pine nuts pokoknya segala jenis kacang ada di toko ini. Ada juga yang mengkhususkan diri pada telur, mulai dari telur ayam, telur bebek, telur puyuh. Telur-telur tersebut ada yang direbus, diasinkan, setengah matang, matang dan mentah. Tapi ada satu kesamaan dengan pasar Indonesia yaitu harganya bisa ditawar jadi menarik juga bila mengamati interaksi antara para penjual dan pembeli disini. Berbagai macam etnik, budaya dan bahasa bercampur banyak penjual etnik Cina yang pintar berbahasa Tamil, begitu juga sebaliknya banyak penjual India yang pintar berbahasa Cina.

Bagian Dalam Wet Market Tekka Centre

Bagian Dalam Wet Market Tekka Centre

Hari menjelang sore ketika kami keluar dari Tekka Centre, karena tidak ingin tergesa-gesa, akhirnya diputuskan untuk kembali ke Changi Airport. Seandainya ada waktu sebenarnya saya masih ingin menjelajahi Little India. Tapi suami saya mengingatkan kalau sebelum pulang, kami masih punya waku sehari lagi di Singapura. Selain itu kami masih harus menghemat tenaga untuk perjalanan panjang selanjutnya. Dari Tekka Centre kami naik kereta ke Changi dengan rute sebagai berikut :

Rute Changi

Terminal 2 Changi Airport

Setiba di Changi, kami bergegas menuju left luggage di terminal 1 untuk mengambil backpack dan koper. Selanjutnya naik skytrain menuju terminal 2 tempat maskapai Erihad berada. Setelah mengurus boarding pass dan drop bagasi kami menuju konter imigrasi. Pemeriksaan paspor memakan waktu lebih lama karena petugas masih harus mengecek apakah kami punya visa atau tidak. Secara keseluruhan proses pengurusan boarding pass dan imigrasi memang memakan waktu lebih dari biasanya karena mereka mau memastikan segala dokumen kita lengkap dan sah. Petugas Etihad bahkan mengecek apakah kami punya tiket kembali atau tidak. Jadi bila kamu punya penerbangan jarak jauh dari Changi Airport menuju negara-negara bervisa seperti Eropa atau Inggris sangat disarankan untuk datang ke bandara paling tidak 3 jam sebelumnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya ketinggalan pesawat karena saya rasakan pemeriksaan di Changi lebih teliti dan ketat dibanding bila kita pergi dari KLIA (Kuala Lumpur).

Departure Hall Terminal 2 Changi Airport

Departure Hall Terminal 2 Changi Airport

Setelah urusan boarding dan imigrasi selesai, resmilah kami menjadi penumpang transit dan mulailah penjelajahan di transit mall terminal 2. Setelah 4 tahun aktif kembali menjadi traveler, baru kali ini saya naik pesawat full board dengan jatah bagasi 30 kg. Rasanya mewah banget bisa ngedrop bagasi dan jalan-jalan di airport tanpa mikir dan bawa-bawa backpack seperti biasanya. Tapi sebelum mulai menjelajah kami menuju Prayer Room untuk menunaikan kewajiban. Prayer Room di transit mall terminal 2 terletak di Level 2 Departure Transit Lounge North, dekat Gate E, dibelakang konter Relay. Prayer room disini sifatnya Multi Faith artinya diperuntukkan bagi semua agama. Jadi jangan heran kalau kita sholat disebelah orang yang sedang meditasi. Walaupun demikian tersedia juga tempat wudhu dan ada pemisahan antara laki-laki dan perempuan.

IMG294

Selesai sholat ada beberapa tempat menarik di Transit Mall Terminal 2 yang sempat kami kunjungi. Beberapa tempat tersebut antara lain :

Sunflower Garden, terletak di level 3 Departure Transit Lounge, Transit Area, taman ini sesuai dengan namanya penuh dengan bunga matahari. Sepintas lalu seperti bunga plastik tapi ternyata memang bunga sungguhan. Menurut info resmi, di taman ini ada berbagai macam jenis bunga matahari yang dikembangkan sendiri oleh Departemen Pertamanan Changi Airport. Dari taman ini kita juga bisa melihat  landasan pacu pesawat dan tempat parkirnya.

Sunflower Garden

Sunflower Garden

Entertainment Deck. Dekat dengan Sunflower Garden, masih di Level 3 Departure Transit Lounge terminal 2 terdapat Entertainment Deck yang berisi berbagai macam permainan mulai dari X Box 360, Play Station 3 sampai X Box Kinect Room. Sebagai gamer, saya coba hampir semua permainannya sampai ada anak-anak yang bengong liat saya main. Buset dah, emak-emak ini nggak mau ngalah banget 🙂 . Kalau tidak suka ngegame ada MTV booth disini lengkap dengan TV plasma 50 inch.

PS3 di Entertainment Deck

PS3 di Entertainment Deck

Movie Theatre, lokasinya berdekatan dekat dengan Sunflower Garden dan Entertainment Deck. Bioskop ini buka 24 jam dan daftar filmnya bisa dicek disini . Selain di Terminal 2, Movie Theatre ini juga terdapat di Terminal 3. Kalau di Terminal 2, filmnya dikhususkan pada film-film produksi FOX Movies sedangkan di Terminal 3 sering diputar film-film baru yang dipilihkan oleh tim Changi Airport. Sayang waktu yang saya miliki tidak banyak, jadi belum tahu rasanya nonton disini.

Movie Theatre

Movie Theatre

Orchid Garden. Turun ke Level 2 Departure Transit Lounge, Terminal 2 terdapat taman anggrek lengkap dengan kolam, pancuran dan jembatan. Walaupun tamannya tidak terlalu besar, terdapat kurang lebih 700 jenis anggrek dari 30 species yang dikelompokkan berdasarkan warna dan bentuknya. Tiap bentuk dan warna mewakili 4 unsur alam yaitu tanah, air, api dan udara. White orchids melambangkan udara, sedangkan Green orchids melambangkan tanah. Rangkaian bunga berbentuk lilin raksasa melambangkan api, sementara blue dan violet orchids melambangkan air.

Salah Satu Sudut Orchid Garden

Salah Satu Sudut Orchid Garden

Enchanted Garden, masih di level 2 Departure Transit Lounge, Terminal 2. Uniknya taman ini dilengkapi dengan sensor gerak yang dapat mengaktifkan lampu dan suara. Jadi saat kita berjalan didalamnya akan terdengar suara-suara alam yang direkam dari hutan-hutan di Borneo dan bunga yang secara mekanis mulai mekar bila kita bergerak mendekatinya. Pusat utama taman ini adalah 4 vas bunga raksasa yang dibuat dari potongan-potongan gelas dan kaca. Didalamnya terdapat kurang lebih 300 batang bunga segar yang dirangkai dengan indahnya. Selain bunga, taman ini juga dilengkapi dengan kolam ikan Koi dimana pengunjung juga bisa memberi makan ikan-ikan tersebut.

Sensor Gerak di Enchanted Garden (atas) dan Bunga-Bunga yang Mekar (Bawah)

Sensor Gerak di Enchanted Garden (atas) dan Bunga-Bunga yang “Mekar” bila kita menginjak sensornya (Bawah)

Sanctuary Lounge, karena gate pesawat Etihad yang akan kami naiki dekat dengan tempat ini, jadilah kami mampir dulu disini sambil menunggu gate-nya dibuka. Terletak di Transit Mall North Pier, berseberangan dengan gate E5, Terminal 2, lounge ini memang nyaman. Selain kursi malas empuk yang enak banget untuk tidur, juga tersedia kursi dan meja biasa lengkap dengan colokan ditiap meja. Dikelilingi dengan taman dan kolam, lounge ini memang ideal bila dijadikan tempat menginap atau sekedar duduk-duduk melepas lelah.

Sanctuary Lounge

Sanctuary Lounge

Saat gate dibuka, kami mulai antri untuk pemeriksaan. Di pintu masuk, semua barang yang menempel di badan harus di X-Ray terlebih dahulu. Tas, sabuk, jam tangan dan sepatu harus dilepas. Handphone dan gadget yang berada dalam tas harus dikeluarkan. Jaketpun harus dilepas tanpa terkecuali. Jadi hati-hati bagi yang berjilbab, jangan memakai kaos tanpa lengan yang ditutupi jaket pendek atau bolero. Seperti kejadian saat itu, petugas memaksa harus dilepas jadi kasihan juga karena lengannya jadi terlihat. Selain barang, paspor dan dokumen diperiksa kembali kelengkapannya. Setelah beres barulah kita dapat duduk dengan tenang menunggu dipersilahkan naik ke pesawat. Eits nanti dulu, sebelum naik pesawat, boarding pass, visa dan paspor diperiksa kembali. Jadi total ada 4 kali pemeriksaan sebelum kita benar-benar duduk tenang di pesawat. Kagum juga dengan petugas bandara, sepertinya mereka hafal warga negara mana yang perlu visa dan mana yang tidak. Kalau yang pergi warga negara Malaysia, misalnya, mereka hanya mengecek halaman depan saja, tapi begitu ada paspor hijau dari warga negara Indonesia langsung ditelusur sampai dihalaman-halaman belakang mencari visa 🙂 . Setelah bolak balik di periksa akhirnya bisa duduk nyaman juga di pesawat. Pertama gaptek juga, maklum baru kali ini naik pesawat yang ada tivi-nya 🙂 . Semua tombol pada dipencetin sampai macet semua 🙂 . Suami saya sampai tertawa melihat kelakuan saya yang ndeso tapi yah mau gimana lagi 🙂 . Jadi,  Abu Dhabi…kami datang…

Kronologi Waktu Hari Ke 2

Waktu 2

Biaya Hari Ke 2 (Per Orang)

Biaya ke 2

 
12 Comments

Posted by on September 25, 2015 in Singapura

 

Tags: , , , , ,

12 responses to “Hari Ke 2 : Singapura – Abu Dhabi (China Town & Tekka Centre)

  1. Tony

    September 26, 2015 at 10:46 am

    Hehehe, staff canteen, my favorite ‘restaurant’ @ Changi Airport 😀
    Murah, bersih dan ‘selalu’ dapat harga karyawan, entah kenapa padahal kelihatan sekali kalau kita traveler/backpacker 😀
    Ada opsi lain kalau kita malas bengong nunggu transit minimal 5.5-6 jam di Changi, yaitu Free Singapore Tour (Heritage & City Lights) asalkan kita tidak meninggalkan transit area/clear immigration.
    Waktu itu kami datang dengan AirAsia untuk connect Etihad ke Munich via AD, bahkan bagasi kami mereka yang ambil dan ‘transitkan’ ke Etihad, tentu saja kita harus sudah punya boarding pass utk penerbangan berikutnya terlebih dulu – ke counter Etihad dulu utk dapat boarding pass baru daftar free tour-nya 🙂
    Detailnya bisa dilihat disini :
    http://www.changiairport.com/en/airport-experience/attractions-and-services/free-singapore-tour.html

     
    • Vicky Kurniawan

      September 26, 2015 at 7:14 pm

      Iya mas, rencana semula saya pengen ikutan tour ini tapi saya ragu bisa nggak yah kalau tiketnya pisah jauh seperti punya saya. Waduh tahu gitu saya coba seperti cara mas Tony yah. Minta boarding pass ke counter Etihad dulu. Tapi untuk kasus seperti saya ini kira-kira bisa nggak yah?

       
  2. yntanalee

    October 8, 2015 at 9:09 am

    wa… keren… 8 juta lebih ya, PP ke belanda…. itu udah yang paling promo pastinya… hehehe

     
    • Vicky Kurniawan

      October 9, 2015 at 4:05 pm

      He he menurut saya itu masih mahal mbak Intan karena teman saya ada yang dapat sekitar 6 jutaan.

       
  3. singgih

    October 9, 2015 at 3:29 am

    Ditunggu lanjutannya mba…

     
    • Vicky Kurniawan

      October 9, 2015 at 4:15 pm

      He he iya mas Singgih…

       
  4. echi

    October 21, 2015 at 10:09 pm

    ditunggu lanjutannya mbak… seruuuu pasti 🙂

     
    • Vicky Kurniawan

      October 22, 2015 at 5:05 pm

      He he iya…tunggu yah..

       
  5. iKa

    November 11, 2015 at 2:27 pm

    Hi Kak Vicky 😀
    Nunggu2 lanjutan cerita perjalanan ke Eropanya nich, semoga semua dilancarkan bisa segera menulis sambungannya ya…Thanks banget loh aq banyak kebantu dengan baca2 blog ini untuk beberapa perjalanan qu.

     
    • Vicky Kurniawan

      November 11, 2015 at 6:01 pm

      Ha ha maaf ya mbak Ika, bulan kemarin saya tidak sempat nulis karena hampir setengah bulan saya menjelajah Kamboja dan Vietnam. Sekarang sedang berusaha melanjutkan lagi. Terima kasih atas perhatiannya.

       
  6. Gilang Ladisadewa

    April 26, 2016 at 11:15 am

    Hai Hai kak Vicky! so much fun reading your blog!
    mau tanya nih, kalo untuk “mandi abal abal” itu di changi dimananya yah? mohon infonya dong… kalo bisa yang sesudah imigrasi gitu… makasih kak!

     
    • Vicky Kurniawan

      April 28, 2016 at 6:37 pm

      Kalau di terminal 1, setelah keluar dari imigrasi dan bagasi ambil arah kiri menuju restoran Burger King Di sebelah restoran ini ada toilet yang biasanya bisa saya bikin mandi abal-abal. Masih di terminal 1, di level 3 dekat viewing deck juga ada toilet. Jadi kalau keluar di Arrival Hall Terminal 1, langsung saja naik lift ke Departure Hall di lantai 2. Disitu cari tanda Bagian Informasi karena di bagian belakangnya terdapat lift menuju lantai 3. Keluar di lantai 3 cari tanda bertuliskan Viewing Deck atau Luggage Storage.

       

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: