RSS

Hari Ke 4 : Kyoto (Arashiyama & Higashiyama)

01 Sep

Oleh : Vicky Kurniawan

Saat makan di ruang makan tadi malam, tanpa sengaja saya melihat pengumuman yang tertempel di papan dekat meja. Pengumuman tersebut menyebutkan tentang perayaan Hana Toro Festival yang akan diadakan jam 6 sore di Chionin Temple. Sebetulnya saya tidak tahu itu perayaan apa, tapi melihat deskripsinya yang begitu menarik membuat saya ingin mengunjunginya nanti malam Akhirnya sambil sarapan pagi, kami mulai merencanakan rute untuk hari ini dengan sedikit merubah itinerary. Mau tidak mau saya harus membuang kunjungan ke Fushimi Inari Shrine bila ingin mengunjungi festival ini. Dari beberapa review yang saya baca, kunjungan ke Fushimi Inari sebaiknya tidak dilakukan bila hari sudah gelap karena suasananya yang sepi dan agak menyeramkan. Karena hari ini kita mulai agak siang maka diperkirakan saya tidak akan sempat mengunjunginya sepulang dari Arashiyama. Jadi begitulah, terpaksa say good bye pada kuil yang terkenal dengan jajaran Torii merahnya itu, semoga lain waktu Allah memberikan kesempatan mengunjunginya. Jadi selesai sarapan tepat pukul 08.30 kami keluar dari hostel menuju tujuan pertama hari ini yaitu Arashiyama.

Togetsukyo Bridge Saat Musim Gugur (Photo By : Japanguide.com)

Togetsukyo Bridge Saat Musim Gugur (Photo By : Japanguide.com)

Arashiyama

Saya begitu tertarik dengan tempat ini ketika melihat foto-foto Togetsukyo Bridge di musim gugur serta jajaran Bamboo Grooves Arashiyama yang terlihat asri. Apalagi ketika dicek lebih jauh ada Sagano Scenic Railway yang menawarkan pemandangan indah sepanjang tepi Hozugawa River dari atas kereta api. Dari Kyoto Station, Arashiyama dapat dicapai dengan menggunakan bis ataupun kereta api. Rencana awal untuk naik bis terpaksa dibatalkan karena hari sudah sangat siang dan saya perkirakan bila naik bis waktunya akan lebih lama. Jadi dari Kyoto Station kami naik kereta JR Sanin Main Line arah Kameoka (platform 33) dan turun di Saga Arashiyama Station. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 45 menit dimulai saat keluar dari hostel. Dari stasiun Saga Arashiyama kami berjalan kaki kurang lebih 1 km menuju jembatan Togetsukyo Bridge. Enaknya jalan di musim semi, walaupun cuaca cerah hawa masih terasa dingin jadi walaupun berjalan jauh tidak terasa capeknya. Apalagi di sepanjang jalan banyak toko-toko penjual makanan dan souvenir yang kemasan atau displaynya menarik hati. 

Stasiun JR Saga Arashiyama (Kiri Atas), Nemu Bangunan Model Eropa (Kiri Bawah), Petunjuk Jalan Menuju Togetsukyo Bridge (Kanan)

Stasiun JR Saga Arashiyama (Kiri Atas), Berbagai Kemasan Makanan Di Toko Souvenir (Kiri Tengah), Nemu Bangunan Model Eropa di Arashiyama (Kiri Bawah), Petunjuk Jalan Menuju Togetsukyo Bridge (Kanan)

Bila kita berdiri membelakangi stasiun ada 3 jalan dihadapan kita, satu jalan kecil di sebelah kanan dan dua jalan besar di tengah dan di kiri. Untuk menuju jembatan ini, ambil jalan yang tengah. Tidak ada petunjuk jalan di depan stasiun, petunjuknya baru nampak ketika berjalan agak jauh.

A. Togetsukyo Bridge

Togetsukyo Bridge boleh dibilang merupakan landmark daerah Arashiyama. Jembatan kayu yang berusia lebih dari 400 tahun ini membentang diatas Katsura River dengan latar belakang pegunungan Arashiyama yang menawarkan pemandangan yang indah terutama saat musim gugur dan musim sakura. Tidak heran, bila sejak jaman Heian tempat ini menjadi destinasi paling populer bagi para bangsawan Kyoto yang ingin tetirah ke daerah pegunungan. Di seberang jembatan terdapat sebuah taman dengan kumpulan pohon sakura. Lagi-lagi kami dapat rejeki karena dari puluhan pohon Sakura yang gundul ada satu yang mendahului berbunga. Jadi lumayanlah buat foto-foto. Menyeberangi jembatannya, saya sempat berhenti mengagumi pemandangan di depan mata. Pada saat gundul begini saja sudah terlihat indah apalagi bila musim gugur saat daun-daun merah, kuning dan coklat menghiasi pegunungannya.

Satu-satunya Pohon Sakura Yang Mekar Di Taman Togetsukyo Bridge (Atas) dan Togetsukyo Bridge Versi Gundul Saya (Bawah)

Satu-satunya Pohon Sakura Yang Mekar Di Taman Togetsukyo Bridge (Atas) dan Togetsukyo Bridge Versi Gundul Saya (Bawah)

Lagi enak-enaknya menikmati pemandangan dari atas jembatan, tiba-tiba saya didatangi oleh salah satu penarik rickshaw yang memang banyak berkumpul di sekitar situ. Sambil senyum-senyum si Mas-nya mendekati saya sambil membawa penjepit dan tempat sampah. Wah pasti mau ditawari naik nih ! pikir saya, padahal saya tidak pernah berniat naik yang begituan, disamping kasihan sama penariknya juga kasihan sama kantong saya yang pasti akan jebol dipakai naik Rickshaw :). Ketika sudah dekat si Mas menyapa dengan sopan “Sumimasen”, saya juga tersenyum tapi sambil bingung. Tiba-tiba dia mengambil puntung rokok yang nyelip di sela-sela jembatan pas dibawah saya. Masyallah !, saya saja yang diatasnya nggak ngelihat kalau ada puntung rokok disitu, tapi si Mas ini dengan mata elangnya kok keliatan aja, padahal itu rokok cuman tinggal puntung kecil dan letaknya pun terjepit diantara kayu-kayu konstruksi jembatan. Kalau dari depan pasti tidak keliatan, wong saya yang pas diatasnya juga tidak melihat. Sepertinya ada alarm alami di setiap tubuh orang Jepang yang langsung berbunyi bila ada sampah dibuang sembarangan :).

Si- Mas penarik Rickshaw (Kiri & Kanan Atas), Tempat Mangkal Rickshaw (Kanan Bawah)

Si- Mas Penarik Rickshaw (Kiri & Kanan Atas), Tempat Mangkal Rickshaw (Kanan Bawah)

Terinspirasi oleh si-Mas penarik Rickshaw tadi, akhirnya saya mencoba bertanya arah pada salah satu dari mereka. Dengan baik hatinya mereka memanggil salah satu rekannya yang bisa berbahasa Inggris sehingga saya bisa sedikit ngobrol juga tentang pe-Rickshaw-an di Jepang. Rickshaw sudah ada di Jepang sejak masa Meiji Restoration dimana tenaga kerja manusia lebih banyak daripada kuda. Mereka bahkan mengeksportnya ke Cina, India bahkan Amerika. Satu penarik Rickshaw bisa menarik beban sampai 300 kg padahal mereka rata-rata berbadan sangat langsing. Melihat cara bicaranya yang sopan dan pengetahuannya yang luas, saya semakin bertambah respek dengan mereka. Para penarik ini bukan penarik biasa karena mereka juga berfungsi sebagai guide yang harus mengerti sejarah tempat-tempat disekitarnya. Pada dasarnya sebelum resmi menjadi penarik Rickshaw, mereka dibekali dengan dasar-dasar sejarah setempat. Tapi kebanyakan dari mereka kemudian mengembangkan sendiri pengetahuannya dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut sehingga bisa membuat informasi sendiri yang bahkan tidak ada di buku panduan. Maklum saja kebanyakan dari mereka adalah para mahasiswa yang bekerja part time sebagai penarik Rickshaw. Bayangkan yah, kalau kita bisa keliling di Malioboro dengan naik becak yang sopirnya sopan dan bisa jadi guide seperti ini pasti rasanya akan menyenangkan :). Tarif untuk naik Rickshaw ini berkisar antara 5000 – 7000 yen per orang tergantung pada rute dan lama perjalanan.

B. Bamboo Groves

Setelah mengucapkan terima kasih atas kebaikan hatinya karena mau mengobrol dengan kita (sekalian ngasih suvenir dari Indonesia juga), kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan selanjutnya yaitu Bamboo Groves. Dari Togetsukyo Bridge, jalan lurus saja kurang lebih 500 meter sampai menemukan tanda belok menuju Chikurin-no Komichi dan Nonomiya Shrine seperti gambar dibawah ini.

Petunjuk Arah Menuju Bamboo Groves

Petunjuk Arah Menuju Bamboo Groves

Bamboo Groves ini sebenarnya hanyalah jalan sejauh kurang lebih 500 meter yang kanan kirinya dipenuhi hutan bambu dimulai dari area sekitar Nonomiya Shrine sampai taman Okochi-Sanso. Bambu memang banyak di Indonesia, tapi belum ada yang dikumpulkan dan ditanam dalam satu area seperti ini tanpa diselingi dengan banyak tanaman lain. Berjalan-jalan disini seolah kita dibawa ke Jepang jaman dahulu kala saat tidak ada telepon, kereta api ataupun mobil. Masa-masa penuh ketenangan dimana hidup masih sangat sederhana dan berjalan-jalan menikmati hutan bambu hanyalah merupakan bagian dari praktek Zen semata. Tergantung pada cuaca dan waktu saat kita berkunjung, hutan ini memberikan nuansa yang berbeda. Bunyi daun-daun bambu yang berdesir ditiup angin serta keteduhannya membuat hati terasa ringan. Di awal jalan menuju hutan ini berjajar beberapa toko yang menjual aneka kerajinan dari bambu seperti keranjang, keset, kotak bambu dan tas kecil untuk kimono.

Jalan di Bamboo Groves Arashiyama

Jalan di Bamboo Groves Arashiyama

Tapi dari beberapa penjual yang saya jumpai di area ini, saya paling kagum dan tertarik dengan seorang bapak tua yang menjual belalang dari bambu. Cara memainkannya gampang saja, taruh belalang bambu di ujung jari dan dia akan berputar-putar dengan menggunakan ujung jari kita sebagai tumpuan. Untuk membuat mainan yang tampaknya sederhana ini diperlukan keahlian yang tidak sederhana. Dia harus tahu aerodinamika serta mata dan tangan yang ahli untuk memilah bambu yang cocok. Sayang harga mainannya tergolong mahal untuk kantong saya :). Walaupun tahu kalau kamu tidak membeli, dia tetap mempersilahkan kami melihat proses pembuatannya yang mengundang keasikan dan kekaguman tersendiri. Tapi melihat kerumitan dan ketekunannya memang pantaslah kalau harganya mahal.

Belalang Bambu

Belalang Bambu

Kunjungan ke tempat ini sebaiknya tidak dilakukan pada akhir minggu dimana pengunjung biasanya sangat padat sehingga kita bisa menikmati keindahan hutan ini dengan tenang. Sesampai di ujung jalan, ketika hutan bambunya berakhir sampailah kami ke Ohkouchi Sansou Garden yang menjadi tujuan kami berikutnya.

C. Ohkouchi Sansou Garden

Pada saat keluar dari hutan bambu, ambil arah kanan. Nah disitu ada dua jalan, satu menuju ke atas dan satu lagi menuju ke bawah. Bila ingin mampir ke taman ini ambil jalan yang menuju ke atas, tapi bila tidak ingin mampir, ambil saja jalan bawah yang mengarah langsung ke Torokko Arashiyama Station. Okochi Sanso Garden ini dulunya adalah rumah Denjiro Okochi salah satu aktor film Jidaigeki di Jepang. Jidaigeki adalah salah satu genre film atau theatre yang biasanya mengambil setting keadaan Jepang jaman dahulu kala (kebanyakan pada masa Edo). Salah satu Jidaigeki yang paling terkenal adalah Last Samurai, yang menjadi favorit saya bukan karena bintang filmnya Tom Cruise tapi karena ceritanya yang menyayat hati. Selama 30 tahun Denjiro membangun taman seluas 20.000 meter persegi ini dan menanaminya dengan berbagai tumbuhan yang bisa dinikmati di tiap musim seperti Sakura, Azalea, pohon pinus dan Japanese Maple Tree. Tiket masuknya memang sedikit mahal yaitu sekitar 1000 Yen tapi apa yang kita lihat disana boleh dikatakan sepadan dengan harga yang dibayarkan. Tiket tersebut sudah termasuk kartu pos bergambar Daijōkaku, serta kupon untuk minum teh di Tea House-nya.

Jalan Menuju Okochi Sanso dan (Photo By :photopassjapan.com) dan Gerbang Okocho Sanso

Jalan Menuju Okochi Sanso dan stasiun Torokko Arashima Station (Kanan) (Photo By :photopassjapan.com) dan Gerbang Okochi Sanso (Kiri)

Melewati gerbang depannya, sampailah kita ke gerbang tengah yang dinamakan Chumon. Di belakangnya ada jalan setapak dari batu yang mengarah terus menuju Daijōkaku rumah utama yang arsitekturnya merupakan campuran dari berbagai macam gaya. Cukup lama saya duduk-duduk disini menikmati keindahan yang membentang di depan mata. Perpaduan pemandangan antara rumah dan bangku minum teh dengan penutup merah birunya, sangat kontras dengan warna-warna taman disekitarnya yang saat itu didominasi warna coklat kehijauan. Saat itu saya hanya sendiri di tempat itu, suasana yang tenang, langit yang biru, suara burung-burung yang berkicau lirih dan pemandangan yang indah membuat saya betah. Saya ingin merekam dengan sempurna pemandangan itu dan membawanya pulang.

Salah Satu Sudut Daijokaku Yang Indah

Salah Satu Sudut Daijokaku Yang Indah

Melewati Daijokaku, kami sampai di Jibutsudō sebuah kuil Budha kecil yang dibangun Denjiro untuk meditasi dan sebuah Tea House (Tekisuian) dengan taman yang asri didepannya, cocok untuk sekedar meluruskan kaki setelah mengitari taman ini. Karena taman ini terletak diatas bukit, kita juga bisa melihat kota Kyoto, Gunung Hiei dan ngarai Hozu River dari gardu pandangnya. Melewati jalur keluar kita mampir sejenak ke museum Denjiro Okochi yang berisi berbagai foto dan memorabilia sang aktor.

Jibutsudō (Atas), Taman Di Depan Tekisuian (Tengah) Museum for Denjirō Ōkōchi (Bawah)

Jibutsudō (Atas), Taman Di Depan Tekisuian (Tengah) Museum for Denjirō Ōkōchi (Bawah)

Sebelum benar-benar meninggalkan taman ini, kami menuju Tea House untuk menukarkan tiket masuk dengan Matcha Tea yang kalau diluar harganya sekitar 500 Yen. Pada umumnya Matcha Tea atau green tea harganya memang lebih mahal daripada jenis teh biasa karena proses pembuatan dan penyajiannya memerlukan perhatian dan alat khusus. Karena rasanya yang cenderung pahit, matcha biasanya disajikan dengan wagashi (kue-kue manis) yang dimaksudkan untuk dimakan sedikit demi sedikit sambil minum teh. Sayang saya tidak membaca artikel tentang Matcha Tea sebelum datang kesini. Jadilah Wagashinya saya habiskan duluan karena lapar dan akhirnya saya terpaksa minum Matcha Tea tanpa wagashi sambil mengernyit karena kepahitan :). Bila diminum secara teratur, Matcha berfungsi sebagai antioksidan, memperlancar metabolisme dan mengurangi kolestrol.

Suasana Di Main Tea House Okochi Sanso

Suasana Di Main Tea House Okochi Sanso

Bila berjalan-jalan di taman ini tidak perlu bingung karena rutenya jelas dengan satu pintu gerbang sebagai tempat masuk dan keluar. Taman ini buka dari jam 09.00 sampai 17.00 dan cocok sekali dikunjungi saat musim sakura atau musim gugur.  Meninggalkan Okochi Sanso, kami mengambil arah sebelah kiri dan berjalan menuju Torokko Arashiyama Station.

D. Sagano Scenic Railway

Menutup kunjungan ke Arashiyama, saya berkeinginan naik Sagano Scenic Railway yaitu jalur kereta wisata yang membentang di sepanjang sungai Hozugawa antara Arashiyama dan Kameoka. Dulunya jalur kereta ini merupakan jalur kereta JR Sanin Line sebelum akhirnya ditinggalkan dan diganti dengan rute yang lebih cepat dan lebih lurus. Selama 2 tahun jalur ini ditinggalkan sebelum JR menghidupkannya kembali menjadi jalur wisata dan melengkapinya dengan kereta kuno bertempat duduk kayu. Diluar dugaan kereta ini sukses besar, pengunjung selalu datang terutama saat musim gugur dari pertengahan November sampai awal Desember ketika daun-daun berubah warna dan memenuhi perbukitan sepanjang sungai Hozugawa. Saat saya naik kereta ini di musim semi saja pemandangannya sudah begitu indah, bisa dibayangkan seandainya kesini saat musim gugur..

Lokomotif Sagano Scenic Railway (Photo by: japanguide.com)

Lokomotif Sagano Scenic Railway (Photo by: japanguide.com)

Satu rangkaian kereta terdiri dari 5 gerbong, 4 gerbong tertutup yang jendelanya bisa dibuka dan 1 gerbong yang benar-benar terbuka. Tiket bisa dibeli di Toroko Saga Station atau kantor tiket JR diseluruh area Kansai dan perlu diperhatikan bahwa tiket berdiri baru dijual jika tiket bertempat duduk telah habis terjual. Bila naik kereta saat peak season disarankan untuk membeli tiketnya tidak pada hari yang sama. Untung saja saat itu tidak sedang musim turis jadi saya bisa beli langsung di Torokko Arashiyama Station tepat 15 menit sebelum kereta berangkat. Jam 12.10 sesuai jadwal keretanya berangkat, tujuan saya adalah Kameoka Station yang berjarak 20 menit perjalanan dari stasiun ini. Saya mengambil tempat duduk di gerbong terbuka. Karena hawa tidak begitu dingin dan tubuh sudah kepanasan karena jalan kaki terus selama 3 jam terakhir, akhirnya jaket dan segala printilannya dilepas. Tidak dinyana selama 20 menit perjalanan itu hawa menjadi begitu dingin maklum saja karena gerbongnya benar-benar terbuka dimana angin bebas menerobos masuk. Jadilah ditengah perjalanan saya pakai kembali 2 lapis jaket plus penutup kepala, syal dan sarung tangan dan itupun brrrr masih berasa kedinginan :).

Gerbong Terbuka Sagano Scenic Railway

Gerbong Terbuka Sagano Scenic Railways

Tapi kedinginan itu terbayar tuntas saat melihat pemandangan diluar kereta yang begitu indah. Bukit-bukit Arashiyama yang hijau dipadu dengan kejernihan sungai Hozugawa. Di beberapa tempat, kereta berbelok tajam sehingga kita dapat melihat ujung ekornya. Sayang saat itu belum musim Sakura sehingga pohon-pohon Sakura yang ditanam di sepanjang jalur kereta belum berbunga, coba kalau pas berbunga pasti lebih indah. Tidak heran kalau orang banyak datang ketempat ini saat musim Sakura dan musim gugur dimana bukit diberang sungai dihiasi dengan warna merah, oranye dan coklat.

Pemandangan Dari Atas Kereta

Pemandangan Dari Atas Kereta

Sesampai di stasiun Torokko Kameoka ada tiga pilihan yang bisa diambil, pertama, naik Sagano Scenic Railway kembali ke Arashiyama. Kedua, jalan kaki ke stasiun Umahori dan naik kereta JR kembali ke Arashiyama atau Kyoto. Ketiga, kembali ke Arashiyama dengan mengikuti Hozugawa River Cruise, naik perahu tradisional menyusuri sungai Hozugawa. Keliatannya asyik juga bila baliknya ikutan River Cruise, tapi melihat harganya yang 3900 yen jadi hilang nafsu untuk mencoba. Akhirnya kami mengambil pilihan kedua yaitu jalan kaki ke stasiun Umahori kemudian naik kereta JR kembali ke Kyoto. Sagano Scenic Railway ini buka dari jam 09.00 sampai 16.00 dan libur setiap hari Rabu. Harga tiket 600 Yen. Website resminya dapat dilihat disini. Keluar dari stasiun Torokko Kameoka, ambil arah kanan dan ikuti petunjuk jalan menuju stasiun Umahori seperti gambar dibawah ini. Kedua stasiun tersebut berjarak kurang lebih 500 mt.

Petunjuk Arah Menuju Stasiun JR Umahori

Petunjuk Arah Menuju Stasiun JR Umahori

Peta jalan kaki dari Torokko Kameoka menuju stasiun Umahori dapat dilihat pada peta Google Map dibawah ini.

Sedangkan peta Arashiyama Walking Tour dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Peta Oleh : Google Map. Keterangan : (A). JR Saga Arashiyama Station, (B). Togetsukyo Bridge, (C). Bamboo Groves, (D). Okouchi Sanso, (E). Torokko Arashiyama Station

Untuk kembali ke Kyoto, di Umahori Station kami naik kereta JR jurusan Hozukyo yang berhenti di platform 1. Setibanya di Kyoto Station, karena sudah dekat sekali dengan hostel, akhirnya kami pulang dulu untuk masak makan siang dan sholat. Hampir satu jam kami habiskan di hostel sebelum akhirnya tepat jam 14.30 dengan perut kenyang dan badan segar kami melanjutkan perjalanan ke Higashiyama District.

Higashiyama

Tidak percuma Higashiyama dijuluki sebagai “Kyoto’s Best Preserved Historic District” karena area ini memang dipenuhi oleh temple dan shrines terbaik, taman, museum serta lingkungan bernuansa tradisional yang mencerminkan kekuatan “Old Kyoto”. Kesan tradisional memang terasa kuat karena pemerintah dan pengusaha setempat berusaha menciptakan dan mempertahankan nuansa tersebut antara lain dengan mencabut tiang telepon, mempaving jalan-jalan dan mempertahankan gedung-gedung bernuansa tradisional disekitar area tersebut. Higashiyama sendiri meliputi suatu area luas yang terbentang antara Kiyomizudera sampai Shorenin Temple dan penjelajahan kami hari ini dimulai dari kuil paling terkenal di Higashiyama yaitu Kiyomizudera.

A. Kiyomizudera Temple

Dari Kyoto Station tempat ini dapat dicapai dengan bis no. 206 atau 100 yang mangkal di platfom D2. Perjalanannya sendiri memakan waktu kurang lebih 30 menit sebelum kami turun di Kiyomizumichi, halte terdekat menuju Kiyomizudera. Dari halte Kiyomizumichi, kita masih harus berjalan kaki kurang lebih 850 mt mendaki bukit untuk menuju kuilnya. Total perjalanan mulai keluar dari hostel sampai didepan kuil kurang lebih 1 jam karena mampir-mampir juga ke toko-toko souvenir dan makanan disekitar tempat itu. Peta rute bis dari Kyoto Station menuju Kiyomizudera dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Garis Merah Muda Rute Bis No. 11 dan Garis Coklat Rute Bis No 200

Garis Merah Muda Rute Bis No. 100 dan Garis Coklat Rute Bis No 206

 Diantara jajaran toko souvenir dan makanan di area itu, saya tertarik melihat orang antri rapi (sampai luber ke jalan) didepan toko Malebranche. Keingintahuan adalah sifat dasar manusia, jadi tanpa tahu apa yang diantrikan, saya ikut-ikutan antri di depan tokonya (mainstream banget :)). Setelah sampai gilirannya, saya baru ngeh kalau antrian itu untuk mendapatkan sample biskuit green tea yang masih hangat dari ovennya. Setelah digigit, wow rasanya over the rainbow deh. Biskuit ini yang belakangan baru saya tahu namanya sebagai Chanoka sebenarnya merupakan modifikasi dari makanan Perancis langue de chat, atau cat’s tongue. Kalau di Indonesia mungkin namanya jadi kue lidah kucing kali ya. Bedanya lidah kucing yang ini berbentuk kotak berwarna hijau (karena rasa green tea) dan tengahnya dilapisi coklat putih. Karena Malebranche sendiri merupakan toko pastry terkemuka di Tokyo, maka tidak heran kalau Chanoka-nya begitu istimewa baik bentuk maupun rasanya.

Chanoka dan Kemasannya Yang Menarik Hati (Photo By : wa-ga-shi.blogspot.com)

Chanoka dan Kemasannya Yang Menarik Hati (Photo By : wa-ga-shi.blogspot.com)

Setelah mencicipi Chanoka, kami melanjutkan perjalanan mendaki bukit. Untung saja di kanan kirinya penuh toko jadi tanpa terasa sambil melihat-lihat sampai juga keatas. Begitu melihat gerbangnya saya sudah terpesona. Umumnya setiap kuil Budha memiliki pintu gerbang yang dinamakan Niomon Gate karena dijaga oleh dua prajurit kayu yang dinamakan Nio (dua raja). Yang mulutnya selalu terbuka bernama Naraen Kongō dan yang tertutup bernama Misshaku Kongō, bila digabung keduanya menyimbolkan kelahiran dan kematian. Di Kiyomizudera ini Niomon Gatenya dinamakan Deva Gate. Gerbang ini berukuran besar dan menjulang diatas bukit dengan warna merah yang mencolok. Dengan pohon sakura yang mengelilinginya, Deva Gate menjadi spot pertama yang menarik untuk difoto. Berbeda dengan kuil-kuil Budha yang pernah saya kunjungi, kedua Nio yang menjaga tidak terlihat jelas karena “gardu jaganya” tertutup rapat. Melewati Deva Gate, saya kembali terpesona dengan pemandangan yang nampak didepan mata. Sedikit dibelakang Deva Gate terdapat West Gate yang bila dipadu dengan Three Storied Pagoda menciptakan pemandangan yang menurut saya “Jepang banget”. 

Deva Gate (Atas), West Gate & Three Storied Pagoda (Bawah)

Deva Gate (Atas), West Gate & Three Storied Pagoda (Bawah)

Dari Three Storied Pagoda, kami beralih ke Kiyomizu Main Hall tapi sebelum masuk ke tempat ini mampir dulu ke loket untuk membeli tiket. Harga tiket untuk masuk ke Main Hall-nya 300 yen dan jadwal buka dan tutupnya bisa dicek di sini karena pada special occasion kuil ini bisa buka sampai jam 21.30. Kiyomizudera sangat terkenal dengan panggung kayunya yang menjorok keluar dari Main Hall. Dari panggung ini  pengunjung dapat melihat lautan pohon Sakura dan pohon Mapel serta pemandangan kota Kyoto dikejauhan. Waktu paling ideal untuk berkunjung kesini adalah saat musim Sakura di bulan April dimana puluhan pohon Sakura bermekaran warna-warni atau saat musim gugur di bulan November saat daun-daun pohon Mapel berubah warna. Panggung kayu setinggi 13 meter ini melahirkan jargon “to jump off the stage at Kiyomizu” yang artinya berani mengambil resiko. Melompat dari panggung ini memang menjadi kebiasaan para peziarah pada jaman Edo yang percaya bila seseorang selamat terjun dari sini maka satu keinginannya akan terwujud. Tercatat 234 orang pernah meloncat dan 85% diantaranya selamat. Tentu saja tradisi ini sekarang dilarang untuk dipraktekkan. Didalam Main Hallnya terdapat patung Kannon Bodhisattva yang memiliki 11 kepala dan ribuan senjata serta dipercaya memiliki kekuatan untuk mengabulkan segala permintaan. Hebatnya Main Hall dan panggung kayu ini dibangun tanpa menggunakan paku jadi bisa dibayangkan kehebatan konstruksinya.

Pemandangan Dari Panggung Kayu Kiyomizudera (Photo By : japan-guide.com)

Pemandangan Dari Panggung Kayu Kiyomizudera (Photo By : japan-guide.com)

Melewati Main Hall terdapat Amitabha Hall dan Okuno-in Hall yang merupakan versi mini dari panggung Kiyomizudera. Sayang saat saya kesana kedua hall ini masih dalam tahap renovasi dan ditutup dengan terpal kelabu yang menutup keseluruhan gedung. Memang secara bertahap kesembilan gedung di Kiyomizudera termasuk Main Hall dan panggung kayunya akan direnovasi, jadi sebelum datang kesini cek dulu di website ini bagian mana yang sedang direnovasi. Karena sayang sekali kalau sudah jauh-jauh datang tapi highlight-nya sedang direnovasi. Akhirnya kami berjalan terus sampai Koyasu Pagoda untuk menikmati Main Hall Kiyomizudera dari arah depan.

Main Hall dan Panggung Kayu Kiyomizudera

Main Hall dan Panggung Kayu Kiyomizudera

Turun dari Koyasu Pagoda, kami mampir ke kolam Otowa Waterfall yang terletak di dasar Main Hall. Nama Kiyomizudera sebenarnya diambil dari sumber air ini karena Kiyomizu sendiri berarti air yang murni. Air Otowa disalurkan melalui 3 pancuran yang masing-masing dipercaya dapat memberikan kesehatan, umur panjang dan sukses di sekolah. Ada 2 aturan untuk minum air ini, yang pertama harus minum dari cangkir metal bergagang panjang yang telah disediakan. Air yang ditampung dalam cangkir metal ini dipercaya memberikan efek terapi tersendiri. Cangkirnya sangat bersih karena telah disterilisasi menggunakan sinar ultra violet. Aturan yang kedua, tidak boleh minum dari ketiga pancuran (pilih salah satu) karena minum dari ketiganya melambangkan ketamakan yang justru membuat tidak terkabulnya permintaan.

Otowa Waterfall

Otowa Waterfall

Dari Otowa Waterfall, kami melanjutkan penjelajahan ke Jishu Shrine, kuil Shinto yang dibangun bagi dewa cinta dan perjodohan. Tidak heran yang berkunjung kesini rata-rata anak muda semua (terutama anak sekolah). Didalam kuil ini terdapat 2 batu cinta yang diletakkan berjauhan kurang lebih 6 meter. Pengunjung dapat mencoba berjalan melewati kedua batu tersebut dengan mata tertutup, yang sampai dengan tepat diujungnya tanpa berbelok-belok kearah lain dipercaya akan enteng jodoh. Menarik juga melihat orang-orang mencoba keberuntungan cintanya dengan berjalan melewati batu tersebut. Ada yang bisa berjalan lurus tapi ada juga yang berbelok-belok sehingga hampir menabrak toko penjual jimat disebelahnya :).

Gerbang Jishu Shrine (Kiri) dan Batu Cinta (Kanan)

Gerbang Jishu Shrine (Kiri) dan Batu Cinta (Kanan)

Puas menjelajahi Kiyomizudera, kami melanjutkan perjalanan ke Maruyama Park melewati dua jalan cantik Sannenzaka dan Ninnenzaka.

B. Sannenzaka Dan Ninnenzaka

Jalan menuju Sannenzaka dan Ninnenzaka ini mudah ditemukan walaupun tidak ada penunjuk jalan yang mengarah ke tempat tersebut. Dalam perjalanan menuruni bukit menuju arah pemberhentian bis Kiyomizumichi akan ada tiga persimpangan. Yang disebelah kiri mengarah ke pemberhentian bis Gojozaka, yang tengah kembali ke pemberhentian bis Kiyomizumichi dan yang sebelah kanan inilah yang akan mengarah ke Sannenzaka.

Sannenzaka Stairs

Sannenzaka Stairs

Jalan sejauh kurang lebih 1 km yang terdiri dari Sannenzaka, Ninnenzaka dan Preserved Historic Site ini sudah menjadi daerah perdagangan sejak jaman dahulu kala dan berfungsi untuk melayani para peziarah yang banyak berkunjung ke kuil-kuil disekitar tempat itu. Tidak heran kalau ketiga area ini dipenuhi oleh bangunan-bangunan kayu yang beberapa bahkan berusia lebih dari 1200 tahun. Berjalan-jalan ditempat ini kita seolah terbawa ke Jepang di masa lalu seperti yang tampak pada setting film Oshin. Jalannya dipaving dengan batu dan para pedagang itu menyiraminya dengan air sesuai tradisi lama Kyoto utnuk menghilangkan debu dan mengurangi panas saat musim kemarau. Apalagi ditambah dengan gadis-gadis berpakaian kimono yang wira-wiri di jalan itu membuat suasana Old Kyoto-nya semakin terasa.

Ninnenzaka dan Ishibe Koji (Photo By : ocada.jp)

Ninnenzaka dan Ishibe Koji (Photo By : ocada.jp dan Koleksi Pribadi)

Melewati Sannenzaka, Ninnenzaka dan berjalan lurus melewati Higashiyama Path sampailah kami ke taman tertua di Kyoto, Maruyama Park.

C. Maruyama Park 

Maruyama Park begitu terkenal ketika musim Sakura tiba karena taman ini merupakan pusat kegiatan “Cherry Blossom Viewing” (Hanami) di Kyoto. Konon saat musim Sakura tiba, ribuan pohon Sakura disana berbunga begitu indahnya dan dibawah pohon-pohon tersebut digelar tikar atau tempat duduk untuk piknik bersama keluarga atau teman kerja bersama-sama menikmati keindahan bunga Sakura. Centrepiece di taman ini adalah pohon Sakura besar dan tua yang terletak ditengah taman. Saat kami kesana, karena hari sudah mulai gelap, lampu-lampu disekitar pohon Sakura raksasa itu mulai dinyalakan sehingga tampak indah sekali.

Pohon Sakura Raksasa di Maruyama Park

Pohon Sakura Raksasa di Maruyama Park

Dari Maruyama Park, kami berjalan terus menuju tujuan akhir kami hari ini yaitu Chion-in temple. Saat itu tampaknya perayaan Hana Toro sudah dimulai sehingga disepanjang jalan lentera-lentera mulai dinyalakan.

D. Chion-in Temple Dan Perayaan Hana Toro 

Hanatoro (atau kadang disebut juga Hanatouro) bisa berarti jalan bunga dan cahaya. Jadi sesuai dengan namanya pada saat perayaan Hanatoro jalan-jalan akan diterangi oleh ribuan lentera dikombinasi dengan lampion dan berbagai karangan bunga. Perayaan Hanatoro di Kyoto hanya diadakan di dua daerah yaitu di Higashiyama pada bulan Maret dan Arashiyama pada bulan Desember. Tanggalnya bisa berbeda-beda tapi bulannya tetap sama. Jadwal perayaan Hanatoro bisa dicek di website ini. Untuk tahun 2013, perayaannya diadakan mulai tanggal 8 sampai 17 Maret jam 18.00 sampai 21.00 jadi memang rejeki saya karena datang ke Higashiyama pada saat yang tepat. Perayaan Hanatoro di Higashiyama diwarnai dengan dinyalakannya 2500 lentera yang tersebar di jalan sepanjang 5 km dan membentang dari Kiyomizudera Temple di sebelah Selatan sampai Shoren-in Temple disebelah Utara. Jadi jalan Sannenzaka dan Ninnenzaka yang saya telusuri tadi sore juga akan diterangi cahaya lentera.

Yasaka Pagoda Saat Perayaan Hanatoro

Jalan-Jalan Higashiyama Saat Perayaan Hanatoro

Karena temanya adalah cahaya dan bunga, maka dalam perayaan ini Kyoto Ikebana Association mengadakan perlombaan merangkai bunga raksasa. Karangan bunga ini dipajang di jalan-jalan sepanjang Maruyama Park sampai Chion-in Temple sehingga tempat itu dipenuhi oleh berbagai karangan bunga yang indah dari para peserta lomba. Selain karangan bunga, ada juga Traditional Light Exhibit yang diikuti oleh 6 universitas dan sekolah tinggi di Kyoto. Berbagai bentuk lentera tradisional yang dipamerkan cukup bagus juga. Di area ini terdapat juga pameran lampion yang disumbangkan oleh berbagai perusahaan dan organisasi di Kyoto. Lampionnya memiliki bentuk bermacam-macam yang kebanyakan menggambarkan suatu cerita. Sayang semua keterangannya ditulis dalam bahasa Jepang jadinya cuma cengar-cengir saja melihat lampion-lampion itu tanpa mengerti maksudnya.

Ikebana dan Lampion Exhibitnya

Ikebana dan Lampion Exhibitnya

 Tapi yang benar-benar menjadi Highlight dari perayaan ini adalah Dedication Dance Of An Apprentice Geisha. Yah, para Maiko dari lima Hanamachi di Kyoto akan menari Dedication Dance di Kagura Hall, Yasaka Shrine. Ribuan pengunjung sudah memadati tempat ini sejak sore, tapi untung saja saya masih kebagian tempat untuk melihat dari dekat. Akhirnya bisa juga melihat tarian Maiko yang terkenal itu dan lebih senang lagi karena gratis (ah, dasar) :). Tariannya sendiri tidak begitu lama mungkin hanya sekitar 10 menit dan gerakannya begitu sederhana walaupun sarat tarikan emosi. Walaupun tampaknya tidak serumit tarian Jawa tapi saya yakin tarian itu cukup susah untuk dipelajari. Tapi kalau diperbolehkan memilih, saya tetap memilih tari Barong sebagai tarian terbaik yang pernah saya lihat selama ini. Kelar melihat para Maiko menari, kami berjalan terus menuju Chion-in Temple untuk melihat puncak acara iluminationnya. Ternyata ada untungnya juga punya mata yang rajin membaca pengumuman di hostel soalnya terbukti banyak event-event menarik seperti ini yang saya dapat justru dari pengumuman-pengumuman yang tertempel di Hostel.

Dedication Dance Of An Apprentice Geisha

Dedication Dance Of An Apprentice Geisha

Kuil Chion-in merupakan pusat dari sekte Jodo, sekte Budha paling populer di Jepang. Bangunan yang paling mencolok dalam kompleks ini adalah Sanmon Gate yang merupakan gerbang kuil terbesar di Jepang dan masuk dalam National Treasure of Japan. Malam itu Sanmon Gate menjadi pusat perhatian karena ribuan lampu menerangi hampir setiap sudutnya dan berbagai bentuk pancaran sinar laser diarahkan kepadanya. Kalau pada hari-hari normal balkon di lantai 2-nya tertutup untuk umum, maka malam itu dibuka gratis sehingga pengunjung dapat naik keatas untuk melihat pemandangan Kyoto diwaktu malam Tapi melihat antrian pengunjung yang begitu padat, akhirnya saya memilih untuk pulang saja.

Chion-in Temple Saat Perayaan Hanatoro (Photo By : japan-guide.com)

Chion-in Temple Saat Perayaan Hanatoro (Photo By : japan-guide.com)

Begitulah, akhirnya kunjungan ke Chion-in Temple menutup acara walking tour saya di Higashiyama. Teringat bahwa besok harus ke Osaka, rasanya berat sekali untuk meninggalkan Kyoto, kota yang begitu cantik. Serasa masih banyak yang ingin saya kunjungi termasuk melihat Fushimi Inari yang saya batalkan demi melihat festival ini. Peta Walking Tour Higashiyama dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Garis Merah adalah Rute Walking Tour Yang Saya Lalui

Garis Merah adalah Rute Walking Tour Yang Saya Lalui

Untuk kembali ke hostel kita bisa naik bis no. 5, 100, atau 206 dari halte Chionin-Mae menuju halte Kyotoeki Mae seperti ditunjukkan pada peta rute bis berikut.

untitled2

Melihat betapa menariknya perayaan Hanatoro di Higashiyama, saya jadi tertarik untuk melihat bagaimana pelaksanaannya di Arashiyama pada bulan Desember. Jadilah sesampai di hostel sambil makan malam iseng-iseng saya mengoggling-nya dan foto-foto yang saya lihat benar-benar WOW. Mereka bahkan bersusah payah menerangi Togetsukyo Bridge dan Bamboo Grovesnya. He he he jadi makin kenceng berdoa semoga Allah memberikan kesempatan bagi saya lagi untuk berkunjung lagi ke Kyoto :).

Togetsukyo Bridge (Atas) dan Bamboo Groves (Bawah) pada perayaan Hanatoro (Photo By : japan-guide.com)

Togetsukyo Bridge (Atas) dan Bamboo Groves (Bawah) pada perayaan Hanatoro (Photo By : japan-guide.com)

Biaya Hari Ke 4

untitled3

 
97 Comments

Posted by on September 1, 2013 in Arashiyama, Jepang, Kyoto

 

Tags: , , , , , , , , , ,

97 responses to “Hari Ke 4 : Kyoto (Arashiyama & Higashiyama)

  1. Wisata Pulau Tidung

    September 1, 2013 at 10:57 pm

    Benar-benar keren. Kotanya bersih dan apik.

     
    • aremaronny

      September 2, 2013 at 9:59 am

      He he he iya..semoga Indonesia bisa meniru yah 🙂

       
  2. cumilebay.com

    September 1, 2013 at 11:27 pm

    Kereta nya keren dan aku suka 2 foto terakhir bener2 bikin makyusss. Baca cerita nya serasa kita ikutan jalan kesana, detail sharing nya 🙂

     
    • aremaronny

      September 2, 2013 at 9:59 am

      Terima kasih mas Cumi-toro

       
  3. dhartati

    September 2, 2013 at 4:36 pm

    mbak, mau tanya dikit.
    apa pertimbangannya kok nggak pakai JR pass ?
    kan jalan-jalannya agak lama.

     
    • aremaronny

      September 3, 2013 at 2:56 pm

      Waktu itu setelah saya hitung-hitung dengan mempertimbagkan itinerary, ternyata memakai tiket ketengan lebih murah daripada menggunakan JR Pass. JR Pass akan terhitung lebih murah bila waktu kunjungnya lama, dan kita akan sering berpindah-pindah kota.

       
  4. andryanni

    September 4, 2013 at 5:44 pm

    duh jadi mupeng nih hehe…… pengen bgt kejepang mdh2n bsk2 bisa kesana aamiin…. thanks ya mbk blognya selalu informatif n menarik buat dibaca like deh

     
    • aremaronny

      September 5, 2013 at 10:18 pm

      He he he terima kasih mbak Andryani.

       
  5. Arwin Ar Win

    September 7, 2013 at 5:17 pm

    Tempat yang indah.. jadi pengen pergi… semoga suatu hari nanti ada kesempatan ke Jepang

     
    • aremaronny

      September 9, 2013 at 7:48 pm

      Iya mas Arwin, cocok banget sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi paling tidak sekali seumur hidup terutama Kyoto 🙂

       
  6. alterina

    September 10, 2013 at 11:21 am

    mbak vicky , saya ada keinginan ke jepang , Insya Allah liburan sekolah anak2… tp saya khawatir akan dampak negatif kebocoran nuklir itu loh mbak…..gimana ya mbak ?

     
    • aremaronny

      September 11, 2013 at 6:23 am

      Jepang adalah negara yang sangat “memanusiakan” manusia, kalau kebocoran nuklir memang membahayakan, saya yakin mereka akan secara otomatis mengeluarkan travel warning untuk tidak berkunjung. Untuk mengetahui bagian negara mana yang berdampak, mbak bisa membuka website kedutaan Jepang.

       
  7. alterina

    September 11, 2013 at 1:00 pm

    oke mba vicky terimakasih ya advise nya……..

     
  8. nisamama

    September 12, 2013 at 7:53 pm

    wow, mbaaak! saya udah 3 kali bolak balik Kyoto belum pernah ke Arashiyama!!! Pegimane siiih saya iniiih. hihihihi. seperti biasa liputannya oke banget! 😉

     
    • aremaronny

      September 12, 2013 at 9:15 pm

      he he he kalau mama nisa sih masih bisalah kalau mau ke Arashiyama, BTW kapan balik ke Indonesia?

       
      • nisamama

        September 13, 2013 at 10:30 am

        baliknya belum tau kapan mb. mungkin masih sekitar 4-5 tahunan lagi di sini.

         
  9. Zane Guerrero

    September 16, 2013 at 4:38 am

    Japan Trip Itinerary Day 1: Arrives in Tokyo, Asakusa Kanon Temple Day 2: Tokyo – Ueno Park, Imperial Palace, Otemachi Day 3: Nikko – Toshogu and Futurasan Shrine Day 4: Hakone – View of Mount Fuji Day 5: Tokyo – Kyoto Day 6: Kyoto – Gion District Day 7: Kyoto – Sagano Bamboo Forest, Fushimi Inari Shrine Day 8: Kyoto – Philosopher’s Walk Day 9: Osaka – Osaka Castle, Osaka Aquarium/Kaiyukan Day 10: Hiroshima Day 11, 12: Kyoto – Tokyo, Otw home Rabu, 07/04/10 Pagi semua … hari ini kita rencana mau jalan Ke Sagano Bamboo groves and Fushimi Inari Shrine Daerah Arashiyama di Kyoto terkenal karena warnanya yng menakjubkan, dari pohon2 dari area pegunungan disaat perubahan musim. Kita naik kereta Sagano Line dari Kyoto. Sampe nya di Arashyiama statiun, kita jalan menuju daerah Bamboo Forest. Otw ke bamboo forest kita melewati shrine, lupa namanya. Sagano Bamboo forest adalah hutan bamboo yng terindah di Jepang. Suara angin yng terdengar di hutan ini sangat incredible katanya. Dan kalo kita jalan dgn ada angin yng kalem, sejuk rasanya, juga melihat pohon bambu yang tinggi tinggi seperti menari.

     
  10. rucksack-traveler

    September 18, 2013 at 12:57 pm

    ke Arashimaya itu gak termasuk free daily pass RAKU buss itu kan ya? jadi mesti bayar lagi kesana nya…tapi keren dah emang ini tempat….deretan bambu nya itu bikin adem

     
    • aremaronny

      September 18, 2013 at 6:37 pm

      Iya tidak termasuk, kalau pakai tiket bus yang free daily bisa juga tapi nambah biaya

       
  11. Mistenlima

    September 22, 2013 at 9:28 am

    Pagii mbakk,,, blognya oke bgt. Sagano Bamboo groves boleh nih aku masukin ke itin bulan depan. Wajib malah… Rencana aku mau beli jr pass dgn itin tokyo-osaka-kyoto-osaka, dgn jr pass sudah tepatkah mbak? Rencana aku seminggu di jpg… Thx mbaa

     
    • aremaronny

      October 2, 2013 at 3:05 pm

      Kalau hanya seminggu JR Pass saya kira terlalu mahal mbak, kecuali mbak mau stay lebih lama dan mengeskplore Jepang dari ujung Timur ke Barat

       
  12. @pin

    October 4, 2013 at 7:32 am

    Mba Vicky….. Mana nih kelanjutan cerita day 5 nya…. Ditunggu yaaaa….
    Ceritanya asik, ittenerarynya efisien

     
    • aremaronny

      October 4, 2013 at 11:24 am

      Sabar ya sedang diusahakan menulis lagi 🙂

       
  13. cumilebay.com

    October 14, 2013 at 11:45 am

    Si mas penarik rickshaw nya cakep, kalo di indonesia pasti dah jadi artis hahaha. Btw suk abanget ama jalan bambu nya 🙂

     
    • aremaronny

      October 14, 2013 at 3:22 pm

      wk wk bukan mas Cumi aja yang bilang gitu 🙂

       
  14. Nadia Risa

    October 23, 2013 at 11:33 pm

    mbak, klo mau ke bamboo grooves arashiyama pake bus no brp ya mbak? oh ya klo mw bli oleh2 kitkat green tea dan coklat pocky di tokyo dimana mba? trims buat inponya mbak

     
    • aremaronny

      October 24, 2013 at 10:56 am

      Dari Kyoto Station naik bis no 28 (arah Daikakuji) turun di Hankyu Arashiyama. Kit kat sama coklat Pocky dijual di toko2 seperti 7 eleven juga kok mbak

       
  15. Devyn

    October 28, 2013 at 8:10 pm

    mbak, kalo dari Arashiyama ke Kinkakuji, itu se arah gak?

     
    • aremaronny

      October 29, 2013 at 3:09 pm

      Kalau Kinkakuji ke arah Utara, Arashiyama arahnya ke Barat. Tapi menurut saya masih satu arah.

       
  16. ita puspita

    December 10, 2013 at 2:49 pm

    hay mbk vicky (yg saya kira cwok, tpi fotonya cwe) hehehe
    saya mupeng sekali sma tukang becaknya yg masih muda2, mahasiswa, dan mau kerja part time jdi penarik becak.
    saya jdi pengen tanya jg, “kira2 mereka klo ktmu tmn sekampus, apa ga malu ya?”
    coba disini tukang becaknya para pemuda2, waaah… dijamin bakal pada milih naik becak semua. hehehehe, salam kenal ya mbk

     
    • aremaronny

      December 11, 2013 at 9:19 am

      wk wk wk betul mbak Ita….

       
  17. ita puspita

    December 12, 2013 at 1:07 pm

    oh ya mbk vicky, bisa dikasih tau total pengeluaran waktu traveling di jepang? soalnya kta temen dri komunitas traveling sebelah, total 21jt (sya lgsung syok mendadak smbil ndoweh2).

     
  18. Uun Uun

    February 4, 2014 at 7:56 pm

    thanks reviews nya.. sangat membantu 😀

     
    • aremaronny

      February 4, 2014 at 9:12 pm

      Terima kasih juga karena sudah mampir disini…

       
  19. ceritariyanti

    March 20, 2014 at 7:53 am

    Waaaaa… keren banget ceritanya… jadi inget tahun lalu ke jepang dan belum sempet nulis sampai sekarang…. Arashiyama & Kiyomizudera bagi saya emang luarbiasa banget yaa…

     
    • aremaronny

      March 21, 2014 at 7:20 am

      Iya mbak Yanti…memang keren…BTW saya suka banget mottonya bahwa semua kejadian itu bukanlah kebetulan…..

       
      • ceritariyanti

        March 21, 2014 at 8:33 am

        terima kasih ya menyukainya… Have a blessed day!

         
  20. kuswandi

    September 17, 2014 at 1:34 pm

    Mbak vicky mau tanya,. Arashiyama & Higashiyama itu ada di kyoto ya (dekat kyoto ya?)

    ohya terus Arashiyama & Higashiyama bisa mbak embat dalam 1hari. Berarti mereka berdekatan ya.

    Aku coba google map agak susah. Makasih ya.

    Ohya Nara juga dekat kyoto. Aku bingung sama banyak lokasi yg harus dikunjungi.
    Jika harus digugurkan salah satu. Baiknya gugurkan osaka, nara, atau lake kawaguchi/ hakone?
    karena saya suka sama Fushimi Inari Shrine, best spot in kyoto.

    Mohon petunjuk ya, master of Travel. hihihihi

     
    • aremaronny

      September 19, 2014 at 6:31 am

      Halo mas Kuswandi..

      1. Iya, Arashiyama dekat dengan Kyoto kurang lebih 45 menit naik kereta Kalau Higashiyama letaknya malah didalam kota Kyoto.
      2. Kalau boleh memilih lagi, saya akan gugurkan Osaka. Menurut saya Osaka sudah terlalu modern dibanding Kyoto.

       
  21. Rara

    October 13, 2014 at 1:52 am

    Halo, Mbak Vicky..

    Mau muji dulu sdikit sblom nanya.. Hehehe..
    Seneeeeng bgt baca tulisan mbak lagi dan lagi, setiap mau kemana2 selalu ga pernah lupa buka blognya mbak buat referensi.. Krn menurut aku sih, ga ada tulisan selengkap, sedetil, seinformatif aplg gratisan bgini selain blog mbak.. Wkwkwk.. Soalnya klo yg model tulisannya bgini biasanya mesti bayar dlm bentuk buku.. 😀

    Pertanyaanku.. Mohon dijawab ya, Mbak..
    1. Mbak ga jadi ke Fushimi Inari, tp aku penasaran sama rutenya.. Bisa kasih tau bis/kereta apa yg mesti kita naiki klo start dr Kyoto Station?
    2. Kira2 klo bawa stroller kecil utk anakku yg umurnya 3 thn walking tour keliling2 Jepang atau jalan di Shibuya Crossing atau gonta ganti subway/metro/JR bakal menyusahkan ga ya?
    3. Itu peta2 rute jalan/rute bus Mbak Vicky diambilnya dr aplikasi/download drmanakah? Soalnya lengkap dan detil bgt gambarannya..
    4. Klo boleh diringkaskan, apa sajakah aplikasi maps online ataupun offline, website apa yg mesti jd acuan, pokoknya yg penting2 yg drekomendasikan utk kita pakai selama jalan dsana?

    Sementara sgitu dulu pertanyaanku yah, Mbak Vicky.. Hehe.. Semoga pahala kebaikan mbak berbagi cerita sehingga bisa banyak membantu org kayak saya, akan terus mengalir.. Aamiin..
    Thanks in advance.. *peluk*

     
    • aremaronny

      October 21, 2014 at 6:54 pm

      Halo mbak Rara…terima kasih banyak sudah mampir kesini ya…
      1. Kalau mau ke Fushimi Inari dari Kyoto Station naik JR Nara Line turun di Inari Station. Jalan kaki ke kuilnya.
      2. Insyaallah mungkin tidak mbak, soalnya salah satu pilihan terbaik yah memang pakai stroller itu Nanti kalau mau keluar subway cari yang exitnya pakai lift (pasti ada kok).
      3. Kebanyakan saya pakai google map mbak, karena disitu dihitungkan juga sekalian biaya transportasinya jadi kita bisa memilih mana yang lebih murah.
      4. kalau bisa pakai aplikasi peta offline maps with me (kalau mbak nggak punya koneksi internet disana) http://maps.me/en/home download yang utk android kalau mbak pakai smart phone. Website lain yang berguna bisa dilihat disini https://jejakvicky.com/2013/06/08/9-hari-keliling-tokyo-kyoto-osaka/#more-2690
      semoga perjalanannya lancar ya mbak….

       
  22. ichakhairunnisah

    January 9, 2015 at 3:37 pm

    Hi, Mba Vicky, salam kenal ya.
    Mau tanya, kira2 sovenir khas indonesia seperti apa y yg cocok untuk diberikan ketika d jepang nanti? soalnya saya baca tadi klo mba jg ngasih sovenir ke mas2 penarik rickshaw.
    Mksh y 🙂

     
    • aremaronny

      January 16, 2015 at 6:31 pm

      waktu itu saya kasih gantungan kunci wayang kulit mbak, paling banyak sih saya bawa postcard bergambar alam Indonesia dan dompet batik kecil-kecil. Pokoknya yang ringan dibawa tapi khas Indonesia.

       
  23. bambangEKO

    January 16, 2015 at 11:45 am

    sepertinya tdk pernah ada bosannya saya membuka catatan ini, sampai lupa sdh berapa postingan vicky yg saya baca, smuanya indah sampai bingung mana yang prioritas harus saya kunjungi nanti

     
    • aremaronny

      January 16, 2015 at 7:14 pm

      he he he sesuaikan saja sama keinginan mas, terus tandai satu-satu mana yang dipih, selanjutnya petakan di Google Map dan buat rute seefisien mungkin supaya hemat ongkos transportasinya.

       
  24. iLa

    January 22, 2015 at 5:57 pm

    nice article, mba 😃

    oiya april aku ada rencana ke jepang. rutenya tokyo-osaka-kyoto-tokyo. full day disana 8 hari. rencananya beli JR 7 day pass. sisanya beli ketengan aja gitu. hehe.. udah tepat belom ya mba rencanaku? ada ide lain kah biar bisa lebih irit? heheh.. makasi banyak mba 😊

     
    • aremaronny

      January 23, 2015 at 7:03 pm

      Halo mbak Ila..
      Kalau sudah berencana beli JR Pass mending itinerarynya disesuaikan dengan jalur kereta JR yang tercakup dalam pass sehingga pemakaiannya dapat maksimal. Soalnya JR pass mahal jadi sayang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik. Perlu diingat bahwa ada beberapa jalur kereta dimana JR pass tidak berlaku.

       
  25. Jolly

    February 8, 2015 at 11:47 am

    Nanya dong caranya dari tokyo mo ke kawaguchi enakan lewat apa? Aku rencana jalan sendiri 14hr dari Tokyo>Mt Fuji>Kwaguchi>Matsumoto>alpen route>toyama>Shirakawago>toyama>nagoya>kyoto>osaka enaknya beli JR Railpass tidak?

     
    • Vicky Kurniawan

      February 9, 2015 at 11:43 am

      Enak naik bis mbak. Tiketnya bisa dibeli di kantor Odakyu di Shinjuku Station. Untuk JR Pass coba dihitung dulu, dengan itinerary yang sudah mbak susun mana yang lebih murah bila beli ketengan

       
  26. ryan

    May 7, 2015 at 12:54 pm

    mantap…

     
  27. Sonia

    July 26, 2015 at 8:39 am

    terimakasih banyak untuk tulisannya yang super lengkap :))
    mau tanya mbak kalau rencana awalnya itu lebih enak ke fushimi inari dulu atau bamboo groves ya mbak? trmksh

     
    • Vicky Kurniawan

      August 5, 2015 at 12:42 pm

      Sebenarnya yang mana dulu itu tergantung dari mana titik keberangkatannya mbak Sonia. Yang patut diingat Fushimi Inari sebaiknya tidak dikunjungi setelah hari gelap karena fasilitas penerangannya yang kurang baik.

       
  28. ananda

    September 4, 2015 at 11:29 am

    Mbak Vicky, terima kasih atas ceritanya yg lengkap. Saya suka sekali narasi panjang & detil dg bahasa Indonesia yg baik seperti ini. Saya mau tanya rute selama di Kyoto:
    1. Berdasarkan peta Mbak sepertinya Higashiyama itu dekat dg Gion ya? Rencananya hari pertama saya ingin ke Kinkuji & Ginkakuji lalu menjelajah dalam kota.
    2. Kalau rute Nishiki market – Gion (Shirakawa & Hanami) – Maruyama Park – Sannenzeka & Minnenzaka – Kiyomizudera, apakah bisa berjalan kaki semuanya?
    3. Mungkin tidak ya menjelajahi Fushimi Inari – Arashiyama – Sagano Scenic Railway dalam 6jam?
    Banyak terima kasih, Mbak. Kalau mau diterbitkan dalam bentuk e-book, saya mau loh 😉

     
    • Vicky Kurniawan

      September 5, 2015 at 10:48 am

      Halo mbak Nanda..
      1. Iya mbak. Higashiyama dekat dengan Gion
      2. Iya mbak bisa, itu satu area kok. Jalan kaki dari Nishiki ke Kiyomizudera kurang lebih 3 – 4 km
      3. Kayaknya kalau yang itu terlalu mepet mbak, ke Arashiyama pulang bali saya memerlukan waktu kurang lebih 6 jam. Itu kalau jalannya santai.

       
  29. totoryan

    September 25, 2015 at 4:31 pm

    Informatif banget Mbak, terima kasih banyak ya sudah sharing :3 Next time ke Jepang saya mengincar Arashiyama juga 😀
    Waktu beli tiket pesawat Mbak apakah sudah tahu kalau di Kyoto mmg akan mekar sakura tanggal sekian? Saya mengincar tiket promo, jd kemungkinan dr setahun sebelum berangkat sudah cari-cari… padahal dengan kondisi iklim yang agak ajaib ini mekarnya sakura juga jadwalnya bisa maju atau mundur seminggu dua minggu ya… berarti lumayan ngandelin hoki juga ya Mbak ahaahaa

     
    • Vicky Kurniawan

      September 26, 2015 at 9:20 am

      Saat beli tiket pesawat saya tidak mengecek tanggal mekarnya sakura. Pokoknya saya pilih musim semi (soalnya saya tidak suka traveling saat musim panas atau dingin), dan bulan-bulan yang aman dari ujian anak-anak supaya saya bisa meninggalkan mereka. Selainnya terserah rencana Allah, kalau dapat sakura yah dianggap bonus kalau tidak yah dianggap saja bukan rejeki 🙂 .

       
  30. imronitemb

    October 27, 2015 at 8:49 am

    ini yang dicari
    info hutan bambu seperti di surabaya
    salah satu tempat hangout foto unik

     
  31. erinna89

    October 27, 2015 at 2:27 pm

    Hello Mbak Vicky,
    saya mau tanya.
    saya rencana dari tokyo perjalanan ke osaka menggunakan shinkansen, saya harus berangkat dari station apa menuju station apa ya mbak?
    saya rencana tinggal di osaka kira2 4 mlm, nah klo dalam waktu itu saya jg ingin berkunjung ke kyoto,apa saya perlu pindah hotel ke kyoto jg? atau cukup pulang-pergi saja osaka-kyoto?
    lbh baik menginap di osaka atau kyoto mbak?
    apa ada saran penginapan utk di tokyo (paling enak menginap di daerah apa), osaka, dan kyoto.

    Terimakasihh banyak.

     
  32. Venny

    November 1, 2015 at 2:41 pm

    Hi Mba Vicky,
    Lengkap banget kalau baca blog mba…banyak info…mba tapi aku masih ada sedikit pertanyaan.
    mau tanya masih ingat di Arashiyama itu kurang lebih berapa jam ya ngelilinginnya? Saya rencananya hanya 1 hari ke Kyoto. Aku dan temanku di Kyoto paling ngejar Fushimi Inari Shrine..nah selain Fushimi…yang paling mba rekomendasi apa ya mba?
    Terima kasih banyak sebelumnya.

     
    • Vicky Kurniawan

      November 2, 2015 at 4:21 pm

      Arashiyama butuh waktu setengah hari mbak kalau sekalian mau naik Sagano Trainnya. Kyoto kuilnya bagus-bagus.

       
  33. damayanti

    February 26, 2016 at 2:27 pm

    mba vicky mau tanya dong kalau dari bandara narita ke shinjuku enaknya naik kereta atau bis yaa…kalau naik kereta pake line apa yaa mba, saya masih bingung neh..

     
    • Vicky Kurniawan

      February 27, 2016 at 10:34 am

      Paling gampang naik kereta. Dari Narita ke Shinjuku ada beberapa pilihan dan semuanya memiliki harga yang berbeda. Kalau mau satu kali aja nggak pindah-pindah kereta bisa naik JR Narita Express dengan biaya 3200 yen. Berbagai pilihan transportasi dari Narita ke Shinjuku bisa dibaca selengkapnya disini http://www.japan-guide.com/e/e2027.html

       
  34. Suhartini

    April 2, 2016 at 2:26 pm

    hi k Vicky,
    saya mau mengunjungi Kyoto seharian, plan ke Fushimi inari-Kiyomizudera-Higashiyama-Arashiyama-Gion area dan Nishiki Market. Menurut kk seharian bisakah dengan rute ini? dan tolong di bantu susun mulai dari mana dulu dan berakhir dimana? maksudnya di bantu urutan rute nya biar efektif. Thanks

     
    • Vicky Kurniawan

      April 5, 2016 at 8:01 pm

      Halo mbak Suhartini..kalau seharian saya rasa terlalu tergesa-gesa. Arashiyama saja kalau mau dinikmati benar-benar butuh waktu setengah hari. Disini saya butuh waktu sehari untuk menjelajahi Arashiyama dan Higashiyama. Kalau waktunya hanya sehari pilih saja diantara beberapa destinasi itu yang paling menarik minat mbak sedangkan yang lain dihapus saja.

       
      • Suhartini

        April 6, 2016 at 9:40 am

        Thanks kk Vicky buat balasannya. saya mau menanyakan kalau untuk memesan willer Bus untuk cari harga tiket bus malam termurah bagaimana caranya? koq yang saya dapat mahal ya? hampir 1 juta per orang nya. Tolong kabari

         
      • Vicky Kurniawan

        April 6, 2016 at 9:06 pm

        Kalau bisa pesan jauh-jauh hari sebelumnya mbak. Willer bisa mulai dipesan 3 bulan sebelum keberangkatan. Setelah itu pada saat harganya sudah keluar coba Sort berdasarkan harga dari yang termurah sampai yang termahal dengan cara mengklik tulisan “Fare, Cheap To Expensive”. Nanti otomatis akan diurutkan dari yang murah sampai yang mahal.

         
      • Suhartini

        April 7, 2016 at 10:34 am

        okay akan saya coba kk. bulan Juli saya dan 2 teman saya berangkat ke Tokyo-Osaka-Kyoto-Kobe/Nara. Oh ya kalau ke Kota Nara bisa ga sekalian mampir sebelumnya ke Fushimi Inari taisha daripada saya ke Kyoto dulu baru ke Fushimi inari? karena saya lihat jalur lewat Nara Line, apa sama? Thanks

         
  35. Alit dwitama

    April 14, 2016 at 10:34 pm

    Bih Thank mbak Vicky…cerita perjalanan nya cara penulisan yg mudah dimengerti, dan informasinya lengkap sekali…
    Saya pakai itinerary mbak Vicky selama di Kyoto…dan alhasil saya jatuh hati sama kyoto…
    Sekalj lagi makasi mbak..

     
    • Vicky Kurniawan

      April 14, 2016 at 11:08 pm

      Terima kasih sudah mampir kesini ya mas Alit. Saya senang mas bisa menikmati perjalanan ke Jepang.

       
  36. Icha

    April 27, 2016 at 5:36 pm

    Hallo Mba Vicky,

    mau tanya untuk Sagano Scenic Railway bagaimana ya cara membeli ticket nya in advance? kebetulan saya akan kesana saat golden week nanti, saya yakin ramai sih. tapi apakah bs beli on the spot? kemungkinan dapat ticketnya kah?

    thank you

     
    • Vicky Kurniawan

      April 28, 2016 at 7:15 pm

      Sayang saya tidak mendapatkan informasi cara pembelian tiket ini secara online mbak Icha. Ada satu website namanya kkday.com yang menawarkan pembelian secara online. Tapi saya tidak tahu juga apakah website tersebut terpercaya (https://www.kkday.com/en/product/3024). Sebenarnya sih bisa dibeli satu bulan sebelumnya di JR Ticket Office(Midori-no-madoguchi) of West Japan Railway , travel agen seluruh Jepang dan di the Central Japan Travel Center of Chubu Centraire International Airport. Tapi yah itu harus titip orang yang tinggal disana dulu kali ya?..

       
  37. tiara

    June 8, 2016 at 10:33 am

    1. MB saya binggung dengan detail biaya yang mb keluarkan, seperti

    1. Tiket bus Kiyomizudera tample
    2. Tiket city bus ke kyoto station
    bukannya mb beli tiket Beli bus all stop kyoto seperti dihari sebelumnya?

    2. kalau memang tidak membeli Beli bus all stop kyoto alasannya kenapa?
    3. dan beli dimana tiketnya ? tks

     
    • Vicky Kurniawan

      June 8, 2016 at 3:18 pm

      Untuk hari ke 4 ini saya memang tidak membeli City Buss All Day Pass mbak, Arashiyama sudah diluar area kota. Bayarnya langsung nyemplungin koin dekat sopir.

       
  38. tiara

    June 9, 2016 at 8:51 am

    terus koin yang dimasukin itu uang yen ya ? gimana bisa tau harga rate nya mb ?

     
    • Vicky Kurniawan

      June 10, 2016 at 4:45 am

      Iya mbak yang dimasukkan uang yen. Tinggal bilang sama pak sopir nanti pak sopir yang nyebutin harganya.

       
      • tiara

        June 13, 2016 at 5:33 pm

        mb maf mau tanya lagi, apakah semua sopir bisa bahasa inggris ? atau pake bahasa tarzan ya, secara katanya ga semua org jepang bisa bhs inggris, untuk nanya berapa harga bus nya dlm bhs ingris ? tks mb

         
      • Vicky Kurniawan

        June 14, 2016 at 6:27 pm

        Nggak bisa mbak, bilang aja nama destinasinya nanti orgnya nunjukin harganya. Jangan terlalu kuatir. Gampang kok.

         
      • Vicky Kurniawan

        June 14, 2016 at 6:29 pm

        Memang tidak semua bisa berbahasa Inggris. Tinggal bilang aja nama destinasinya nanti orgnya nunjukin harganya. Jangan terlalu kuatir. Gampang kok.

         
  39. wiwit unairawati

    September 27, 2016 at 6:01 pm

    Malam Kak Vicky..
    mau nanya dong, klo ud keliling2 arashiyama sampe di persimpangan jalan yg pas keluar hutan bambu, trs ambil arah kanan.
    Disitu katanya kan ada dua jalan, satu menuju ke atas dan satu lagi menuju ke bawah ke Torokko Station..
    nah klo aku mau langsung balik ke Kyoto Station apa bisa naik dari Torokko Station? karena kan saya gk ada plan untuk naik Sagano Scenic Railway.
    Kalau boleh saya mau minta emailnya dong kak, mau konsul itin saya mungkin ada beberapa yg bisa dibantu untuk permak itinnya. Terimakasih

     
    • Vicky Kurniawan

      September 27, 2016 at 11:28 pm

      Udah kujawab via email ya mbak. Salam kenal.

       
  40. qq

    December 21, 2016 at 11:33 am

    halo mbak, untuk penarikan atm di jepang kena biaya administrasi ga? mbak sempat pake kartu kredit ga disana? tks

     
    • Vicky Kurniawan

      December 26, 2016 at 8:23 pm

      Kena biaya administrasi Iya saya sempat pakai kartu kredit disana. Payahnya banyak ATM di Jepang tidak menerima kartu kredit atau kartu debit yang dikeluarkan oleh bank-bank diluar Jepang. Waktu kami kesana, ATM yang bisa menerima hanyalah ATM yang berada di 7 Eleven dan kantor pos. Tandanya mudah saja, kalau ATM tersebut memiliki menu berbahasa Inggris berarti dia menerima ATM luar Jepang. Kabar buruknya per tanggal 1 April 2013, ATM di 7 Eleven tidak lagi menerima kartu debit atau kredit bertanda Mastercard, Maestro, dan Cirrus sedangkan ATM di kantor pos masih mau menerima asalkan kartunya tidak menggunakan chips. Jadi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ATM di Jepang adalah :

      1. Pastikan bahwa kartu debit atau kartu kredit yang anda bawa bisa digunakan di Jepang. Pada umumnya kartukartu tersebut berlogo Visa, Plus, Mastercard, Maestro, Cirrus, American Express, JCB, Union Pay, Discover dan Dinners Club International.
      2. Ketahui fee dan limit penarikan untuk International Withdrawals.

       
      • qq

        December 27, 2016 at 7:37 am

        thanks alot mbak. 🙂
        berarti sebelum berangkat harus telpon bank kita dlu ya tanya2 informasi..hehehe

         
  41. vivi wen

    March 23, 2017 at 7:04 pm

    mbak vicky, salam kenal…
    mau tanya apakah mungkin rencana perjalanan di kyoto 1 hari dengan rute seperti ini : Togetsukyo Bridge (Arashiyama), Kiyomizudera Temple, Kinkakuji, Ginkakuji Temple, Fushimi Inari, Gion
    Kalau tidak memungkinkan, sebaiknya mana yang harus saya hilangkan? Terima kasih

     
    • Vicky Kurniawan

      March 25, 2017 at 9:53 am

      Arashiyama itu udah setengah hari sendiri. Bisa aja semua asal kakinya kuat ha ha ha..di bikin itin detail aja mbak vivi sambil pertimbangkan juga jam buka tutupnya tempat tempat wisata yang dituju. Yang jelas jangan ke fushimi inari malam malam soalnya gelap dan agak creepy tempatnya 🙂

       
      • vivi wen

        March 25, 2017 at 11:58 am

        Tks a lot mbak vicky

         
    • Vicky Kurniawan

      May 15, 2017 at 4:06 pm

      Fushimi inari sebaiknya jangan dikunjungi setelah matahari terbenam mbak, karena tempatnya yang agak “creepy” 🙂 . Coba nanti itu dibreakdown lagi perjamnya supaya kelihatan mana yang perlu dibuang dan mana yang tidak. Yang jelas waktu itu ke arashiyama dan togetsukyo bridge udah setengah hari aja.

       
  42. felinsan

    April 2, 2017 at 11:34 am

    Holla Mbak Vicky,

    Mau tanya nih, perbandingan memakai JR Hokuriku Arch Pass dengan beli tiket ketengan mana yg lebih hemat ya?. Kalau misalnya PP nya itu dari Kansai Airport. Terus, mainnya ke tokyo, kanazawa, kyoto, osaka. info harga dari pass nya sendiri ¥ 2400.

     
    • Vicky Kurniawan

      May 15, 2017 at 4:10 pm

      Dibreakdown aja jadi semcam tabel perbandingan antara pakai pass atau beli ketengan. Nanti kan jadi ketahuan mana yang lebih murah atau tidak.

       
  43. it's home

    August 15, 2017 at 4:58 am

    mbak vicky, kalo dari kyoto ke tokyo lokasi pemberangkatan willer bus dari mana ya. sudah coba googling belum nemu. hehe suwun sebelumnya

     
    • it's home

      August 15, 2017 at 5:40 am

      apakah sama dengan lokasi penurunan di Hachijyoguchi bus stop dekat stasiun kyoto mbak

       
  44. liza

    November 8, 2017 at 5:43 pm

    Mba, naik Sagano Scenic Railway dicover JR Pass kah?
    Thank you

     
    • Vicky Kurniawan

      November 9, 2017 at 4:28 pm

      Halo mbak liza..sagan scenic railway tidak di cover oleh JR Pass

       
  45. ennie.lucia@dexagroup.com

    May 21, 2019 at 9:41 am

    Bus stop/Halte bus pake aplikasi apa ya itu kak? website? (yang gambar di atas halte-halte itu)

     
    • Vicky Kurniawan

      June 1, 2019 at 7:36 pm

      Saya pakai aplikasi Google Map biasa mbak ennie. Btw terima kasih yah karena sudah mampir kesini.

       

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: