Oleh : Vicky Kurniawan
Jam 8 pagi saat resepsionis buka, kami sudah siap untuk check out. Sebenarnya berat untuk meninggalkan Kyoto dan kenyamanan Kyoto Hana Hostel yang sudah menjadi rumah kami selama 3 hari belakangan ini. Apalagi masih banyak tempat-tempat menarik di Kyoto yang belum sempat kami kunjungi. Sebelum pergi, sempat berfoto dengan petugas resepsionisnya yang ramah, berterima kasih atas pelayanannya dan berjanji akan mempromosikannya ke traveler yang lain. Buntutnya ketika saya beli perangko untuk mengirim kartupos ke salah satu teman yang hobi postcrossing, dia memberikannya secara gratis :). Jadilah di pagi yang dingin dan cerah itu kami meninggalkan penginapan dan berjalan kaki menuju Kyoto Station. Hari ini kami berencana melanjutkan perjalanan ke Osaka yang berjarak kurang lebih 43 km dari Kyoto. Untuk menuju kota ini kita bisa naik bis atau kereta dengan perjalanan kurang lebih 1 jam atau kalau mau lebih bergaya bisa naik kereta cepat Shinkansen dengan waktu perjalanan 13 menit.
Shinkansen Kyoto – Osaka
Sebenarnya banyak traveler yang menyarankan untuk tidak naik Shinkasen dari Kyoto ke Osaka karena bila dibandingkan dengan kereta Special Rapid Service harganya jauh lebih mahal dan lebih ribet mengingat kereta ini berhenti di Shin Osaka, satu stasiun sebelum Osaka sehingga kita masih harus pindah kereta untuk sampai ke Osaka Station. Tapi saya tetap ingin naik kereta ini karena ingin tahu gimana rasanya naik Japan’s Bullet Train yang kecepatannya bisa mencapai 320 km/jam. Shinkansen sangat terkenal dengan ketepatan waktu, kenyamanan (hampir tanpa suara dengan semua tempat duduk menghadap kedepan), keamanan (belum pernah kecelakaan), dan keefisienannya. Berhubung salah satu tiket termurahnya adalah dari Kyoto ke Osaka maka kali ini saya memutuskan untuk naik kereta api ini saja.
Jalur Shinkansen Kyoto – Osaka dilayani oleh Tokaido Shinkansen yang memiliki tiga jenis kereta yaitu Nozomi, Hikari dan Kodama. Nozomi adalah yang tercepat dan hanya berhenti di stasiun-stasiun besar saja. Sayangnya di kereta ini tidak berlaku Japan Rail Pass, sehingga pemegang tiket JRP disarankan untuk naik Hikari dan Kodama yang lebih lambat dan berhenti juga di stasiun-stasiun kecil. Tiket Shinkansen ini dapat dibeli di JR Ticket Office yang lokasinya dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Saat membeli, sebutkan dengan jelas jenis keretanya yaitu Shinkansen, Non Reserved to Osaka, kalau tidak mereka akan menganggap kita membeli tiket kereta biasa menuju Osaka. Harga tiketnya 1380 untuk Tiket Non Reserved (tiket tanpa jaminan tempat duduk) artinya bila di gerbong tersebut tempat duduknya terisi penuh maka kita harus berdiri. Di setiap jenis kereta, letak gerbong Non Reserved berbeda-beda. Untuk jenis kereta Nozomi, gerbong Non Reservednya terletak di gerbong nomor 1 sampai 3, jenis kereta Hikari di gerbong 1 sampai 5 dan Kodama di gerbong 1 sampai 7. Jadi sebelum naik perhatikan benar-benar letak gerbong dan platformnya karena kita akan diminta pindah bila ketahuan duduk di gerbong Reserved apalagi kalau sampai masuk gerbong Green Car yang merupakan business class dari keseluruhan rangkaian. Kalau nyasarnya hanya satu atau dua gerbong sih masih aman, tapi kalau nyasarnya sampai gerbong paling ujung maka waktu 13 menit akan habis hanya untuk mencari gerbong yang tepat seperti yang dialami teman saya mas Iskandar Isaac berikut ini.
Untung saja saat naik masih banyak kursi yang kosong, setelah menaruh barang di bagasi atas siaplah kami melaju. Jadi gimana rasanya naik Shinkansen? he he he ternyata memang benar-benar enak, tanpa suara, bersih dan tempat duduknya lega seperti full board airline. Kalau dari dalam kecepatannya tidak begitu terasa karena saya masih bisa melihat pemandangan diluar dengan jelas, tidak seperti bayangan saya semula bahwa pemandangan akan terlihat mengabur. Kehebatan kecepatan Shinkansen memang hanya terasa dari luar ketika kita berdiri di platform dan kebetulan ada Shinkansen yang lewat. Nah itu baru terasa ziiippppp-nya ketika kereta itu menghilang dalam sekejap mata. Saat didalam, serasa baru sejenak kita enak-enak duduk dan berfoto-foto dengan noraknya ketika kereta sampai di stasiun Shin Osaka. Total perjalanan Kyoto – Osaka mulai check out dari hotel sekitar 1,5 jam. Dari stasiun ini, kami naik kereta JR Tokkaido/ Sanyo Main Line arah Himeji menuju Osaka Station.
Osaka Station
Seperti kedua stasiun yang lain yaitu Shinjuku dan Kyoto, Osaka Station terlihat sibuk, ruwet dan berpenampilan modern. Terletak satu kompleks dengan Umeda Station, bersama-sama keduanya menjadi stasiun kereta tersibuk ketiga didunia. Tapi diantara ketiga stasiun ini, di stasiun Osaka lah saya paling sering kesasar karena koridor-koridornya mirip dan bagian dalam bangunannya yang luas dan kompleks. Jalur keretanya juga ruwet dengan rute melingkar (looping) yang bikin puyeng. Bahkan di dalam kotanyapun saya juga paling sering kesasar dibanding Kyoto dan Tokyo karena penunjuk jalan yang kurang jelas atau tiba-tiba menghilang ketika hampir sampai tujuan :).
Seperti juga di Kyoto Station, ada beberapa tempat di Osaka Station yang wajib untuk dikunjungi. Yang pertama adalah Yawaragi no Niwa (Healing Garden) yang terletak di lantai 10 North Gate Building. Sesuai dengan namanya taman ini dimaksudkan sebagai tempat untuk merefresh kembali tubuh dan pikiran setelah mengalami hiruk pikuk stasiun dibawahnya. Healing Garden ini merupakan kombinasi antara taman jepang kuno dan modern dengan pohon sakura, pohon oak dan maple yang ditata di sela-sela bangku-bangku taman bergaya kontemporer.
Selain Healing Garden, tempat kedua yang patut dikunjungi adalah Kaze no Hiroba (Wind Square). Terletak di lantai 11 persis diatas Yawaragi No Niwa, taman ini menawarkan pemandangan terbuka stasiun Osaka secara keseluruhan. Dinamakan Wind Square karena diarea ini angin bebas berhembus yang uniknya dapat menggerakkan atap payung-payung berwarna kuning disekitar taman itu. Jadi kalau pas ada angin, atap payungnya berputar beralih fungsi sebagai kipas angin alami sehingga orang yang duduk dibawahnya merasa teduh dan sejuk.
Naik lagi ke lantai 14 terdapat Tenku no Noen farm (Farm in the sky) yang hanya bisa diakses melalui tangga. Sesuai dengan namanya di tempat ini kita bisa menemukan berbagai macam tanaman pertanian seperti buah, sayur, bumbu-bumbu dapur bahkan ada ladang jagung dan tanaman padi yang ditanam di “sawah” kecil. Sungguh luar biasa. Tergantung pada musimnya kita juga diperbolehkan memetik dan makan beberapa tanaman yang sedang berbuah seperti tomat merah dan blueberry.

Pintu Masuk ke Tenku No Noen Farm (Kiri Atas), Jagung, Padi dan Strawberry (Kanan Atas dan foto bawah) (Photo By : japantourist.jp & Koleksi Pribadi)
Gambar berikut ini memperlihatkan denah Osaka Station dan letak taman-taman tersebut di North Gate Building.
Setelah puas menjelajah Osaka Station kami naik kereta JR Osaka Loop Line arah Nishi-kujo, Namba ke stasiun Fukushima dilanjutkan dengan jalan kaki ke J-Hoppers Osaka Central, penginapan kami selama di Osaka. Untuk menuju penginapan ini, keluar dari stasiun Fukushima ambil arah kiri menuju kafe Mister Donuts. Ketika jalan menjadi bercabang ambil jalan yang paling kanan kemudian jalan terus 2-3 menit. J-Hoppers berada di sebelah kiri (2 bangunan sebelum 7 Eleven). Petunjuk lengkap menuju hostel dapat dilihat disini.
J-Hoppers Osaka Central
Hotel ini saya pesan sebelum mengajukan visa melalui website resminya yang tersambung dengan Hostelworld.com. Sayangnya di hotel ini kamar Dormitorynya hanya ada Female dan Mixed, karena suami saya tidak mau tinggal di mixed dormitory akhirnya kami memesan kamar Double Room seharga 5600 yen permalam (ratenya 2300 perorang setelah ditambah tax) dengan kamar mandi diluar. Hotelnya cukup bersih dan nyaman, tapi saya tidak merekomendasikan untuk yang pergi dengan orang tua karena layout kamarnya yang kurang nyaman. Kamar kami terletak di lantai 5 dengan kamar mandi di lantai 3 (bisa dibayangkan untuk mandi saja kami harus naik turun). Tangganya juga sempit sehingga tidak nyaman digunakan untuk turun naik sambil papasan. Karena dapat kamar di lantai 5 kami jarang sekali turun kalau tidak perlu, padahal dapur dan ruang santai terletak di lantai 1 dan basement (hiks..). Jadi di hostel ini kami jarang bersosialisasi. Sekalinya ada acara bersama, temanya Pub Crawl yang nggak banget buat orang-orang uzur seperti kita yang jam 8 aja matanya sudah kepengen merem. Tapi hostel ini punya satu keunggulan yaitu pemandangan malam hari dari Rooftopnya. Lumayan juga buat ngobrol dan minum teh hangat sambil menikmati pemandangan malam yang dipenuhi lampu-lampu dari gedung-gedung bertingkat disekelilingnya.

Dapur dan Ruang Makan (Kiri Atas), Double Room (Kanan Atas), Living Room (Kiri Bawah), Rooftop (Kanan Bawah) Photo By : http://osaka.j-hoppers.com & Koleksi pribadi
Saat masuk kita harus menyerahkan deposit kunci sebesar 1000 Yen. Karena kamar yang dipesan belum siap maka kami tidak diperbolehkan check inn dulu. Jadi setelah menitipkan tas di luggage storage kami melanjutkan perjalanan ke Nara setelah sebelumnya masak bekal berupa nasi dan telur ceplok untuk makan siang. Ceritanya sih supaya lebih irit :). Rute kereta dari Hostel ke Nara dapat dilihat pada gambar berikut.
Ada kejadian lucu saat kita naik kereta JR Osaka Loop Line menuju Tsuruhashi station. Dalam perjalanan menuju Tsuruhashi, kereta yang kami naiki berhenti di stasiun Kiyobashi dan semua penumpang pada turun tanpa terkecuali. Karena merasa ini bukan stasiun tujuan yang dimaksud kami tetap saja tidak beranjak dari kursi tapi mukanya juga sambil bingung “Kok semua pada turun?”. Akhirnya tinggal kita berdua di kereta sampai petugasnya datang dan dari bahasa tubuhnya dia meminta kami untuk keluar. “Lah, bagaimana nih sir, kita kan mau ke stasiun Tsuruhashi kok diturunkan disini?”. Dengan bahasa campuran Inggris dan Jepang plus bahasa Tarzan, bapak petugas yang baik itu menerangkan bahwa kami harus keluar dari kereta karena keretanya mau balik ke stasion Osaka. Kereta lanjutan menuju Tsuruhashi ada di platform sebelah. Jadi kalau mau naik kereta itu kami harus keluar dulu dan masuk lagi di gate sebelah. “Lah gimana caranya keluar wong kita nggak punya tiket untuk keluar di stasiun ini?” kata saya ngeyel. Akhirnya dia membawa kami ke Ticket Vending Machine memasukkan ticket Tsuruhashi kami ke dalamnya dan memencet Kiyobashi. Langsung keluar dua tiket Kiyobashi dan Tsuruhasi tanpa menambah biaya apapun. Saat keluar di gate dengan sok tahu saya masukkan saja tiket Kiyobashi-nya, “lho kok gatenya nggak mau terbuka?”. Mana suara alarmnya keras banget tet tet tet akhirnya didatangi lagi oleh petugas. Ternyata kedua tiket tersebut harus diselipkan bersamaan di gate. Gatenya juga pintar banget karena dia menelan tiket Kiyobashi-nya dan mengeluarkan tiket Tsuruhashi yang memang diperlukan untuk tujuan selanjutnya. Wah canggih bener sistim kereta Jepang. Gate stasiunnya aja tahu mana tiket yang harus ditelan dan mana yang harus dikeluarkan :).
Nara
Sebagai ibukota Jepang yang pertama, Nara menjadi kawasan wajib kunjung bagi penggemar Jepang kuno karena kawasan ini dipenuhi bangunan-bangunan bersejarah termasuk beberapa kuil terbesar dan tertua di Jepang. Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak bangunan di kawasan ini yang masuk dalam daftar Unesco World Heritage Site. Terletak ditengah-tengah antara Kyoto dan Osaka, Nara dapat dijangkau dengan kereta dan bis dari Kyoto atau Osaka. Jadi rute yang efisien adalah dari Kyoto-Nara-Osaka atau sebaliknya dan bukan seperti rute saya dari Kyoto langsung Osaka dan one day tour ke Nara. Kalau tidak kemaruk naik Shinkansen mungkin saya akan memilih rute Kyoto-Nara-Osaka dengan menitipkan backpack di luggage storage stasiun kereta Kintetsu Nara yang bertarif 600 yen karena kalau dihitung-hitung jatuhnya akan lebih murah dan hemat waktu. Perjalanan dari Osaka ke Nara sekitar 1,5 jam dihitung saat keluar dari hostel sampai di stasiun Kintetsu Nara.
Begitu keluar dari stasiun Kintetsu Nara kami langsung disambut oleh hujan gerimis disertai angin kencang dan hawa dingin yang menusuk tulang. Brrrr….mana baru ingat kalau jas hujan kami tertinggal di hostel tapi the show must go on. Kami nekat saja berjalan hujan-hujanan ke tujuan pertama yang paling dekat dengan stasiun yaitu Kohfukuji Temple.
A. Kohfukuji Temple
Kuil ini paling mudah ditemukan karena lokasinya berdekatan dengan Kintetsu Nara Station dan petunjuk jalan menuju tempat ini juga lengkap. Bila malas bertanya, dari depan stasiun ambil arah kanan dan berjalan lurus kurang lebih setengah kilo. Kohfukuji Temple ini sebenarnya merupakan kuil Budha milik keluarga Fujiwara yang merupakan klan paling berpengaruh di Jepang pada masa Nara dan Heian Period. Pada jaman keemasannya, kuil ini memiliki kurang lebih 175 bangunan yang sayangnya sudah banyak yang musnah baik karena perang atau bencana alam sehingga tersisa kurang lebih hanya 6 bangunan besar saja.
Salah satu bangunan terpenting di kompleks ini dan sekaligus menjadi landmark kota Nara adalah Five Story Pagoda yang merupakan bangunan Five Story kedua tertinggi di Jepang setelah Kyoto Toji Temple. Bangunan penting kedua dan ketiga adalah Kofukuji’s National Treasure Museum yang menyimpan koleksi seni Buddhist Art dan The Eastern Golden Hall yang menyimpan patung kayu Yakushi. Tiket masuk ke kompleks kuil ini gratis dengan biaya tambahan bila ingin melihat koleksi seni di Kofukuji’s National treasure dan The Eastern Golden Hall. Setelah selesai menjelajah tempat ini dan menggoda rusa-rusa yang ada di tamannya, kami melanjutkan perjalanan menuju Todaiji Temple. Website resmi Kohfukuji Temple dapat diklik disini.
B. Todaiji Temple
Dalam perjalanan menuju Todaiji suhu udara semakin turun walaupun hujan agak reda. Angin masih bertiup kencang sehingga kami makin kedinginan padahal saya sudah pakai baju rangkap 2 plus jaket biasa dan jaket windbreaker ditampah topi, syal dan sarung tangan tapi rasanya masih brrrr sampai ke sumsum. Sebenarnya di sepanjang jalan banyak juga warung makan yang buka dan dengan kehangatannya seolah-olah mengajak kami untuk masuk kedalam untuk makan mie hangat-hangat hmmm. Tapi mengingat kehalalan dan juga harganya, kami tetap bertahan untuk tidak mampir. Sampai di halaman dalam kuil karena sudah tidak tahan dengan perut yang makin keroncongan dan badan yang kedinginan, kami duduk di salah satu bangku taman dan membuka bekal yang kami masak di hostel. Ternyata nasi dan telurnya ikut-ikutan dinginnnnnn, nasinya karena pakai beras Jepang jadi lengket seperti bola ketan. Waduh sambil nelangsa kita makan saja dan rasanya benar-benar seperti makan ketan dicampur telur :).. Waktu ada rusa yang mendekat kita kasih aja sedikit nasi dan telur. Eh, rusanya malah melengos. Wk wk wk rusa aja nggak mau makan bekal kita :(. Mungkin karena mereka tidak pernah makan nasi tapi makan “Shika Senbei” atau biskuit rusa yang banyak dijual disekitar tempat itu. Yah, salah satu keistimewaan Nara adalah banyaknya rusa yang dibiarkan berkeliaran di tempat-tempat umum. Rusa dianggap sebagai pembawa pesan dari surga yang juga bertugas menjaga keselamatan daerah ini.
Dari Kohfukuji Temple, Todaiji ini bisa dicapai dengan berjalan lurus ke arah kanan kurang lebih 700 meter. Jangan kuatir tersesat di Nara karena petunjuk jalan sangat lengkap. Kota ini memang dipersiapkan untuk kunjungan turis dan wisatawan sehingga di tiap belokan selalu ada petunjuk jalan menuju tempat-tempat yang menarik di Nara. Todaiji sendiri merupakan kuil paling terkenal dan paling bersejarah di Jepang. Sebagai pusat kuil Budha di Jepang, Todaiji sangat berpengaruh terhadap jalannya pemerintahan sampai akhirnya ketakutan akan kekuatannya membuat ibukota Jepang dipindahkan dari Nara ke Nagaoka. Pertama kali masuk ke kompleks kuil ini, kita akan dibuat terpesona oleh dua raksasa kayu penjaga gerbang di Nandaimon Gate yang tingginya kurang lebih 8,5 meter. Tidak seperti di Kiyomizudera, kedua raja penjaga di gerbang ini terlihat jelas bentuk dan ekspresinya. Dua Nio ini dipahat pada abad ke 13 oleh Unkei dan Kaikei dan menjadi salah satu karya patung kayu terbaik di Jepang.

Nandaimon Gate di Todaiji dengan Dua Nionya (Atas) Misshaku Kongo (Kiri Bawah), Naraen Kongo (Kanan Bawah)
Melewati Nandaimon Gate sampailah kita di Main Hall Todaiji yang bernama Daibutsuden (Big Budha Hall) yang merupakan bangunan kayu terbesar didunia. Padahal yang dibangun ulang disini hanya 2/3 dari ukuran aslinya. Sayang untuk masuk ke tempat ini kita harus bayar 500 yen. Jadi saya memutuskan untuk tidak masuk dan karena hujan turun semakin deras, kami berteduh dulu didekat pintu keluarnya. Sebenarnya saya tidak ngeh kalau itu pintu keluar, waktu saya lihat ada jajaran kios penjual payung didalam saya memutuskan masuk saja karena kami perlu membeli payung untuk melanjutkan perjalanan. “Sebenarnya kamu nggak boleh masuk kesini, ini kan pintu keluar” kata suami saya. Wah yah maaf, jadi sambil membeli payung kami sempatkan melihat bagian depan Daibutsuden.
Bagian depannya memang terlihat mengesankan dan pengaruh penataan taman di sekitarnya membuat main hall ini terlihat semakin menakjubkan. Saya bisa bayangkan seandainya pohon sakura di difoto ini berbunga pemandangannya pasti akan semakin WOW. Setelah memuaskan mata dengan pemandangan akhirnya kami keluar lagi dari pintu exit. Yah lumayanlah paling tidak sudah dapat Main Hall walupun hanya sampai bagian depannya saja. Di bagian dalam Daibutsu Hall ini tersimpan Dainichi Budha, salah satu patung perunggu terbesar didunia. Menurut sejarah, patung ini dibuat untuk melawan wabah cacar yang saat itu sedang berlangsung di Jepang. Selama berabad-abad patung ini bertahan dari berbagai macam ancaman mulai dari gempa dan kebakaran. Kepalanya sendiri sudah beberapa kali lepas dari badannya sehingga kalau dilihat dengan cermat tampak sedikit perbedaan warna dengan tubuhnya. Menurut beberapa sumber di bagian belakang patung ini terdapat lubang kayu sebesar lubang hidung patung. Siapa saja yang bisa masuk kedalamnya dipercaya akan mendapatkan pencerahan.

Big Budha Daibutsu, telapak tangannya saja sudah sebesar orang dewasa (Photo By : http://www.japan-guide.com)
Dari pintu keluar Daibutsu Hall, kami berjalan ke arah kiri naik bukit menuju Nigatsu-do Hall salah satu kuil dalam kompleks Todaiji. Tiket masuknya gratis. Nigatsu-do adalah satu-satunya kuil di kompleks ini yang memiliki beranda ditingkat atas dan dari beranda ini kita dapat melihat pemandangan keseluruhan kompleks Todaiji dan kota Nara dikejauhan. Saat sampai ditempat ini, hujan turun makin deras jadi cukup lama kita duduk-duduk di beranda menikmati hujan dan pemandangan indah dari atasnya. Saat sedang duduk-duduk menunggu hujan reda, kebetulan ada satu komunitas photography Jepang yang sedang hunting foto disitu. Beberapa anggota komunitas itu ada yang duduk bersebelahan dengan saya dan mereka mulai berdiskusi soal fotografi (dalam bahasa Jepang) sambil mengeluarkan foto-foto hasil jepretannya. Karena duduknya pas bersebelahan otomatis saya melirik ikut-ikutan melihat hasil-hasil fotonya. Dengan baik hati salah satu anggota komunitas itu menyodorkan satu album fotonya kepada saya dan dalam bahasa Jawa saya mulai berdiskusi sendiri dengan suami mengenai foto-foto itu. Di album itu ada satu foto yang sangat menarik perhatian saya yaitu Nigatsu-do Hall di musim salju. Saya kagum dengan kualitas foto itu karena seolah-olah saya bisa meraba butiran-butiran salju dan merasakan kesuraman sekaligus keindahan suasananya. Melihat saya begitu mengagumi foto tersebut tanpa banyak omong si bapak pemilik foto langsung mengeluarkan foto tersebut dari album dan tanpa dinyana-nyana memberikan fotonya kepada saya :). So Surprise..padahal yang saya lakukan cuman mengelus-elus foto tersebut dan nyerocos dalam bahasa Jawa wk wk wk. Langsung saja saya berdiri membungkukkan badan dan bilang arigato dengan khidmadnya. Siapa bilang orang Jepang itu kaku dan tidak bersahabat :).
Karena sungkan dengan bapak pemberi foto tadi akhirnya kami beringsut meninggalkan hall menuju bagian belakang kuil. Ternyata di situ ada sebuah ruangan besar yang dilengkapi dengan penghangat, meja dan kursi dan teh Ocha gratis :). Wuah rasanya seperti surga, setelah menggigil kedinginan diluar disini kami bisa duduk dengan nyaman sambil minum teh hangat dan mengeringkan diri di salah satu alat penghangat. Sambil menunggu hujan reda Iseng-iseng saya melihat termometer yang menempel di dinding wauh ternyata 11 derajat, pantesan dingin banget apalagi ditambah hujan dan angin hingga dinginnya jadi tak tertahankan.
Karena hujannya tidak reda-reda akhirnya kami memutuskan untuk nekat pergi saja walaupun ogah banget meninggalkan kehangatan ruangan itu. Keluar ke teras kami berdiri bersebelahan dengan 2 biksu yang rupanya seperti kita, ogah menembus hujan tapi harus pergi. Iseng-iseng saya bertanya dimana arah Sangatsudo Hall dan dengan bahasa Jepang campur Inggris dia menerangkan kalau Sangatsudo Hall tutup karena sedang direnovasi. Selanjutnya kami berempat terdiam dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba persis didepan kami ada satu pengunjung yang berlari-lari menghindari hujan dan nyaris terpeleset saat menuruni tangga. Otomatis kami berempat langsung berteriak dengan bahasa masing-masing, saya dengan bahasa Jawa, suami saya dengan bahasa Arab dan kedua biksu itu dalam bahasa Jepang :). Rupanya kejadian itu begitu menggelikan bagi kami sehingga akhirnya kami tertawa bersama bukan menertawakan orang yang akan jatuh tapi tertawa melihat reaksi kami yang begitu spontan. Orang yang nyaris jatuh tersebut juga tertawa dan membungkukkan badan meminta maaf karena telah mengagetkan kami berempat. He he he orang Jepang memang sopan. Setelah say goodbye kepada kedua biksu tersebut kamipun melanjutkan perjalanan keluar Todaiji Temple dengan beberapa kali berhenti menghindari hujan.
Suhu yang semakin dingin dan cuaca yang kurang bersahabat membuat perjalanan ini menjadi tidak nyaman. Akhirnya sayapun menyerah dan memutuskan untuk mengakhiri kunjungan ke Nara :(. Padahal masih banyak tempat-tempat yang ingin dikunjungi karena saya memang berencana menghabiskan waktu seharian disini sampai jam 7 malam nanti. Seandainya waktu itu Allah mengijinkan, inilah rute Walking Tour saya di Nara. Rute ini tetap saya tuliskan sebagai pedoman bagi teman-teman yang ingin mengeskplore Nara dalam sehari dan tidak terkendali cuaca seperti saya.
Peta Walking Tour dapat dilihat pada gambar berikut :
Rute kereta pulang dari Nara sedikit berbeda dari saat berangkatnya. Dari stasiun Kintetsu Nara naik kereta Kintetsu Nara Line arah Osaka Namba turun di stasiun Tsuruhashi. Di Tsuruhashi naik JR Osaka Loop Line arah Sakurajima turun di stasiun Fukushima. Sepulang dari Nara, saya memutuskan istirahat dulu dan keluar lagi setelah maghrib. Setelah lama kedinginan di luar, enak juga tidur-tiduran sambil mlungker dibawah selimut tebal. Ketika perut sudah mulai keroncongan minta diisi, dengan enggan akhirnya kami keluar untuk makan malam. Keliling-keliling di seputaran hostel tapi tidak nemu resto makanan halal dengan sangat terpaksa kami mampir di Yoshinoya yang lokasinya berdekatan dengan stasiun Fukushima. Yoshinoya merupakan rangkaian restoran Gyudon (Beef Bowl) terbesar di Jepang. Restoran ini sangat populer karena pelayanannya sesuai dengan motonya yaitu Tasty, Low-priced, and Quick. Karena menunya ditulis full dalam bahasa Jepang, sambil menunjuk-nunjuk fotonya kami bertanya ini itu sama pelayannya. Saat itu saya pilih menu yang ada ikannya dan pesannya hanya satu porsi saja karena suami saya masih belum sreg dengan dagingnya. Rasanya memang enak dan sesuai dengan moto pelayanannya juga cepat. Cuma satu kekurangannya yaitu tidak ada sertifikat halalnya :).
Setelah perut kenyang, saya mulai bersemangat lagi untuk mengkesplore area seputaran hotel karena kalau melihat dari petanya banyak sekali tempat-tempat menarik diseputaran sini. Tapi semangat saya makin lama makin turun karena suhu udara yang semakin dingin hingga akhirnya 1 jam kemudian saya hanya bisa pasrah ketika kaki-kaki kami secara otomatis mengarah menuju hostel. Dari 1 jam jalan-jalan tercatat hampir setiap 15 menit sekali kami terpaksa masuk kedalam supermarket atau toko hanya sekedar menghangatkan badan dari angin dan udara dingin diluar. Tapi saya akui orang Jepang memang hebat-hebat dengan cuaca sedingin inipun masih banyak cewek-cewek Jepang yang berkeliaran dengan celana pendek dan stocking tipis sampai saya heran apa stockingnya memang dibuat tahan angin alias windbreaker kok mereka pada santai saja dengan cuaca seperti ini :).
Biaya Hari Ke 5
tony
October 21, 2013 at 1:12 am
Solid writing as always! 😀
Hehe Lost in Osaka & Osaka Station juga ya…
Sama juga pas saya salah memasukkan receipt (bukan tiket) ke gate di stasiun kereta, alarmnya langsung bunyi kenceng bgt, tapi ‘untungnya’ lagi sepi dan petugas di gate langsung ngasi tau dengan bahasa Inggris terpatah2 “receipt, receipt, no, no,”
11 derajat untuk latihan, mbak. Oktober ini di Eropa bisa 3-5 derajat ( di Airolo malah sdh turun salju!! ) dan kembali ke Indonesia langsung kepanasan abis hahaha.. 😀
Jangan lupa buat teman-teman yg mo jalan2 ke Jepang, selalu cek weather forecast ya, bisa via apps atau nonton tv jepang (kalo ngerti bahasanya, hehehe… ) 99% akurat sampai dengan update per jam-nya sekaligus.
aremaronny
October 22, 2013 at 1:46 pm
He he he…iyo mas saya juga bayangkan kalau 5 derajat itu gimana yah. Padahal saya orang Malang yang juga besar di lereng gunung Bromo mestinya kalau cuman 11 derajat nggak begitu dingin-dingin amat yah. Dugaan saya sih karena salah kostum (baju kurang tebal)…
mila said
October 21, 2013 at 8:05 pm
Itu kereta shinkansen nya bagus bangeeetttt
aremaronny
October 22, 2013 at 1:50 pm
He he he…nggak ada rencana ngetrip lagi mil?..ayo susul Indra bulan madu ke Eropa…
Rusmini
October 25, 2013 at 12:23 pm
Bagus banget mba tulisannya, serasa baca novel yang ceritanya terus bersambung. Setelah ditunggu 2 minggu keluar juga lanjutan cerita perjalanan hari ke 5. Ditunggu lanjutannya ceritanya sampai tiba lagi di Indonesia ya…Soalnya mau dicontek abis nih bulan Mei thn depan.
aremaronny
October 26, 2013 at 10:49 am
He he iya mbak Rusmini. Maaf karena terlalu lama menunggu. Sebetulnya target menulis saya minimal 2 kali sebulan tapi entah kenapa sampai sekarang belum juga kesampaian.
devyn
October 30, 2013 at 6:36 am
mbak vicky, kalo rute aku :
hari 1. Tiba di kansai kix jam 08.25 trus ke hostel lanjut jalan jalan di osaka
hari 2. Ke Nara dari pagi sampe sore. trus balik lagi ke osaka lanjut ke Namba
hari 3. ke Kyoto
kalo kayak begini rute nya efektif gak mba? makasiih
aremaronny
October 30, 2013 at 11:29 am
Insyaallah rutenya sudah bagus mbak
prapto
February 14, 2014 at 5:04 pm
Mohon dibantu petunjuk tempat pembelian tiket kereta yang tercepat?Shg tidak mengganggu jadwal acara seminar.thxs
aremaronny
February 16, 2014 at 6:59 pm
Tiket kereta bisa dibeli di langsung di stasiun melalui loket atau vending machine.
prapto
February 14, 2014 at 5:00 pm
Mohon info jadwal tiket kereta dari Osaka – Kyoto tiap brp menit?waktu tempuhnya brp jam?
aremaronny
February 16, 2014 at 6:58 pm
Jadwal kereta di Jepang bisa dilihat disini http://www.japan-guide.com/e/e2323.html. Waktu tempuh kalau naik Shinkansen cuman 15 menit.
lisca
November 17, 2013 at 6:43 pm
hari 6-9 mana mba?
aremaronny
November 18, 2013 at 3:32 pm
He he belum nulis mbak Lisca, sekarang sedang proses hari ke 6 🙂 sabar yah
Bernardo M. Sharp
February 1, 2014 at 5:50 pm
Karena mengejar jadwal kereta Shinkansen untuk bisa sampai Hiroshima on-time, kami harus buru-buru pergi ke stasiun Kobe untuk ambil koper di loker dan segera berangkat menuju Hiroshima. Sampai di Hiroshima udah malem banget sih, jam 11-an malem kayaknya. Tapi sebelumnya udah nelfon penginapan bilang bakalan dateng telat, jadinya mereka simpan kunci kamar kami di kotak luar penginapan.
cindy
March 7, 2014 at 6:50 pm
Mba Vicky, klo dari kyoto-nara-osaka seperti yang Mba Vicky bilang tadi itu enaknya naik bus atao kereta ato gimana ya? thanks ya ini jelas bgt. lg bkin itinerary nihh 😀
aremaronny
March 14, 2014 at 8:56 pm
Enak naik kereta mbak, walaupun naik bis jatuhnya akan lebih murah.
dotherightthingright
June 12, 2014 at 5:44 pm
Dear Mba Vicky,
Salam kenal nih mba,
Seru banget itinarynya. Sangat sangat sangat detail mba ^_^. Izin dijadikan reference utk itin ku yang mba… 😀
InsyaAllah rencnaanya April taon depan aku bareng suami mau mengikuti jejak mba ke Jepang. Cumanya rute ku itu agak beda dari mba. Aku terbangnya dari KL-Osaka, trus plg nya dari Kyoto – KL. Pengennya sih ikutin itinerary nya mba. Aku dah coba sesuaikan gitu. Btw mba kalau shinankansen terpendek and murah selain Osaka-Kyoto ada lagi gk ya mba ?
aremaronny
June 13, 2014 at 6:51 pm
He he sayang itu yang terpendek 🙂
kuswandi
September 7, 2014 at 8:14 pm
mbak vicky, ini perginya tgl berapa ( bulan tepatnya ).
saya rencana pergi akhir desember. old and new. 7hari.
tiba dan balik dari Narita.
Menurut mbak sebaiknya itinerary saya spt apa ya?
Narita – Osaka – Kyoto – Tokyo
dan mt. Fuji perginya saat di Tokyo supaya gak berat bawa koper.
makasih ya mbak.
duliu saya banyak belajar juga ke HK dari blog ini. wow.. keYen
aremaronny
September 9, 2014 at 1:51 pm
Perjalanan INI saya tempuh dari tanggal 6 sampai 14 Maret 2013 mas Kuswandi. Ruteny bagus juga dibikin seperti itu, jadi mas ambil jarak terjauh dulu yah?
kuswandi
September 9, 2014 at 4:24 pm
masih belum pasti, soalnya masih banyak belajar soal jepang. apalg transportasi nya membingungkan.
Maka kami rencana beli JR Pass 7days ( USD 273). bisa ke osaka kyoto sekalian pakai shinkansen yg affiliated jadi gratis.
Mau nanya, JR Pass berlaku gak buat keliling hakone, dan Lake kawaguchi? dari train, bus, maupun railway/ kereta gantung. atau harus beli lagi kah?
Terima kasih, mbak. banyak tanya gak apa2 ya :p
aremaronny
September 11, 2014 at 12:37 pm
JR Pass hanya berlaku sampai Odawara saja mas, selanjutnya yang dipakai adalah kereta atau bus yang bukan milik JR jadi harus beli lagi.
kuswandi
September 9, 2014 at 4:31 pm
lebih mudah HK ya daripada jepang hahahahaha
aremaronny
September 11, 2014 at 12:39 pm
Iya mas Kuswandi, apalagi kalau berhubungan dengan Passnya…bikin puyeng
okamura silitonga
September 15, 2014 at 6:17 pm
aku kesemua tempat itu barusan mbak, tapi belakang kuil nigatsu-do nya ga ;D
belum rejekiku nemuin tempat kaya gt
aremaronny
September 16, 2014 at 1:21 pm
he he…aduh beruntung banget…ceritanya yah jangan lupa…
dil_dil
January 15, 2015 at 4:57 pm
Holla Mba Vicky….
Sepertinya aku bakal nyobain Shinkansen Kyoto-Osaka mba…Btw barusan saya ngeliat schedule Shinkanzennya, dan saya bingung jam berapa aja kereta tujuan tersebut mulai beroperasi.
Atau mba Vicky tau gk setiap berapa jam skali shinkanzennya ada dan mulai beroperasinya jam berapa ?
Rencanannya aku ke Osaka langsung tembak ke Airport mba ^_^ utk penerbangan jam 11.hehe
Thanks banget sebelumnya mba
aremaronny
January 16, 2015 at 6:35 pm
Waktu itu saya juga bingung mbak lihat jadwalnya. Akhirnya saya putuskan untuk go show aja langsung beli tiket disana. Sayang saya tidak punya jadwal Shinkansen. Maaf ya.
Gee
February 11, 2015 at 6:36 pm
blognya sangat membantu mbakk. Lengkap, rinci, bikin ngiler hehehe. Btw, itu yg rute walkingnya Nara (yg wrn biru) ambil dri web atau bikin sendiri? Mksh :OO
Vicky Kurniawan
February 13, 2015 at 7:52 am
Saya bikin sendiri mbak, dengan beberapa keterangan yang diambil dari web. Tapi sayang nggak kesampaian 😦 . Jadi belum sempat ditest waktunya cukup atau tidak.
Octobrian
April 24, 2015 at 10:11 am
Mba Vicky, nanya doank. Waktu booking J-hoopers Osaka, brp minggu ato brp bulan sebelum keberangkatan??
Vicky Kurniawan
April 28, 2015 at 3:55 pm
Saya pesan 3 bulan sebelumnya saat akan mengajukan visa.
Fito
June 10, 2015 at 2:33 am
mau tanya lihat dari peta waLking Tour Nara yang punya Vicky… itu 11 Lokasi menggunakan transportasi apa.. dan pembayaran dengan daiLypass atau Kansai thru pass.. atau pake suica.. ?
kaLo saya mau ikutin.. trims ya
Vicky Kurniawan
June 23, 2015 at 11:50 am
Itu walking tour (jalan kaki) mas Fito
ika
June 24, 2015 at 11:36 am
hallo,…saya oktober ke jepang,.rute Osaka-Kyoto-Tokyo. mau ke Nara n Kobe in between. saya akan pakai walkin tour nara punya Anda ya..oke banget. Melihat ribetnya naik kereta,..kalau pake bis aja gimana?salah satu rekan saya ada yg kesulitan turun naik tangga soalnya.
Trus Osaka-Kyoto enaknya pake Shinkansen or bis? maklum mau irit,..saya jg gak beli JR pass karena ngincer naik bisa and motret jalanan di atas bis. jd coba bullet trainnya sekali doang di salah satu tujuan…infokan ya..makasih banget
Tishia
August 13, 2015 at 3:26 pm
hi mba vicky..
mau tanya dong mba, waktu di jepang mba vicky donlot applikasi apa di hp untuk tau timetable kereta? soalnya hyperdia nggak bisa didonlot di hp untuk Indonesia, hanya untuk negara2 tertentu saja. thanks before mba
Vicky Kurniawan
August 13, 2015 at 3:54 pm
He he saya nggak download apa-apa mbak Tishia. Sebelumnya saya cetak jadwal kereta yang penting-penting saja. Selebihnya yah pergi begitu saja 🙂
dewi
August 15, 2015 at 1:23 pm
assalamualaikum mba vicky 🙂
mau tanya, emang yang dari universal city walk kita bisa foto di depan bola dunianya itu? yang seperti foto?
Vicky Kurniawan
August 16, 2015 at 9:11 am
Iya bisa mbak Dewi…
Cleo
November 10, 2015 at 12:59 pm
salam kenal mbak vicky..
bisakah mengunakan ICOCA dr Kintetsunara station – Namba station (via kintetsu nara line) ? makasih mbak atas infonya.
Vicky Kurniawan
November 11, 2015 at 5:58 pm
Bisa mbak Cleo
Tami
March 6, 2016 at 6:18 am
Halo mba keren sekali perjalanannya. Mei 2016 sya ada rencana ke Osaka. Tempat yg akan dikunjungi Osaka, Kyoto, Nara, Kobe. Kalau itenary seperti ini gimana menurut mba? Hari ke-1 : Kobe, Nara. Hari ke-2 : Kyoto, Osaka (Namba). Hari ke-3 : Osaka sekitarnya Tennoji Zoo, Shinsekai, Dotoonbori.
Untuk transportasi baiknya via kereta/bus/subway ya mba? Domo arigatou!^^
Vicky Kurniawan
March 7, 2016 at 7:32 pm
Hao mbak Tami, terima kasih sudah mampir ya mbak. Yang antar kota Kobe – Nara – Kyoto – Osaka lebih enak dan nyaman naik kereta. Tapi kalau dirasa kemahalan lebih baik naik bis. Kalau di Nara cukup jalan kaki saja, di Kyoto paling enak naik bis dan di Osaka naik subway
novilia
April 4, 2016 at 7:39 pm
selamat malam mbak
perkenalkan saya novi,
saya suka sekali dengan blog mbak vicky ini
saya mau meminta bantuan karena saya bingung dengan rute untuk perjalanan yang saya buat di kyoto
rencana saya sampai di kyoto pagi dan tinggal di wilayah Nishikyō-ku, kami menginap untuk 3hari 2malam
tapi saya bingung dengan peta sehingga saya bingung untuk menentukan kemana dahulu saya akan pergi untuk opertama kali.
rute saya adalah ( arashiyama, bamboo grooves, kiyomizudera,kinkaju,gion,ninshiki,fushimi inari,toei kyoto studio, ninnenzaka)
mungkin mbak vicky bisa bantu untuk menunjukan kepada saya kemana dahulu di hari pertama dan kedua
terimakasih
maaf merepotkan
Vicky Kurniawan
April 5, 2016 at 9:02 pm
Halo mbak Novilia, coba destinasinya dipetakan di Google Map dulu. Nanti dari situ mbak akan tahu polanya. Kemudian mulai susun itinerary halusnya berapa jam dibutuhkan untuk masing-masing destinasi. Kalau tidak cukup waktunya berarti harus ada yang dipilih dan dibuang. Toei Kyoto Studio kalau tidak salah adalah theme park. Kalau ke Theme Park sebaiknya jangan tergesa-gesa soalnya tiket masuknya kan mahal. Kasih waktu seharian atau setengah hari.
Nora
September 14, 2016 at 3:27 pm
vicky, bisa minta alamat emailnya?
Vicky Kurniawan
September 15, 2016 at 2:17 pm
Oktavi23@yahoo.com
thegunawans
September 30, 2016 at 4:19 pm
hallo mba vicky…aku baca2 blog ini bermanfaat sekali… seneng deh bacanya , informasinya lengkap…
Vicky Kurniawan
September 30, 2016 at 9:33 pm
Terima kasih sudah mamir kesini ya mas.
juli
October 13, 2016 at 6:21 pm
hai mba boleh tanya2 seputar transport di kyoto dan osaka dan tokyo?
Vicky Kurniawan
October 14, 2016 at 8:41 pm
Monggo mbak Juli
Nita
October 20, 2016 at 10:04 am
Mba vicky
Vicky Kurniawan
October 28, 2016 at 4:09 pm
Halo juga mbak Nita
segalakaosmurah
November 13, 2016 at 4:02 pm
Assalam mba vicky.. Aduh blognya 70% menghilangkan kegalauan saya dan keluarga yg baru pertama kali dan masih dlm angan2 mw ke jepang thun dpn (re: insha Allah).
Mau tanya dong mba, lbh baik kita pake jr pass atau ga? Dn jr pass apakah bsa dipakai lbh dri 1 org? Krna rncananya mw berempat sama anak2. Makasi mba
Wassalam
Vicky Kurniawan
November 13, 2016 at 7:54 pm
Kalau pakai itinerary yang di blog saya tidak usah pakai JR Pass mbak. Sudah saya hitung hitung dengan itin yang sama jatuhnya akan lebih mahal kalau pakai JR Pass. Kecuali kalau itinnya lain mungkin pakai JR Pass lebih baik. JR Pass hanya berlaku untuk satu orang. Jadi kalau perginya berempat harus beli 4 pass. Berikut contoh itinerary kalau pakai JR pass http://www.jrpass.com/blogs/14-sample-itnerary-tokyo-kyoto-hiroshima-kyushu-and-osaka
segalakaosmurah
November 17, 2016 at 4:18 pm
Oiya mba vicky, saya bingung antara pasmo, suica, day pass. Berikut cara penggunaan kereta yg hrs pakai kartu mana. Krn katanya kalo pakai manual begitu salah stasiun hrs beli ulang tiket. Sdgkan pakai suica bsa blg klo salah turun dn nanti di refund lg. Mba, mohon info ya. Minta id line/anothef messanger. Pleaseeeee
Vicky Kurniawan
November 17, 2016 at 9:51 pm
He he jangan terlalu bingung mbak Esty, Pasmo dan Suica itu sama kok cuman kalau mau refund harus diperhatikan stasiunnya. Ada beberapa stasiun yang hanya menerima refund dari suica begitu juga ada beberapa stasiun yang hanya menerima refund kartu Pasmo. Memang dulu ada bedanya, tapi sejak ada kolaborasi dari beberapa perusahaan kereta api Pasmo dan Suica itu sama fungsinya. Untuk lebih meyakinkan coba baca seluk beluk kedua kartu itu di website resmi JR Pass di sini https://www.japan-rail-pass.com/common-questions/difference-Pasmo-Suica
estykartikarini
December 6, 2016 at 4:23 pm
Mba, tips n tricknya dong dptin tiket promo. Ini dpt promo dari AA. Tp pas di cek utk tgl tsb harganya mahalnya kebangetan. Gmn mba caranya? Makasi
Vicky Kurniawan
December 6, 2016 at 8:26 pm
Berarti pas tanggal yang dituju udah habis mbak Esty. Beberapa tahun yang lalu saya sudah buat panduannya Mungkin infonya kurang up to date tapi pada dasarnya tetap sama https://jejakvicky.com/2011/04/13/panduan-mencari-tiket-pesawat-murah-2/#more-254
Karang Aidprana
January 10, 2017 at 4:04 pm
Halo mbak Vick, sangat membantu sekali tulisannya.
minta bantuannya mbak.
saya juga mau coba naik shinkansen dari kyoto ke osaka.
nah bedanya ke 3 kereta yang mbak jelaskan itu apa? apakah semua bisa di beli di stasiun dari kyoto? (kebetulan saya gak pakai JR-Pass)
lebih baik beli di lokasi, atau ada yang menjual secara online?
mohon masukannya ya mbak, thanks
Vicky Kurniawan
January 10, 2017 at 9:14 pm
Halo mas Adi. Perbedaan ketiga kereta itu terletak ada kecepatannya. Nozomi adalah yang tercepat dan hanya berhenti di stasiun-stasiun besar saja sedangkan Hikari dan Kodama lebih lambat dan berhenti juga di stasiun-stasiun kecil.Semua tiketnya bisa dibeli di stasiun Kyoto. Kalau mau beli online sih secara teori bisa dibeli disini https://www.eki-net.com/pc/jreast-shinkansen-reservation/English/wb/common/Menu/Menu.aspx
Santi
January 23, 2017 at 3:56 pm
mbak, itu hostel di kyotonya anak2 boleh nginap ga? Trus kalo Hikariku Arch Pass itu bisa naik shinkansen ga ya mbak? Thank you.
Vicky Kurniawan
January 23, 2017 at 7:39 pm
Kalau boleh tau anak-anaknya umur berapa ya mbak?. asal satu kamar atau satu dorm disewa sendiri saya kira tidak menjadi masalah. Kebanyakan hostel tidak menerima anak anak karena dikawatirkan akan ribut dan menganggu tamu yang lain. Tapi kalau anak anak mbak sudah agak besar mungkin tidak menjadi masalah. Tapi untuk pastinya nanti di email aja hotelnya yah.
Thia
January 30, 2017 at 1:40 pm
Hi Mba Vicky,
seneng banget waktu pertama kali nemu blog ini, kayak pencerahan untuk setiap trip aku 🙂
Oh iya mba viky selama di osaka ini mba beli tiket transport harian ngak (day pass gitu) kalo iya apa yang rekomen mba?
Vicky Kurniawan
February 5, 2017 at 2:15 pm
Di Osaka saya nggak beli pass mbak Thia. Beli single journey aja. Kalau sekarang demi kepraktisan mungkin bisa pakai ICOCA card. http://www.westjr.co.jp/global/en/ticket/icoca-haruka/
ganissite
March 16, 2017 at 11:16 am
Mbak selain naik shinkansen yg harganya terjangkau dr kyoto ke osaka naik apa ya?
Vicky Kurniawan
March 18, 2017 at 7:03 pm
Naik kereta lokal aja mbak gani
willyjaya
March 18, 2017 at 11:34 am
hai mau tanya dnk kak vicky, untuk menyebrangi tokyo ke osaka bagai mana caranya kita bisa bawa koper ukuran besar untuk menaiki sinkansen? atau ada tempat khusus untuk bagasi besar di sinkansen??
terus stelah di daerah kyoto dan osaka kalau mau berkeliling saya sudah cek, kebanyakan naik subay dan bus. nah subway itu di cover JR PASS ga? krn saya baca tidak di cover, tp banyak juga yg menghasilkan kereta seperti LTD sub EXPress , kalau yg ada express expressnya di cover JR PASS ya???
Vicky Kurniawan
March 25, 2017 at 9:47 am
Di shinkansen tidak ada tempat khusus untuk bawa koper besar. Adanya cuman ruang kecil di belakang kursi atau kalau mau bisa juga di taruh di dekat kaki kita walaupun tidak nyaman. Subway di kyoto dan osaka memang tidak termasuk dalam jr pass
Nopita maulittian
September 13, 2017 at 11:58 pm
Insua Alloh tgl 15 nov’17 ini berangkat ke jepang, sendirian & ikutin itinnya mba vicky. Ada yg ksna jg kah??
Nopita maulittian
September 19, 2017 at 10:55 pm
Mba, saya mau tanya lagi krn masih sedikit bingung mau pke bis/shinkansen ke osaka dr kyoto. Bisa bantu ttg info jadwal & harga kereta shinkansen kyoto-osaka? Makasih mba