Oleh : Vicky Kurniawan
Bila dirimu terbiasa dengan kesederhanaan, sedikit kemewahan akan terasa sekali nikmatnya. Mungkin hal itulah yang terjadi pada diri saya. Terbiasa naik maskapai low budget yang tambahan fasilitasnya harus bayar, sekarang naik maskapai full board yang full fasilitas (iyalah harga tiketnya berkali-kali lipat) . Meskipun naiknya hanya kelas ekonomi tapi nikmatnya serasa naik business class aja (aha lebay). Kenikmatan pertama, bisa drop bagasi 🙂 . Kedua, tersedia paket kenyamanan (Amenity Kit), paket hiburan yang lengkap dan yang paling penting makanan dan minuman. Anehnya, justru di pesawat full board ini saya tidak bisa tidur. Biasanya kalau naik pesawat low cost, begitu baterei PSP habis kegiatan selanjutnya membaca inflight magazine. Kalau sudah khatam baca majalah, baru nyubitin suami yang hobi ngorok. Setelah itu karena nggak ada kerjaan lain, baru deh gantian saya yang ngorok. Biasanya saya tidur nyenyak banget terkadang sampai dibangunin pramugari karena pesawat mau mendarat 🙂 .
Nah, kalau disini rasa-rasanya sayang banget kalau mau merem. Sebagai movie freaks, film-film yang bisa diputar serasa tiada habisnya. Belum lagi pramugari yang mondar-mandir melayani penumpang yang belum tidur. Mendongakkan kepala sedikit aja, langsung disamperin dan ditawari minuman. Gratis lagi. Saking seringnya minum, sampai bolak balik ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Review Etihad Coral Economy Class
Pertama kali yang membuat saya terkesan adalah desain kursinya yang terkesan mewah dengan pengaturan baris 3-4-3. Soal jarak antar kursi, antara Etihad dan Air Asia X tidak beda jauh. Malah Air Asia X lebih lebar 1 inch. Yang berbeda adalah lebar kursinya, Etihad memiliki ukuran kursi lebih lebar daripada Air Asia X walaupun bedanya juga tidak banyak. Begitu naik, paket kenyamanan tersedia lengkap di kursi yang berisi bantal, selimut, kaos kaki, head set, pasta gigi, sikat gigi, penutup mata dan penutup telinga. Kurang lebih 2 jam setelah lepas landas, makan malam mulai dibagikan. Pilihan menunya ada 3 macam dengan semua masakan ditanggung halal. Jadi tidak ragu untuk memilih menu daging disini. Yang mengagumkan, walaupun kelas Ekonomi, peralatan makannya terbuat dari logam dan bukan plastik.
Paket hiburannya bermacam-macam mulai dari saluran TV, saluran berita, musik, radio, games sampai film. Jenis filmnya pun bervariasi mulai dari film-film blockbusters sampai klasik, film-film Arab, India, Eropa dan Asia. Tersedia juga paket Wi Fi berbayar, mulai dari USD 11.95 per 2 jam dan USD 21.95 per 24 jam. Yang paling menyenangkan di masing-masing kursi tersedia colokan untuk mengecharge gadget.
Abu Dhabi International Airport
Setelah terbang kurang lebih 7 jam 30 menit, jam 23.50 kami mendarat di Abu Dhabi International Airport. Disini kami harus check in dulu untuk penerbangan selanjutnya yang akan dioperasikan oleh KLM Royal Dutch Airlines. Waktu transit yang kami miliki hanya dua jam, jadi tidak ada waktu untuk menjelajahi airport ini. Berikut beberapa hal yang harus dilakukan pada saat transit :
- Setelah keluar dari pesawat, bila bagasi sudah langsung diteruskan sampai tujuan maka kita tinggal berjalan menuju Transit Desk untuk Check Inn.
- Setelah mendapat boarding pass, pastikan di terminal mana penerbangan selanjutnya akan berangkat. Etihad biasanya mendarat di terminal 3 (terminal khusus buat maskapai Etihad saja). Bila penerbangan selanjutnya dioper ke maskapai lain seperti saya, maka kita harus pindah ke terminal 1 atau 2. Jarak antar terminal bisa ditempuh dengan jalan kaki (kurang lebih 20 menit) atau naik shuttle bus (yang beroperasi tiap 15 – 20 menit).
- Periksa berapa waktu yang kita miliki untuk penerbangan selanjutnya. Perhitungkan pula waktu tempuh antar terminal (bila pindah terminal) dan waktu untuk pemeriksaan dokumen karena tiap-tiap terminal memiliki Security Check Area. Jadi penumpang yang pindah terminal akan kembali melewati pemeriksaan yang ketat.
- Bila waktu transit lebih dari 4 jam, ada beberapa aktivitas diluar bandara yang bisa dilakukan. Akivitas – aktivitas tersebut bisa dicek disini dan bisa dipesan melalui website Etihad disini .
- Bila punya waktu transit kurang dari 4 jam aktivitas yang bisa dilakukan antara lain, tidur, belanja atau memanfaatkan Free Wifi-nya yang kenceng banget.
Ada pengalaman yang sedikit bikin jantungan saat melewati security area check terminal 2 tempat maskapai KLM berada. Seperti biasa, ibu kami tempatkan di tengah antara saya dan suami dengan tujuan bila petugas bertanya kepada ibu, kami berdua bisa membantu. Kebetulan saat itu suami saya masuk duluan dan lolos dengan sempurna. Saat tiba giliran ibu, beliau diminta minggir dulu dan paspor diminta. Saya yang berada di giliran berikutnya langsung maju membantu karena ibu tidak begitu paham bahasa Inggris. Saya terangkan kalau beliau adalah ibu saya dan kami pergi bersama. Eh, saya diminta keluar dari antrian dan paspornya diminta juga. Doh ada masalah apa ya?. Kami diminta menunggu sampai antrian terakhir habis dan hanya tinggal kami berdua. Ibu saya sudah pucat dan tidak henti-hentinya berdoa (stress betul dia). Saya mencoba tersenyum dan mengajaknya bercanda sambil bilang “nggak apa-apa kok buk, ini paling random checking aja. Kalau nggak lolos, paling nanti diterbangkan pulang, “. Wakkkk ibuk tambah melotot ke saya (he he he kapan lagi yah ngerjain ibu mertua). “Nggak-nggak buk, nanti kalau nggak lolos kita nangis bareng-bareng aja yah biar boleh masuk”. Nah, kali ini beliau sudah bisa sedikit tersenyum. Setelah tinggal berdua, petugas dengan ramah mendekati kami, bertanya seputar kunjungan kami ke Eropa. Apakah ini kunjungan kami yang pertama, dalam rangka apa dan pertanyaan standar lainnya. Setelah itu visa kami berdua dipotret menggunakan kamera dan akhirnya melepaskan kami dengan ucapan terima kasih. Udah gitu aja. Tebakan saya sih ini cuma random check inn biasa.
Sebenarnya kenapa sih orang kena random check ?. Menurut pengamatan saya, orang kena random check karena masalah penampilan baik penampilan mental (bahasa tubuh) atau penampilan fisik (pakaian, rambut). Ibu saya kena random check in mungkin karena dia terlihat gugup dan tegang. Kalau kena random check karena penampilan fisik mungkin sayalah jagonya. Berdasarkan data statistik, diantara saya dan suami, sayalah yang paling sering kena pemeriksaan. Kalau di airport Juanda sudah dua kali saya kena giring ke Pelayanan Khusus TKI 🙂 sedang di imigrasi Kuala Lumpur dan Hongkong saya sering banget ditanya soal tiket pulang (dugaan saya pasti ini terkait tampang TKI saya). Padahal kalau dibandingkan dengan mbak-mbak TKW di Malaysia atau Hongkong penampilan saya kalah keren pake banget. Nah kalau sudah kena random check seperti itu apa yang bisa kita lakukan ? . Hal pertama yang paling penting adalah bersikap tenang dan tidak gugup (yang mana sulit banget kalau udah kena pemeriksaan). Kedua, siapkan dokumen-dokumen yang berpotensi untuk ditanyakan di tempat yang mudah diambil sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan tidak perlu mencari-cari lagi. Ketiga, jawab pertanyaan dengan kalimat singkat dan tegas dan jangan berbelit-belit. Memang hal ini paling sulit untuk dilakukan. Apalagi saat kita gugup, pikiran jadi kosong sampai menyebutkan nama sendiri aja terkadang lupa. Makanya bagi yang sering berpotensi kena random check seperti saya, sering-seringlah latihan menjawab dalam bahasa Inggris pertanyaan-pertanyaan standar dalam pemeriksaan seperti alasan kenapa kita pergi, transportasi dan akomodasi selama disana.
Keluar dari security area, ternyata masih ada seseorang yang menunggu kami disitu dengan muka pucat dan wajah mau menangis. Nah siapa lagi itu kalau bukan suami saya. Dia bingung setengah mati kenapa dua orang terkasihnya (ehem ehem) tidak muncul-muncul. Di tengah ketegangan saya sampai lupa akan nasibnya. Dia bilang mau menyusul kami kembali ke Security Area tapi tidak diperbolehkan dengan petugas. Dia memberondong kami dengan berbagai pertanyaan “kenapa?” dan saya dengan dramatisnya menceritakan kisah tangis-tangisan dan tarik-tarikan antara saya dan petugas keamanan. Untung dia tahu kelebay-an dan kedramatisan saya, jadi dia tidak termakan cerita saya sama sekali dan langsung bertanya pada ibu apa yang terjadi 🙂 .
Review KLM Royal Dutch Airlines Economy Class
Kalau sudah merasakan kenyamanan Etihad, kemudian dipindahkan ke KLM itu rasanya seperti naik Mercedes terus dioper ke Avanza (he he he). Pertama soal kenyamanan kursi. Buat yang bertubuh mungil (a.k.a pendek) mungkin tidak masalah, tapi bagi yang berpostur tinggi besar (a.k.a gendut) seperti suami saya akan terasa kurang nyaman karena jarak antar kursi sangat pendek (sekitar 31 inch, Etihad 31,5 dan Air Asia X 32 inch). Kemudian yang kedua, tentang inflight entertainment. TV-nya jadul jadi tidak bisa touch screen dan masih menggunakan remote. Payahnya lagi punya saya dan suami mati. Akhirnya adegan sebelum tidur kalau naik low cost airlines terjadi lagi. Sisi baiknya, saya bisa tidur nyenyak karena tidak ada kegiatan (dasar pawakan kere 🙂 ). Ketiga, soal makanan dalam pesawat. Seingat saya waktu itu tidak ada menu card jadi mas pramugara hanya keliling saja sambil bertanya mau tuna, chicken atau beef sandwhich. Karena meragukan kehalalannya, saya minta Tuna Sandwhich dan dia memberikan bungkusan sandwhich berwarna putih tanpa ada label apa-apa. Saya tidak curiga apa-apa tentang bungkusan itu karena di maskapai lain kalau permintaan kita tidak ada, pramugari biasanya akan bilang kalau pesanan kita tidak tersedia dan menawarkan menu alternatif. Jadi tanpa ba bi bu lagi saya makan saja sambil merem karena baru bangun tidur dan mata masih lengket. Baru nyadar ketika suami saya makan bagiannya. Pada suapan pertama aja dia udah protes, “lho ini rasanya bukan ikan”. Nah baru mata ini melek, ternyata memang bukan ikan karena terlihat lapisan smoked chickennya. Lah..telat karena punya saya sudah habis. Untung sebelum makan udah baca Bismillah. Entah karena mas pramugaranya tidak dengar atau pengucapan saya yang kurang jelas, dia memberi kami Chicken Sandwhich. Herannya yang salah hanya pesanan saya dan suami sedangkan punya ibu saya sudah benar.
Nah, kesalahan dalam penyajian ini terulang lagi (oleh mas yang sama) saat dia menawarkan minuman. Saat kami minta apple juice malah dikasih Wine. Saya yang seumur-umur belum pernah lihat botol anggur (kecuali anggur kolesom cap orang tua, doh ndesonya) langsung bilang , “botolnya bagus ya”. Suami saya yang lebih tidak ndeso langsung memeriksa, “ini bukan jus apel, ini anggur”, katanya. “Loh aku tadi mintanya jus apel kok”, kata saya ngeyel. “Ini anggur”, katanya ngotot. Akhirnya waktu mas pramugaranya lewat kami tanya,”mas, ini juice apel?”. Dia tersenyum, mengambil botolnya dan mengganti dengan botol jus apel yang benar. “Yee..dibilangin ngotot”, begitu kata suami saya. Doh, kalau nggak ngeyelan yah bukan istrimu dong say..:)
Amsterdam Airport Schiphol
Setelah terbang selama kurang lebih 7 jam akhirnya tepat pukul 07.00 kami mendarat dengan selamat di Schiphol Airport. Saat mendarat ikuti saja petunjuk arah menuju “Baggage hall” atau “Arrivals hall”. Tidak mau mengulang kejadian saat pemeriksaan di Abu Dhabi Airport, kali ini suami saya yang dapat giliran pertama bilang ke petugasnya kalau dia pergi bersama ibu dan istrinya. Jadi setelah selesai memeriksa paspor dan dokumen-dokumen suami, petugas yang baik hati itu menyuruh kami berdua ikutan maju. Sebenarnya bisa juga pakai sistem begini, jadi satu keluarga maju bersama. Sayangnya tidak semua petugas imigrasi di Airport mengijinkan hal tersebut. Biasanya yang boleh maju lebih dari satu itu anak-anak yang masih perlu bantuan orang tua, atau orang sakit. Anak saya yang berusia 11 tahun di beberapa airport sudah tidak boleh didampingi jadi harus maju sendiri. Jadi biasanya saya coba dampingi dulu, nanti kalau petugasnya bilang “one by one” baru dia maju sendiri.
Saya bertanya pada suami, tadi ditanya apa aja kok lama pemeriksaannya. Dia hanya ditanya tiket pesawat pulang dan berapa uang kontan yang dibawa. Untung saya sudah google sebelumnya kalau jumlah uang kontan yang harus dideclare minimal sebesar EUR 10,000. Selain itu sebagai penyandang dana tunggal (berkat itinerary yang saya buat sebelumnya) dia tahu persis kira-kira berapa biaya yang bakal di keluarkan. Jadi saat ditanya soal uang kontan yang dibawa, dia bisa menjawab dengan benar. Setelah pemeriksaan paspor, kami menuju Baggage Hall yang terletak di Ground Floor untuk mengambil bagasi. Kemudian menuju bagian customs, tempat pemeriksaan bagasi berlangsung.
Nah, hal paling penting sebelum masuk ke suatu negara adalah mengetahui barang-barang apa yang boleh atau tidak boleh dibawa masuk (declare or not declare). Sebetulnya aturannya gampang saja, bila kamu ragu declare aja. Daripada tertangkap malah panjang urusannya. Jadi karena saya bawa makanan maka yang pertama kali saya googling adalah jenis makanan apa yang tidak boleh masuk di Schiphol. Bila membaca sharing dan diskusi di berbagai forum traveling, rasa-rasanya bandara Schipol tidak seketat Sydney Airport. Bahkan di Customs Websitenya juga tidak disebutkan jelas produk-produk makanan apa yang tidak boleh dibawa. Jadi akhirnya saya nekat tidak mendeclare produk daging seperti kornet dan abon yang saya bawa. Untuk mengetahui barang-barang apa yang harus dideclare di bandara Schipol bisa dicek disini . Bila tidak punya barang yang harus dideclare penumpang dapat keluar ke arrivals hall melalui jalur hijau. Sedangkan jalur merah diperuntukkan bagi penumpang yang akan declare.
Schiphol Plaza
Keluar dari Arrivals Hall, hal pertama yang kami lakukan adalah mengaktifkan Eurail Pass. Di website resminya memang tidak disebutkan secara detail letak kantornya hanya tertulis Schiphol Airport Railway station. Akhirnya kami memutuskan untuk bertanya di bagian informasi dimana kita bisa mengaktifkan Eurail Pass. Ternyata Pass ini bisa diaktifkan di konter informasi tersebut. Letak konter-konter informasi di Schiphol Plaza dapat dilihat pada denah di bawah ini.
Petugas akan menulis no paspor dan tanggal awal serta akhir penggunaan pass. Setelah distempel, maka secara resmi pass ini sudah mulai bisa digunakan. Setelah mengaktifkan pass, hal kedua yang kami lakukan adalah memesan kereta malam ke Munich yang akan menjadi tujuan kami berikutnya. Pemesanan ini adalah untuk pemberangkatan 2 hari kedepan, karena termasuk dalam International Train (beda negara) maka kami menuju ke International Train konter. Biaya reservasi untuk kereta malam (City Night Line Train) dari Amsterdam – Munich sebesar E 35 perorang dengan rincian E 27.5 untuk pemesanan kursi 6-bed couchette kelas 2 dan E 7.5 untuk booking fee. Biaya pemesanan sebesar E 27.5 tergantung dari kelas dan jenis kursi yang kita pilih serta tergantung pada season (Low atau High Season). Low Season terentang mulai bulan Oktober – Juni sedangkan High Season dimulai dari bulan Juli sampai September. Biaya pemesanan untuk jenis kereta City Night Line secara lengkap dapat dilihat disini , sedangkan jenis kursi yang ditawarkan dapat dilihat disini . Yang saya pilih adalah kelas paling murah untuk kereta tidur yaitu Couhette berisi 6 orang.

Couchete Ber 6 (Photo by : http://www.seat61.com)
Selama saya dan suami mengurus pengaktifan Eurail Pass dan pemesanan tiket, ibu duduk menunggui barang kami. Beliau sudah was-was saja karena anjing-anjing polisi sering mengendusi koper dan backpack kami (ya iyalah karena didalamnya ada korned dan sarden 🙂 ). Justru di Schipol Plaza ini sepertinya banyak polisi beserta anjingnya berkeliaran. Lagi enak-enak antri di depan loket kereta, tiba-tiba orang di depan saya tasnya diendus dan digonggongi, polisi langsung menyuruh membuka tas dan menggeledahnya. Saya yang pada dasarnya takut anjing karena trauma masa kecil pernah dikejar anjing saat naik sepeda, juga ikutan stress. Apalagi saat orang tersebut digiring ke pos polisi untuk diperiksa lebih lanjut doh makin stress lah saya.
Transportasi Dari Bandara Ke Hotel & Aturan Dasar Naik Kereta
Transportasi kereta dari Schiphol Airport Railway station menuju Amsterdam Central bisa menggunakan Eurail Pass. Sebenarnya sayang juga mengaktifkan Eurail Pass per hari ini hanya untuk naik kereta dari Schiphol Airport ke Amsterdam Central. Jadi bila Eurail Passmu memiliki waktu terbatas dan hari ini tidak ada rencana ke luar kota maka jangan diaktifkan dulu pass nya. Bila tidak mengaktifkan pass maka tiket kereta dari bandara ke kota bisa dibeli di vending machine (hanya menerima koin atau Debit/Credit Card) atau loket dengan harga E 9 one way. Website ini menerangkan dengan jelas langkah-langkah naik kereta dari Schiphol Airport menuju Amsterdam Centraal.
Karena sepanjang perjalanan kita akan banyak naik kereta maka pahami dulu langkah-langkah dasar naik kereta di Eropa :
a. Naik ke dalam kereta
Hal pertama yang harus kita lakukan sebelum naik adalah membaca jadwal keberangkatan kereta (Departure Board). Ingat yang harus dibaca disini adalah jadwal keberangkatan (Departure) dan bukan kedatangan (Arrivals). Jadwal ini mudah dicari dan dilihat karena berbentuk layar televisi yang terpampang di berbagai sudut stasiun. Papan ini berisi jam, no kereta, jurusan dan nomor platformya. Nomer platform ini sangat penting karena disitulah kita harus menunggu kereta.
Jenis kelas (1 atau 2) akan terpampang dengan jelas di pintu atau jendela kereta. Selain jenis kelas, di dekat pintu juga akan terpasang jurusan kereta. Perhatikan baik-baik, karena bisa saja dalam satu rangkaian gerbong terdapat dua jurusan yang berbeda. Jadi pastikan untuk naik di gerbong yang benar.
b. Mencari kursi yang sudah dipesan
Bila tiketnya sudah direservasi, nomor gerbong dan nomer tempat duduk akan tercetak di tiket. Kalau bingung, pada saat sampai di platform tanya saja pada petugas atau cari papan penunjuk yang bertuliskan “Composition of Trains”. Di papan tersebut akan tampak urutan gerbong keretanya.
Nomer tempat duduk biasanya tertulis di bagian atas kursi dan kita tinggal mencocokkan dengan nomor yang tertera di tiket. Bila bentuk keretanya open-car seating, kita tinggal mencari kursi yang tidak tertulis RESERVED. Bila kita duduk di tempat yang bertanda reserved, siap-siap aja pindah kalau pemiliknya datang.
c. Apakah kita sudah sampai ?
Nama stasiun pemberhentian tidak selalu diumumkan, atau kadang diumumkan dalam bahasa selain Inggris yang kita tidak mengerti. Catat saja waktu perkiraan perjalanan dan nama stasiun terakhir sebelum stasiun tujuan. Jadi kita bisa bersiap-siap untuk turun. Sekali lagi jangan samakan naik kereta di Eropa ini dengan naik kereta di Indonesia. Kebiasaan kalau naik kereta di Indonesia, baru siap-siap ambil tas dan barang-barang kalau keretanya berhenti di stasiun tujuan Kalau di Eropa, pada umumnya orang akan siap-siap satu stasiun sebelum stasiun tujuan. Jadi pada saat kereta sampai, mereka sudah siap keluar dari pintu. Di Eropa, kereta akan berhenti tepat waktu dan terkadang berhentinya sangat cepat sekitar 1-2 menit. Jadi kalau tidak siap-siap sebelumnya yah ucapkan salam good bye pada stasiun tujuan.
Kalau terlewat turun atau salah turun stasiun, jangan panik. Enaknya pakai pass itu kita bisa naik turun sesuka hati. Jadi kalau stasiun yang dituju terlewat, kita tinggal turun kemudian naik kereta dengan jurusan sebaliknya. Bila salah turun, perhatikan lagi papan Departure Board dan cari lagi kereta yang benar.
d. Aturan Bagasi
Kereta api mempunyai rak penyimpanan diatas kursi, dibelakang tempat duduk atau di ujung gerbong. Menurut GTC-CIV (General Terms and Conditions for the International Carriage of Passengers by Rail), tiap penumpang dapat membawa maksimal tiga items yang besarnya tidak boleh lebih dari 85 cm. Tapi ini hanya ketentuan umum, aturan bagasi tetap tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan kereta api.

Tempat penyimpanan bagasi dalam kereta (Photo by http://www.seat61.com)
Walaupun selama saya naik kereta di Eropa cenderung aman, sangat disarankan untuk tetap mengawasi barang-barang terutama yang ditaruh di rak penyimpanan yang terletak di ujung gerbong. Bila menaruh barang disitu usahakan duduk dekat rak tersebut atau paling tidak masih dalam jarak pandang. Hal ini perlu diperhatikan karena perusahaan kereta api tidak bertanggung jawab atas barang-barang yang hilang. Nah, bila kita sudah memahami aturan-aturan dasar diatas maka naik kereta akan mudah. Dari bandara Schipol menuju Amsterdam Central ada berbagai pilihan kereta. Tiga diantaranya berikut ini :
Nomer-nomer kereta diatas dapat berubah-ubah tergantung pada jam dan bulan kedatangan. Jadi sekali lagi ingatlah pada aturan dasar yaitu mengecek Departure Board sebelum berangkat. Asal kita tahu nama stasiun tujuan maka akan mudah menentukan nomor keretanya.
Station Amsterdam Centraal
Begitu turun di stasiun ini saya terkesima dengan detail bangunannya. Terlihat kuno sekaligus modern dan sibuknya tidak kalah dengan Shinjuku Station di Tokyo. Maklumlah stasiun ini merupakan pusat dari segala bentuk transportasi di Amsterdam. Ada 6 jenis transportasi yang berpusat disini yaitu : Metro, Tram, Ferry, Bis Connexion, Bis EBS dan Bis GVB. Sangat terlihat kuno karena sejak dibuka 125 tahun yang lalu gedung ini tidak pernah beralih fungsi dan masih terlihat indah karena dirawat dengan baik.
Kalau dilihat dari luar, sepintas lalu bangunan ini sangat mirip dengan Rijksmuseum karena dirancang oleh arsitek yang sama yaitu Pierre Cuypers. Saat itu banyak masyarakat yang mengkritik karena baik Rijksmuseum maupun Amsterdam Centraal bentuk bangunannya lebih mirip katedral daripada museum atau stasiun. Peta lay out Amsterdam Centraal dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Akomodasi di Amsterdam
Terus terang mencari hostel murah di Amsterdam ini sangat susah karena saya maunya yang dekat dengan Amsterdam Centraal sebagai pusat dari segala bentuk transportasi. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan saya memilih menginap di Youth Hostel Meeting Point yang berjarak kurang lebih 400 mt dari Amsterdam Centraal. Peta jalan kaki dari stasiun ke hotel dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Biaya menginap di hotel ini E 20 per orang permalam di mixed dormitory berisi 8 orang yang saya pesan lewat Hostelworld.com. Kelebihan dari hostel ini adalah dekat dengan Amsterdam Centraal dan dekat dengan supermarket serta restauran halal. Selain itu, kamar dan kamar mandinya lumayan bersih. Kebetulan kami dapat kamar menghadap ke kanal, jadi lumayan juga dapat pemandangan bagus tiap kali melihat ke luar jendela.
Kekurangan hotel ini pertama, tidak ada lift. Naik turun disini cukup menyiksa karena seperti kita tahu canal house biasanya memiliki tangga yang sempit dan curam. Jadi tidak terbayangkan kalau bawa koper besar disini. Kelemahan kedua, tidak ada colokan listrik di kamar Jadi kalau mau mengcharge gadget harus mau repot turun ke resepsionis. Belum lagi antrian ngecharge nya yang berderet, maklum saja satu hostel ngecharge disitu semua. Akhirnya kita sering ngecharge di colokan kamar mandi atau lorong hostel tapi sambil was-was takut hilang soalnya kamar mandi lumayan jauh juga.
Ketiga, tidak tersedia fasilitas dapur. Rupanya ini juga menjadi isu utama karena susah juga kalau mau menanak nasi atau bikin mie rebus. Jadi kegiatan masak memasak semuanya dilakukan di kamar mandi karena di kamar tidak ada colokan. Pernah kita menanak nasi di lorong hostel tapi ditegur dengan petugas karena kelihatan dari kamera CCTV. Memang sebenarnya kita dilarang masak sembarangan untuk menghindari kebakaran. Jadi untuk menghindari CCTV, kami memasak di kamar mandi 😦 . Kalau nasi atau mienya sudah matang dan rice cooker mulai mengepulkan asap agak banyak, kami pindah ke gudang yang tidak ada alarm kebakarannya (kebetulan dekat situ ada gudang). Kelemahan keempat, locker di kamar harus bayar dan toiletries harus bawa sendiri. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diingatkan, barang yang penting selalu dibawa dan selalu mengunci backpack dan koper tiap kali pergi jalan-jalan. Website resmi Youth Hostel Meeting Point bisa dilihat disini .
Transportasi Di Amsterdam
Setelah check inn, sedikit istirahat dan mandi, dengan badan segar kami siap menjelajah Amsterdam. Pertama kali berjalan di kota ini agak bingung juga karena jalan terbagi menjadi 4 jalur yaitu jalur pejalan kaki, pengendara sepeda, mobil dan trem. Saya yang tidak terbiasa jalan di pedestrian (maklum di Indonesia pejalan kaki tidak pernah dihormati) sering tiba-tiba nyelonong ke jalur sepeda yang relatif lebih sepi. Jadi sering banget tuh lagi-lagi enak-enak jalan tiba-tiba terlompat kaget karena dering sepeda di belakang (ah siapa suruh nyerobot ke situ 🙂 ).
Untuk mengelilingi kota Amsterdam selama satu hari ini, saya memilih menggunakan GVB Day Pass yang tersedia untuk penggunaan 1 sampai 7 hari. Dengan pass ini, saya bebas naik tram, bis dan metro yang dioperasikan oleh GVB. Harga GVB Day pass untuk 1 hari E 7.5 dengan masa aktif 24 jam dimulai dari saat pertama kali penggunaan. Kartu ini dapat dibeli di loket kantor GVB Tickets yang berada di depan stasiun Amsterdam Centraal. Denah dibawah ini menunjukkan letak kantor GVB dan tempat pangkalan bis, tram, metro dan ferry seputaran stasiun Amsterdam Centraal.
Pada saat membeli tiket GVB jangan lupa mengambil nomor antrian dulu seperti di bank, kemudian maju ke loket yang dimaksud saat dipanggil. Untuk mengetahui nomor tram atau bis yang cocok dan pemberhentian yang dituju, saya biasanya menggunakan journey planner dari website resmi GVB dan website 9292 . Di situ kita tinggal mengisi stasiun awal, stasiun tujuan dan jam perkiraan keberangkatan. Hasilnya akan berupa nomor bis atau tram, perkiraan biaya dan lamanya perjalanan. Peta berikut akan menunjukkan rute jalan-jalan kita hari ini. Dimulai dari Bloemenmarkt – Albert Cuyp Market – Vondel Park – Anne Frank House.
Bloemenmarkt
Pasar bunga yang berusia 152 tahun ini mengklaim diri sebagai satu-satunya pasar bunga terapung diseluruh dunia. Kalau menurut saya sih pasarnya tidak terlalu terapung, kios para penjualnya memang berada di kanal sedangkan jalur pejalan kaki tetap berada di jalan. Hal yang paling menyenangkan ketika memasuki pasar ini adalah bau harum bunga-bunga yang dijual disana. Selain itu pemandangan bunga yang berwarna warni benar-benar menyejukkan mata yang memandang.
Yang dominan dijual disini apalagi kalau bukan bunga tulip. Tapi selain tulip, mereka juga banyak menjual jenis-jenis bunga yang lain. Bunga tulipnya ada yang sudah mekar dan ada yang masih kuncup. Yang berbentuk kuncup ada yang dikemas dengan kualitas ekspor sehingga bisa dijadikan oleh-oleh bagi yang ingin menanam tulip di rumah. Pada bulan April sampai Oktober, pasar ini buka dari Senin – Jumat jam 8:30 – 19:00, serta Sabtu dan Minggu dari jam 8:30 to 19:30. Untuk bulan Maret sampai November, Senin – Jumat buka jam 9 pagi – 5.30 sore, dan Sabtu – Minggu buka jam 11pagi – 5.30 sore.Transportasi dari stasiun Amsterdam Centraal ke Bloemenmarkt dapat dilihat pada gambar berikut (ini hanyalah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh Journey Planner GVB dan 9292) :
Peta jalan kaki dari pemberhentian Muntplein ke Bloemenmarkt dapat dilihat pada gambar dibawah :
Albert Cuypmarkt
Dari Bloemenmarkt, kami meneruskan perjalanan ke pasar paling populer di Amsterdam yaitu Albert Cuypmarkt. Dinamai menurut seorang pelukis dari abad ke 17, pasar ini terbentang di sepanjang jalan Albert Cupystraat. Pasar berusia hampir 100 tahun ini menampung 260 pedagang dengan berbagai variasi jualan mulai dari produk-produk fashion, souvenir, bunga, berbagai peralatan rumah tangga dan yang paling enak apalagi kalau bukan street foodnya.
Makanan yang harus dicoba disini antara lain : Stroopwafels, disini tersedia stroopwafels berukuran super besar. Enak banget dimakan panas-panas dengan sirup karamel yang menetes-netes diantara lapisannya. Yang paling enak stroopwafels di Echte Goudse Stroopwaffel yang konon resepnya sudah setua pasar ini dan diturunkan dari generasi ke generasi. Makanan kedua yang harus dicoba apalagi kalau bukan Cheese. Tidak percuma Belanda di namai negara keju, karena kejunya benar-benar enak. Segala macam jenis keju dijual disini dan enaknya kita bisa icip-icip contohnya. Nah, kalau mau yang agak nyleneh, kita harus mencicipi Pickled Herring atau Herring Broodjes. Cara pengolahannya pertama, ikan Herring digarami dari air asin yang digunakan untuk merendam ikan tersebut. Selanjutnya setelah garamnya dihilangkan tinggal dituangi cuka, gula dan garam. Yah, jadi pada dasarnya yang dimakan adalah ikan mentah. Diantara kami bertiga hanya saya yang berani mencoba. Gimana rasanya ? enakkkk, tidak terasa bau amis sama sekali. Tapi kalau disuruh makan lagi saya nggak mau, soalnya paling tidak tahan sama licinnya 🙂 . Saya mencoba ikan herring ini di kios Vlaardingse Haringhandel yang punya tulisan besar “Since 1916”.

Stroopwafels (kiri atas), macam-macam keju (kanan atas), Herring Broodjes (kiri bawah) dan Poffertjes (kanan bawah)
Makanan keempat yang patut dicoba adalah Poffertjes atau mini pancakes yang diatasnya diolesi mentega banyak-banyak dan ditaburi gula putih. Tekstur kuenya sangat ringan sehingga mentega dengan mudah meleleh ke dalamnya. Hmm Yummy. Satu lagi stand yang patut dikunjungi adalah Wally’s Waffles yang berjualan Waffle dengan berbagai macam topping antara lain coklat, whipped cream, chery, karamel, m&m’s, almond dan lain-lain. Kalau mau yang agak berat ada yang berjualan ayam goreng dan jangan kuatir saya menemukan ada satu kios yang menjual ayam goreng halal. Albert Cuypmarkt ini buka dari Senin sampai Sabtu jam 9:00 – 17.00.
Transportasi dari Bloemenmarkt ke Albert Cuypmarkt dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Vondel Park
Dari Albert Cuypmarkt, kami naik tram lagi menuju tujuan ketiga hari ini yaitu Vondel Park. Terus terang saya ingin mengunjungi taman ini setelah melihat foto-fotonya di Lonely Planet yang memperlihatkan orang leyeh-leyeh dan piknik di pinggir kolam buatan. Taman seluas 47 hektar ini memang dikelilingi oleh banyak kolam buatan sehingga hampir mirip danau dengan banyak pulau-pulau ditengahnya. Dulunya taman ini bernama Nieuwe Park (New Park) yang berubah nama menjadi Vondel Park sejak patung Joost Van Den Vondel (seorang pengarang dan penulis drama terkenal) ditempatkan di taman itu. Sejak itu orang sering menyebut taman ini sebagai Vondel Park.
Memasuki taman ini, keriuhan kota berganti menjadi pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Berumur hampir 150 tahun, bisa dibayangkan kalau koleksi pohon-pohonnya sudah banyak yang tua. Bukan itu saja, taman ini juga menjadi rumah bagi ratusan burung, angsa dan bebek liar. Jadi sudah menjadi pemandangan lumrah kalau kita duduk-duduk di pinggir kolam ditemani angsa dan bebek liar. Kalau lihat bebek liar berkeliarana seperti ini, pasti kepikiran “duh kalau di Indonesia, pasti sudah jadi bebek goreng “, 🙂 .
Kebetulan saat saya berkunjung ke taman ini di dalamnya ditempatkan satu set tulisan yang menjadi ikon Amsterdam yaitu I amsterdam. Kota Amsterdam sebenarnya memiliki 4 set tulisan ini. Tiga set ditempatkan secara permanen di Rijkmuseum, Amsterdam Museum dan Amsterdam Airport Schipol, sedangkan satu set lagi ditempatkan berpindah pindah keliling kota. Sudah jadi rejeki saya karena saat itu satu set ditempatkan di Vondel Park. Ada satu tips yang saya pelajari dari teman-teman saya di kumpulan Backpacker Dunia bila ingin berfoto dengan tulisan ini. Biasanya orang berfoto di depan tulisan, akibatnya kita harus menunggu giliran lama sampai dapat angle yang tepat dimana tidak ada orang dalam latar belakang foto kita. Nah untuk mengatasi hal itu, foto saja di belakang tulisan yang nota bene hampir tidak ada orang karena kalau difoto tulisannya jadi terbalik. Nanti sampai dirumah bisa diedit dengan Photoshop atau Photoscape. Tinggal di flip horizontal atau dibalik aja, jadi deh tulisan yang benar dengan latar belakang bersih tanpa ada orang 🙂 .
Taman ini dibuka mulai dari pagi sampai tengah malam. Tapi saya sarankan jangan ke taman ini pada saat malam. Baru-baru ini walaupun masih ada pro dan kontra, pemerintah Belanda telah melegalkan orang dewasa untuk “berbuat sesuatu” ditaman. Syaratnya harus pada malam hari, tidak berbuat dekat dengan playground dan tidak membuang sampah sembarangan. Duh, dunia sudah jadi gila disini. Transportasi dari Albert Cuypmarkt ke Vondel Park dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Anne Frank House Museum
Setelah puas memandangi keindahan Vondel Park, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu museum paling terkenal di Amsterdam dan di dunia. Anne Frank, dulu semasa kecil berkali kali saya membaca buku hariannya. Cerita seorang gadis Yahudi kelahiran Jerman yang hidup di masa Holocaust saat Hittler aktif memasukkan orang Yahudi ke kamar gas. Anne Frank hidup di dalam persembunyian bersama keluarganya selama kurang lebih 2 tahun sebelum ditangkap dan dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi. Ironisnya dia meninggal di kamp konsentrasi Bergen – Belsen karena penyakit typhus hanya beberapa minggu sebelum kamp tersebut dibebaskan oeh tentara sekutu. Anne Frank menjadi terkenal karena buku harian yang ditulisnya selama dalam persembunyian. Buku itu telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan dijadikan film dan drama. Nah yang saya kunjungi disini adalah rumah persembunyian yang dulunya juga merupakan kantor ayahnya.
Mengunjungi museum ini memang butuh kesabaran karena antriannya begitu panjang. Maklum museumnya memang berupa Canal House yang sempit sehingga orang harus sabar menunggu yang didalam untuk keluar. Sayang di dalam tidak diperbolehkan untuk menfoto. Menurut saya museum ini cukup mengagumkan karena didalamnya masih banyak memorabilia keluarga Frank yang berhasil dikumpulkan dan dipertahankan. Hasil restorasinya cukup baik sehingga paling tidak kita bisa merasakan bagaimana rasanya hidup di rumah persembunyian yang sempit bersama keluarga-keluarga yang lain. Bagi saya ada dua hal disini yang cukup mengharukan yaitu kamar Anne Frank dan video Otto Frank mengenai putrinya. Di dalam kamar Anne Frank, selayaknya gadis remaja dia menempelkan foto-foto, poster dan kartu pos bergambar bintang film, keluarga kerajaan dan hal-hal yang disukainya. Dia tidak pernah tahu bahwa dia tidak akan hidup untuk melihat hal-hal itu. Entah apa yang dirasakannya saat menghias kamar tidurnya, kesenangan, ketakutan, ketidakpastian atau kesedihan.

Berbagai sudut Anne Frank House Museum (Photo By : http://www.annefrank.org)
Bagi saya, kesan paling mendalam justru saat melihat video Otto Frank yang berbicara tentang Anne, putri kesayangannya. Ada satu kalimat yang terjemahan kasarnya seperti ini : “butuh waktu yang lama bagi saya untuk bisa membaca buku hariannya. Setelah membacanya, saya sangat terkejut tentang pemikiran mendalam yang Anne miliki. Itu berbeda dari Anne yang saya kenal sebagai anak saya . Dia tidak pernah benar-benar menunjukkan perasaan hati semacam ini. Dia berbicara tentang banyak hal , mengkritik banyak hal , tapi apa perasaan sebenarnya hanya bisa terlihat di buku harian itu “. Terkadang kita memang tidak benar-benar tahu apa yang kelihatannya nampak jelas di depan mata bukan ? .

Otto Frank kembali ke rumah itu setelah perang usai. Foto ini diambil sebelum rumah itu secara resmi dijadikan museum. Entah apa perasaannya saat kembali kesini (Photo by : http://www.annefrank.org)
Anne Frank House Museum ini buka tiap hari dari jam 9 pagi – 7 malam, khusus hari Sabtu buka jam 9 pagi – 9 malam (November – Maret), sedangkan bulan April sampai Oktober buka tiap hari dari jam 9 pagi – 9 malam, khusus hari Sabtu buka dari jam 9 pagi – 10 malam. Tiket masuk E 9 per orang. Website resminya dapat diklik disini . Transportasi dari Vondel Park menuju Anne Frank House dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Hari sudah malam ketika kita keluar dari Anne Frank House Museum, alhamdulillah hari ini terlewati dengan lancar. Sudah waktunya pulang dan beristirahat, apalagi ibu sudah mulai kecapekan karena banyak berjalan hari ini. Bagi orang tua yang tidak terbiasa berolahraga, kunjungan ke Anne Frank Museum ini bisa terbilang agak berat karena harus naik turun tangga yang sempit dan curam. Hari ini kita belum mampir ke restoran sama sekali karena bawa bekal dari rumah dan beli beberapa buah dan minuman di Albert Cuypmarkt. Transportasi dari Anne Frank House Museum menuju hostel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Kronologi Waktu Hari Ke 3
Irein
November 15, 2015 at 4:01 am
Yes, akhirnyaa……muncul jugaa Mbaa (:
Wan helwa
November 15, 2015 at 7:54 pm
Mba viki cerita hari ke empatnya belum ada ya ???
Vicky Kurniawan
November 16, 2015 at 12:41 am
He he belum 🙂 . Sabar ya..
Nurul
November 17, 2015 at 2:06 pm
wah Mbak Vicky dikau beruntung , aku gagal ambil foto di I AM STERDAM nungguin spot (agak) kosong serasa nunggu hujan di musim kemarau ! sampe garing akhir-nya nyerah !
Vicky Kurniawan
November 18, 2015 at 11:15 am
Ha ha mangkakno foto dibaliknya aja nanti diflip jadi dah…
Astry Herryananda
November 25, 2015 at 1:16 pm
Mba Vicky, perkenalkan saya astry. Saya baru semingguan ini kenal blognya mba gara2nya saya lagi nyari referensi jalan2 ke jepang. Nemu blog mba saya jadi tambah semangat ke jepang. Ceritanya detail banget jadi sangat membantu. Untuk cerita ke eropa ini saya ga sabar lho mba nunggu cerita lanjutannya selama di eropa. Semoga mba vicky selalu menginspirasi orang2 untuk ikutan backpackeran kayak mba vicky.
Vicky Kurniawan
November 28, 2015 at 7:33 pm
He he he terima kasih sudah mampir ya mbak Astry…
Mahadewi
December 3, 2015 at 11:02 am
Haluuu mbak vicky…
Saya datang lagi hehe..
duh mbaca cerita mbak ini sya slalu ngilerr slalu iri hehe..
ayo mbak buruan publish cerita berikutnya..nga sabar saya…
Happy Travelling 😊😊
Vicky Kurniawan
December 4, 2015 at 10:58 am
he he terima kasih sudah mampir lagi ya mbak
chenshiqing
December 6, 2015 at 10:39 am
Keknya cerita di Eropa selama 19 hari baru bisa kelar 2 taon lg..hahahahha…
Ditunggu kelanjutannya ya mbak
Vicky Kurniawan
December 7, 2015 at 7:52 pm
Ha ha ha wah tahu aja, sabar ya…
ariegato
March 9, 2016 at 10:44 pm
Yg sy suka dari blognya mba vicky ini…DETAIL banget!!
Informatif lg. Ga pelit ngasi info. Trm kasih yo mba 🙂
Sy sampe heran…hal2 kecil aja diinget dan dituangkan ditulisan blog.
Vicky Kurniawan
March 10, 2016 at 6:27 pm
He he he terima kasih sudah mampir kesini ya mas Arie
ariegato
March 9, 2016 at 11:04 pm
Mba kok blm ke turki sih? Padahal pengen sy jiplak itinnya jg tips2 penting yg suka mba buat.
tiara
March 17, 2016 at 12:53 pm
MB Kereta dari amsterdam ke munich kan pake kereta malam, itu bayar lagi ? kan ada eureil pass ya ? jadi guna eurail pass itu apa mb? utk pake kereta dari negeri 1 ke negeri lain di eropa kan ya ?
Vicky Kurniawan
March 17, 2016 at 1:39 pm
Di beberapa jalur kereta seperti kereta malam atau kereta cepat tetap harus bayar biaya reservasi walaupun punya Eurail Pass. Walaupun terkadang biaya reservasinya mahal tapi tetep murah daripada beli tiket kereta biasa. Seluk beluk tentang Eurail pass bisa dilihat disini mbak https://jejakvicky.com/2015/09/12/panduan-penggunaan-eurail-pass/
tiara
March 17, 2016 at 4:11 pm
berarti mb, semua kereta yg mb pake baik didalam kota atau diluar kota semua pke eurailpass kan ? hanya tinggal membayar biaya reservasi saja ya ?
Vicky Kurniawan
March 17, 2016 at 8:52 pm
Eurail Pass kebanyakan berlaku untuk kereta antar kota atau antar negara mbak. Kalau didalam kota harus beli lagi. Seperi di Amsterdam saya pakai GVB One Day Card, kalau di Salzburg pakai Salburg Card.
suzan
September 13, 2017 at 9:43 am
mba vicky salam kenal,
kalau night train itu ternyata stasion tertentu aja seperti yg mb vicky sebutkan itu ya?
nah kalau masalah reservation seat itu bisa kpn aja dan distation mna aja yang pnting brp hari sbelum keberangkatan kita ya?
trus kalo 2x pesan night train ga msalah ya mba, misal munich-italy, trus bsoknya italy-paris?
makasih mba vicky.
Vicky Kurniawan
November 8, 2017 at 3:03 pm
Halo mbak Suzan..
1. Night Train memang adanya di jalur tertentu saja.
2. Reservasi bisa dilakukan saat membeli atau saat disana.
3. Tidak masalah pesan 2 night train
Anastasia Setiadi
April 3, 2016 at 8:11 pm
halo mba Vicky… maksud yang ini apa yah ” Untung saya sudah google sebelumnya kalau jumlah uang kontan yang harus dideclare minimal sebesar EUR 10,000. Selain itu sebagai penyandang dana tunggal (berkat itinerary yang saya buat sebelumnya) dia tahu persis kira-kira berapa biaya yang bakal di keluarkan”
apakah harus bawa uang sebanyak itu biar bisa masuk belanda saat diimigrasi?
terimakasih banyak..
Vicky Kurniawan
April 5, 2016 at 8:15 pm
Halo mbak Anastasia, maksudnya kita jangan sampai bawa uang tunai melebihi jumlah EUR 10.000 karena harus dideclare atau dilaporkan.
Adi Triyono
May 22, 2016 at 11:25 pm
Detail banget informasinya. Terima kasih banyak
Vicky Kurniawan
May 23, 2016 at 9:04 pm
Terima kasih sudah mampir disini
tiara
August 8, 2016 at 4:59 pm
1. mb mau tanya, dr amsteram munich bayar 35 euro, apakah itu tidak tercover eurailpass ? jika tercover, kok bayar lagi 27,5 nya?
2. Dari bandara ke amsterdam central apakah pake euraillpass ? jika iya, kita tinggal masuk2 aja ke kereta ya?, lalu kl kondektur tanya baru ya kita tunjukan eurail pass utk di scan barcode / tks ya
Vicky Kurniawan
August 8, 2016 at 9:55 pm
Halo mbak Tiara :
1. Dari Amsterdam – Munich saya naik kereta malam mbak, jadi masih harus bayar biaya reservasinya aja. Lebih detail tentang penggunaan Eurail Pass bisa dilihat disini https://jejakvicky.com/2015/09/12/panduan-penggunaan-eurail-pass/
2. Dari Schipol ke Amsterdam Central bisa pakai Eurail Pass.
tiara
August 9, 2016 at 8:00 am
mb pertanyaan saya satu lagi belum dijawab, dr schipol ke asmterdam central kan pk eurail pass, jika iya, kita tinggal masuk2 aja ke kereta ya?, lalu kl kondektur tanya baru ya kita tunjukan eurail pass utk di scan barcode ? apa gimana ?
Vicky Kurniawan
August 10, 2016 at 6:47 pm
Pertama Eurail Passnya harus diaktifkan dulu di bandara Schippol. Terus nanti kalau naik kereta langsung masuk aja. Kalau kondektur memeriksa tiket langsung aja ditunjukkan. Kalau tidak ada pemeriksaan yah tidak usah ditunjukkan.
susan8143
September 15, 2017 at 3:31 pm
hah… akhirnya
mba vicky ikutan nimbrung ya?
di aplikasi eurail time table, aku cek rail planner “amsterdam -munich (germany) yang direct ke munich itu kok ga ada ya?
trus misal nih aku mau tujuan : amsterdam-zurich ya, disitu disebutkan reservasi possible on part of journey, itu artinya harus reservasi seat ya? dan 1x transit di manheim kita harus reservasi seat lagia atau bisa skalian diamsterdam ?
masih belum paham ni mba,
thanks ya
Vicky Kurniawan
November 8, 2017 at 2:52 pm
1. Iya memang kelihatannya udah nggak ada yang direct mbak Susan.
2. Misal dari Amsterdam – Zurich harus pindah satu kali di Manheim maka kalau tulisannya Reservation possible on part of journey itu artinya kita bisa reservasi atau tidak antara Amsterdam – Manheim atau Manheim – Zurich. Tapi saya cek lingkaran R nya kan nggak penuh ya mbak, jadi reservasi sifatnya optional bisa reservasi bisa tidak.