RSS

Hari Ke 2 : Jakarta – Manila – Boracay (White Beach)

12 Aug

Oleh : Vicky Kurniawan

Salah satu ketidaknyamanan dari tiket promo adalah jam terbangnya yang ajaib. Seperti jam terbang saya ke Manila ini, jam 00.25, jamnya kuntilanak buang anak. Tapi sekali lagi mengingat harga, rasanya berlebihan kalau mengeluh terlalu banyak πŸ™‚ . Untung saja Cebu Pacific yang terkenal suka delay kali ini terbangnya tepat waktu dan nggak molor. Jadi dengan lancar jam 05.25 saya mendarat di bandara internasional Manila, Ninoy Aquino International Airport atau sering disingkat NAIA.

Ninoy Aquino International Airport (NAIA)

Terletak sekitar 7 km dari pusat kota, NAIA seperti juga Soekarno Hatta memiliki banyak terminal yang terpisah satu sama lain. Transportasi antar terminal juga dilayani dengan shuttle bus. Bersamaan dengan Clark International Airport, NAIA melayani penerbangan domestik dan internasional untuk area Manila. Hanya saja Clark International Airport lebih dikhususkan untuk penerbangan Low Cost Carrier karena landing fee-nya yang lebih rendah daripada NAIA.

Bagian Depan Terminal 3 NAIA

Bagian Depan Terminal 3 NAIA

NAIA memiliki 5 terminal dan Cebu Pacific bersama dengan Airphil Express menjadi tenant utama di Terminal 3. Terminal ini merupakan terminal terbaru dan terbesar dalam komplek NAIA. Pertama kali mempelajari transportasi di bandara ini, saya agak risau juga mengingat shuttle bisnya yang agak ruwet. Tapi untunglah, pesawat Cebu menuju Caticlan juga terbang dari terminal 3. Mungkin lain cerita kalau untuk penerbangan berikutnya saya harus naik Tiger yang mangkal di terminal 4. Saat riset tentang transportasi, saya menemukan satu blog yang cukup jelas menerangkan tentang Shuttle Bus yang menghubungkan terminal 1 sampai 3 NAIA. Nama blognya Directions On Web yang bisa diklik disini.

Bagian Dalam Terminal 3 NAIA Domestic Flight

Bagian Dalam Terminal 3 NAIA Domestic Flight

Penerbangan kami selanjutnya berangkat jam 12.05 jadi kami punya banyak waktu untuk menjelajah area sekitar Terminal 3. Rencana awal adalah menitipkan tas di luggage storage dan jalan kaki menuju Resort World Manila yang berjarak kurang lebih 1 km dari bandara. Tapi rencana ini gagal total karena hujan yang turun terus menerus dari pagi sampai siang membuat kami malas keluar bandara. Jadi setelah mandi seadanya di toilet, kami sholat Shubuh di mushola lantai 3 Departure Area dan akhirnya ngider saja menjelajahi NAIA terminal 3. Fasilitas di terminal 3 ini cukup lengkap, selain mushola tersedia juga luggage storage yang terletak di Departure Area. Untuk backpack biaya sewanya 300 PHP perhari dan 150 PHP per 3 jam.

Luggage Storage di NAIA Terminal 3

Luggage Storage di NAIA Terminal 3

Food Court terletak di lantai 4, sayangnya belum ada yang bersertifikat halal. Pilihan kami saat itu adalah membeli mie produksi Malaysia di 7 Eleven karena tidak tersedia mie produksi Indonesia 😦 . Sebenarnya ada beberapa outlet bagi penggemar vegetarian tapi tetap harus ditanyakan apakah makanan tersebut halal atau tidak.

Transportasi dari Manila – Boracay

Ada tiga pilihan transportasi dari Manila menuju Boracay. Pilihan pertama, adalah menggunakan ferry dari Manila menuju Caticlan. Berangkatnya dari Batangas Port dengan lama perjalanan 12 sampai 16 jam. Salah satu perusahaan yang mengoperasikan ferry menuju Caticlan adalah 2GO Travel dengan harga tiket dan jadwal keberangkatan dapat dicek disini. Pilihan kedua yang agak lebih cepat, adalah kombinasi ferry dan bis. Dari Batangas Port naik ferry ke Calapan (kurang lebih 2 jam), kemudian disambung naik bis ke Port of Roxas (3-4 jam). Dari Port of Roxas ini naik ferry lagi ke Caticlan (4-5 jam). Nah kalau pas dapat tiket promo mending pakai pilihan ketiga yaitu naik pesawat. Sebenarnya tidak ada penerbangan langsung menuju Boracay, semua penerbangan akan mendarat di Caticlan atau Kalibo. Beberapa maskapai penerbangan yang mendarat di Caticlan antara lain : Cebu Pacific, Seair, Airphil Express dan Zest Air sedangkan yang mendarat di Kalibo adalah Tiger Airways, Philippine Airlines, Air Asia dan Cebu Pacific.

a. Penerbangan Manila – Caticlan

Kebetulan 3 bulan setelah membeli tiket promo Jakarta – Manila pp, ada promo lagi dari Cebu Pacific dengan tujuan domestik. Setelah dicari tanggal yang cocok dapatlah tiket Manila – Caticlan seharga Rp. 166.600. Karena harga untuk pulangnya masih tergolong mahal maka kami mencari alternatif maskapai lain dengan mengalihkan tujuan kepulangan bukan dari Caticlan tetapi dari Kalibo yang jaraknya lebih jauh. Pilihan ini ada enaknya juga karena bisa merasakan pergi dari dua bandara sekaligus.

Peta Caticlan dan Kalibo (Photo By : Philja.com)

Peta Caticlan dan Kalibo (Photo By : Philja.com)

Dari Manila, Cebu Pacific tujuan Caticlan terbang dari Terminal 3 dengan lama penerbangan kurang lebih 1 jam. Jadi kalau terbang dari Jakarta menggunakan Cebu Pacific tidak perlu repot-repot pindah terminal. Caticlan Airport atau disebut juga Godofredo P. Ramos Airport dan sekarang malah lebih ngetop disebut Boracay Airport memiliki landasan pendek (kurang lebih 950 mt) sehingga hanya pesawat-pesawat berukuran kecil yang bisa mendarat disana. Apalagi setelah hari gelap semua penerbangan tidak dapat mendarat di Caticlan jadi kalau cuaca benar-benar tidak mendukung ada beberapa penerbangan yang terpaksa direroute ke Kalibo Airport. Selain itu, karena jenis pesawat yang dipakai adalah Propeler Plane (pesawat berbaling-baling) berkapasitas 72 orang, maka mereka benar-benar ketat soal bagasi. Batas maksimal berat bagasi adalah 15 kg, 10 kg dimasukkan bagasi dan 5 kg dibawa masuk ke kabin. Selain itu semua tas yang masuk kabin harus mendapat bag tag dari maskapai. Walaupun demikian Alhamdulillah backpack saya yang beratnya kurang lebih 7 kg diijinkan juga masuk ke kabin.

Propeler Plane Menuju Boracay

Propeler Plane Menuju Boracay

Pertama kali naik pesawat berbaling-baling itu rasanya ngeri-ngeri sedap. Ngeri karena badannya yang kecil bikin turbulence makin terasa. Apalagi pas mau sampai di Caticlan kena turbulence hebat sampai pesawatnya tergoncang-goncang. Bener-bener shock terapi buat saya yang fobia naik pesawat πŸ™‚ . Waktu itu hanya bisa pasrah sambil lemes, sampai baca 1 halaman artikel di inflight magazine saja nggak selesai-selesai. Diulang-ulang terus karena setiap ada guncangan sampai lupa udah baca dari paragraf mana πŸ™‚ . Jadi kalau punya bagasi banyak dan lebih suka naik pesawat gede yang anteng mending turun di Kalibo saja yang ukuran airportnya lebih besar. Untung saja ketika mendarat, rasa takutnya langsung hilang dan mulai semangat lagi untuk menjelajah kota yang baru.

Bagian Dalam Pesawatnya

Bagian Dalam Pesawatnya

Sebelum keluar dari airport ada satu hobi saya yang sebenarnya tidak baik untuk ditiru yaitu berfoto di Airport Apron atau biasa disebut Tarmac. Saya paling suka foto disini terutama bila Tarmacnya bertuliskan nama airport. Rasanya gimana gitu. Padahal dari beberapa artiket tentang penerbangan yang saya baca, sebenarnya berbahaya sekali foto disini. Kenapa? airport apron biasanya digunakan untuk bongkar muat barang, mengisi bahan bakar dan menaik turunkan penumpang. Terbayang nggak sih berapa banyak mobil yang lalu lalang untuk menunaikan tugas tersebut. Nah, biasanya kalau sudah narsis kita pasti tidak akan konsentrasi pada keadaan sekeliling takutnya saat sedang asyik-asyiknya gaya tanpa sengaja menabrak salah satu mobil yang lalu lalang tersebut. Alasan kedua, Airport Apron juga tempat berkumpulnya beberapa jenis pesawat baik yang besar maupun yang kecil. Kebayang lagi asyik-asyiknya motret sambil jalan mundur dan tanpa sadar mendekati pesawat jet atau propeler yang sedang menyalakan mesinnya. Apa nggak ngeri tuh badan kesedot mesin? πŸ™‚ . Kalau alasan ketiga sebenarnya didasarkan pada adanya aturan untuk tidak menyalakan handphone paling tidak 15 meter dari pesawat yang sedang diisi bahan bakar karena ada kemungkinan menimbulkan ledakan. Jadi yang mengambil foto pakai HP harus lebih hati-hati. Alasan keempat, beberapa airport memang melarang orang-orang yang tidak berkepentingan a.k.a para turis untuk mengambil foto bandara karena alasan keamanan negara.

Berfoto di Tarmac

Berfoto di Tarmac

Nah dengan beberapa alasan tersebut sudah saatnya saya menghentikan hobi berfoto di Tarmac, toh setelah keluar dari airport bisa juga kok foto-foto di lokasi lain yang ada nama airportnya seperti gambar dibawah ini πŸ™‚ .

Berfoto Di Gerbang Depan Airport

Berfoto Di Gerbang Depan Airport

b. Naik Tricycle ke Tabon Jetty Port

Sebenarnya ada dua pelabuhan yang biasanya digunakan untuk menyeberang ke Boracay. Penggunaan keduanya tergantung pada musim. Saat musim panas yang digunakan adalah Caticlan’s jetty port yang berjarak kurang lebih 5 menit sedangkan saat musim hujan (sekitar Juli-Oktober), mereka menggunakan Caticlan’s Tabon Port sekitar 10-15 menit naik tricycle. Karena kami datang saatΒ Habagat season dimana angin barat bertiup kencang, dari Tabon Port ferry menuju Boracay biasanya dialihkan ke Tambisaan Jetty Port.

Dua Pangkalan Ferry antara Caticlan - Boracay

Dua Pangkalan Ferry antara Caticlan – Boracay

Begitu turun dari pesawat dan masuk ke bangunan bandara (bandaranya kecil sekali), petugas langsung mengarahkan ke loket untuk mengisi semacam formulir kedatangan dan membeliΒ  tiket tricycle dan boat menuju Boracay. Isi formulirnya standar seperti nama, no paspor, tujuan ke Boracay dan menginap dimana. Setelah mengisi formulir, kami membayar 165 PHP perorang untuk satu paket transportasi ke Cagban Port atau Tambisaan Port (pelabuhan boat di Boracay) dengan rincian sebagai berikut:

  • Tiket Tricycle dari Caticlan Airport ke Tabon Jetty Port 80 PHP per 3 orang atau 40 PHP dibagi berdua.
  • Tiket Pump Boat dari Tabon Jetty Port ke Tambisaan Port Boracay 25 PHP
  • Enviromental Fee 75 PHP
  • Tabon Jetty Port Terminal Fee 25 PHP

Pengaturan semacam ini memang memudahkan pengunjung karena tidak perlu tawar menawar lagi dengan sopir tricyle. Apalagi harga-harganya tertera dengan jelas jadi kita tahu uang sebesar itu untuk transportasi apa saja. Selesai membayar dan mendapat tiket, kami diarahkan keluar dari bandara. Pas diseberang bandara sudah ada terminal tricyle yang akan mengantar kita ke Caticlan atau Tabon Jetty Port. Sepertinya satu tricycle berlaku satu rombongan (kecuali kalau rombongannya besar) karena kami berdua ditempatkan di satu tricycle tanpa dicampur dengan orang lain (padahal banyak juga yang masih antri).

Loket Transportasi di Bandara (atas) dan Terminal Tricycle di depan Bandara (Bawah)

Loket Transportasi di Bandara (atas) dan Terminal Tricycle di depan Bandara (Bawah)

Nah, sebelum melangkah lebih lanjut kenalan dulu yuk sama yang namanya TRICYCLE. Kalau bisa saya gambarkan tricycle ini bentuknya seperti becak yang sebelahnya ditempeli sepeda motor jadi hampir mirip-mirip bentor-lah. Sama-sama beroda tiga hanya saja sepeda motornya terletak disamping. Tricycle ini menjadi sarana transportasi yang penting di Filipina terutama di kota kecil dan daerah pinggiran. Buku-buku panduan semacam Lonely Planet sampai blog-blog perjalanan banyak menyarankan pakai transportasi ini terutama di daerah yang tidak memiliki angkutan umum seperti bis atau angkot. Bahkan di Boracay tricycle menjadi satu-satunya sarana transportasi yang tersedia. Jadi selama di Filipina saya seringkali naik tricycle sampai eneg rasanya πŸ™‚ .

Tricycle

Tricycle

Menariknya tricycle ini memiliki bentuk dan gaya yang berbeda-beda antara kota yang satu dengan yang lain. Tricyle di Boracay beda dengan tricycle yang ada di Palawan, keduanya juga berbeda dengan tricyle di Caticlan. Kalau di Boracay tricyclenya lebih kecil dengan tempat duduk menyamping berhadap-hadapan sedangkan di Palawan lebih besar dengan penumpang menghadap kedepan semua. Kalau soal harga, tricyle ini lebih murah daripada taxi tapi lebih mahal dari Jeepney. Harganya bervariasi antara 6 – 250 PHP tergantung jarak, tempat serta jumlah penumpang (mau dipakai sendiri atau berbagi dengan penumpang lain). Kalau mau mencharter, cari informasi harga dulu sebelum tawar menawar supaya jatuhnya tidak kemahalan. Yah, seperti naik becak kalau di Indonesia.

c. Naik Pump Boat ke Tambisaan Jetty Port

d. Naik Tricycle ke Hotel

Di Tambisaan Port ini kami langsung disambut dengan meriah oleh para calo dan sopir tricycle. Semuanya beramai-ramai menawarkan hotel sambil menunjukkan brosur berisi contoh-contoh kamar.Β  Karena sudah pesan hotel, kami berjalan melewati mereka menuju pangkalan tricycle. Kebetulan ada satu tricycle yang mangkal dan siap berangkat, kami menyebutkan nama hotel yang dituju dan pak sopir bertanya mau dicharter atau tidak, karena kami menjawab tidak jadilah sepanjang perjalanan dia juga mengangkuti para penumpang lain. Sayangnya, tricycle ini tidak dapat mengantar kita sampai kedepan hotel karena adanya larangan untuk mengendarai motor di area White Beach. Tricycle hanya menurunkan kita di jalan besar saja dan selanjutnya kita harus berjalan kaki menuju hotel.

Tricycle Boracay

Tricycle Boracay

Karena tidak mencharter kami dikenai biaya 20 PHP perorang. Pak sopirnya lumayan ngebut dan di beberapa tanjakan kami mulai kuatir tricyclenya tidak kuat naik karena kebanyakan penumpang. Tapi Alhamdulillah walaupun nyetirnya seperti dikejar setan akhirnya sampai juga dengan selamat. Kami diturunkan di mulut gang menuju station 3, sambil mengikuti arah peta yang sudah diprint dari Google Map mulailah kami jalan kaki menuju hotel.

Akomodasi di Boracay

Pada dasarnya area paling populer di Boracay adalah diseputaran White Beach, pantai berpasir putih yang terbentang sejauh 4 km di sebelah selatan pulau. Area ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu Boat Station 1, Boat Station 2 dan Boat Station 3. Dinamai Boat Station karena dulunya merupakan tempat pemberhentian perahu yang datang dari Caticlan sebelum dipindahkan ke Cagban Pier di ujung selatan pulau. Walaupun banyak orang yang menyayangkan pemindahan ini, hal tersebut ternyata menjadikan pantai White Beach lebih tenang, bersih dan nyaman.

White Beach

White Beach

Diantara ketiga area tersebut, boleh dibilang Station 2 merupakan area yang paling sibuk. Jadi tidaklah mengherankan bila hotel-hotel didaerah tersebut lebih mahal dibanding area yang lain karena memang lokasinya yang paling ‘happening’. Bila ingin ketenangan bisa memilih hotel di station 1 dan station 3. Hotel-hotel berkelas mewah lebih banyak berada di station 1, sedangkan yang tergolong murah terletak di station 3. Dengan pertimbangan harga dan lokasi akhirnya saya memilih guest house Roy’s Rendezvous Boracay yang dipesan lewat situs Booking.com. Profil lengkapnya bisa dilihat disini . Waktu itu kami memesan kamar Bungalow yang harganya 2725 peso (Rp. 776.625) untuk 2 malam sudah termasuk sarapan dan pajak pelayanan 12%. Jadi kalau dibagi berdua jatuhnya hanya Rp. 388.325 perorang per 2 malam. Tipe pemesanan free cancellation sampai 5 hari sebelum tanggal kedatangan dan dibayar keseluruhan saat kami tiba disana.

Roy's

Roy’s Rendezvous Boracay

Secara keseluruhan hotel ini memang nyaman, suasananya tenang dan cukup bersih. Sayangnya selimutnya aneh karena bahannya terbuat dari tirai yang biasanya dipasang untuk menutupi jendela. Akhirnya saya berselimutkan kain bali yang dibawa dari rumah πŸ™‚ . Satu hal yang paling menganggu dari guest house ini adalah letaknya di peta yang salah. Baik peta dari Google Map maupun Booking.com semuanya menunjukkan posisi yang salah. Jadi perlu perjuangan ekstra untuk menemukan tempat ini diantara puluhan hotel dan hostel yang terletak di Station 3.

Peta Yang Salah

Peta Yang Salah

Ada cerita yang menyentuh hati saat mencari guest house ini. Setelah turun dari tricycle diujung gang, hampir 1 jam kami berjalan mondar-mandir di seputaran White Beach mengikuti peta yang sudah diprint dari Google Map. Payahnya, tidak ada jawaban saat kami mencoba menelepon hotel untuk bertanya arah. Sudah bertanya ke beberapa orang, jawaban yang didapat malah lebih membingungkan lagi. Mau dibatalkan juga sayang, karena pembatalan yang mepet akan dikenakan biaya untuk 1 malam. Jadi mau nggak mau kami memang harus menemukan guest house ini. Untung saja saya memakai backpack, tidak terbayang kalau bawa koper pasti sudah hancur rodanya karena dipakai jalan-jalan di pinggir pantai yang tidak berpaving. Saat itu kami sudah hampir putus asa, sambil kipas-kipas kepanasan kami duduk-duduk di pinggir pantai. Tiba-tiba ada seorang lelaki mendekati kami. Tampangnya seperti preman dengan kulit hitam, rambut diwarna dengan tato disekujur tubuh. Dia bertanya, “kalian ini sebenarnya mau kemana? dari tadi saya perhatikan kok mondar-mandir “. Mungkin dia juga pusing dari tadi liat kita mondar mandir kayak orang bego. Dengan tampang curiga dan waspada saya menjawab, “Saya mencari guest house Roy’s Rendezvous”. Tanpa ba bi bu, dia langsung berkata, “Ayo ikuti saya”. Sambil tetap curiga saya mengikuti dibelakangnya dan sepanjang perjalanan ngrasani si mas pakai bahasa Jawa. “jangan-jangan dia nanti minta uang atau membawa kita ke hostel lain”. Pokoknya ngrasaninya penuh dengan suudzon πŸ™‚ . Setelah jalan berbelok-belok menyusuri gang-gang sempit di bagian belakang hotel-hotel lain sampailah kami di sebuah gerbang. “Ini hotelnya”. katanya dengan enteng. Sambil bersalaman dia bilang. “Nama saya Max, mungkin nanti kita akan sering bertemu di pantai karena saya sering beredar disitu”. Kemudian dia berlalu. Saya yang sedari tadi sibuk curiga jadi merasa bersalah karena ketika kami menengok ke dalam ternyata memang benar itu guest house yang selama ini kami cari-cari. Satu pelajaran lagi bagi saya untuk tidak menilai orang hanya dari tampang atau penampilannya.Β  Penampilan boleh preman tapi hatinya ternyata baik sekali.

Penampilannya seperti ini cuma tatoonya kurang banyak. Kalau yang ini mas preman yang jadi instruktur Dive Helmet saya di Boracay

Penampilannya seperti ini cuma tatoonya kurang banyak. Kalau yang ini mas preman yang jadi instruktur Dive Helmet saya di Boracay

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore ketika kami masuk untuk check inn. Saya langsung protes kenapa hotel ini susah dicari dan pengelolanya menjelaskan bahwa papan penunjuk jalan terhempas oleh badai yang baru melanda Boracay dan dia tidak sempat membuat papan nama yang baru. Kalau lihat penampilannya, hotel ini memang dimiliki dan dikelola oleh keluarga. Jadi suasananya tidak resmi dan lebih kekeluargaan. Tidak ada meja resepsionis disitu dan saya juga tidak melihat ada telepon atau komputer di meja penerima tamu seperti layaknya hotel-hotel lain. Pantes aja telepon nggak diangkat-diangkat lah wong telponnya aja nggak ada πŸ™‚ .Bila ingin tetap menginap di hotel ini, berikut saya berikan petunjuk arah yang semoga lebih jelas :

Picture 245-horz-vert

Tempat-Tempat Menarik Di White Beach

Setelah sholat dan istirahat sejenak di hotel, jam 16.30 kami pun siap menjelajah pantai White Beach. Percaya atau tidak sebenarnya banyak sekali pantai indah di Boracay selain pantai ini. Sejajar dengan White Beach terdapat Diniwid Beach yang lebih sepi, disebelah utara pulau terdapat Puka Beach dan disebelah barat terdapat Ilig-iligan Beach yang memiliki pemandangan lebih indah daripada White Beach. Tapi dari kesemua pantai itu, White Beachlah yang paling ramai dan paling banyak dikembangkan sehingga mencapai batas maksimal. Pantai ini memang istimewa dengan pasir putih berbentuk serbuk halus sehingga sepanjang garis pantainya hanya warna putih yang terlihat.

Peta Walking Tour White Beach

Peta Walking Tour White Beach

Rute walking tour kami di White Beach cukup sederhana. Kami hanya berjalan lurus mengikuti garis pantai dari station 3 ke station 1 dengan sesekali mampir ke tempat-tempat yang menurut kami menarik. Perjalanan sepanjang 6 km pulang balik itu kami tempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 4 jam dengan rute sebagai berikut :

a. Pasar D’Talipapa

Hal pertama yang kami lakukan adalah mengisi perut. Hasil informasi di internet, salah satu tempat makan halal di Boracay adalah Khalil Muslim Food Stall yang terletak di bagian belakang toko souvenir Kim Nor di pasar D’Talipapa station 2. Menemukan tempat ini ternyata mudah saja. Dari hotel berjalanlah lurus ke arah station 2 sampai menemukan penunjuk yang bertuliskan D’Talipapa. Sesampai di pasar ini cari jajaran toko souvenir. Kim Nor adalah kios souvenir no. 74 merangkap restoran. Bila ingin makan tanya saja sama penjaga kiosnya apakah restorannya buka, kalau buka kita akan dipersilahkan masuk ke dalam.

Bagian depan Kim Noor Souvenir Shop

Bagian depan Kim Noor Souvenir Shop

Saat kami tiba disana, jam makan siang sudah berakhir jadi mereka hanya menunjukkan menu yang tersisa di etalase. Pilihan yang tersisa adalah ikan dan ayam yang kami beli dua-duanya. Makanannya cukup enak dan harganya sangat murah dibandingkan restoran lain di Boracay. Harga satu set makanan lengkap yang terdiri dari 3 nasi, 1 porsi ayam dan ikan adalah 105 PHP atau sekitar Rp. 29.925. Air putih tersedia gratis.

Bagian Dalam Khalil Muslim Restorant

Bagian Dalam Khalil Muslim Restorant

Setelah kenyang, kami siap mengeksplore pasar ini. Selain berjualan souvenir pasar ini juga terkenal dengan pasar basah (wet market) yang menjual berbagai hasil laut untuk dimasak di restoran sekitarnya atau yang disebut Paluto. Karena sudah makan kami memutuskan untuk mencoba paluto besok malam. Di wet market ini selain hasil laut juga tersedia sayuran, buah-buahan segar dan bahan pangan lainnya. Bila Paluto dirasa terlalu mahal di pasar ini juga tersedia Filipino fast food restaurants seperti Mang Inasal dan Andok’s dengan harga berkisar Php 60 per sekali makan. Sayangnya selama di Filipina kami belum pernah mencoba makan di fast food restorant lokal seperti Jolly Bee atau Mang Inasal karena terus terang kami meragukan kehalalannya.

b. D’Mall

Tersambung dengan D’ Talipapa adalah D’ Mall yang merupakan mall dengan bentuk terbuka atau outdoor. Terletak diantara Station 1 dan 2 kualitas dan harga barang-barangnya diatas D’ Talipapa. Kebanyakan yang dijual adalah baju-baju kasual, baju-baju pantai dan beberapa souvenir. Bila mencari barang bermerk di Boracay disinilah tempatnya karena beberapa merk terkenal seperti Toms, Havaianas, Fit Flops membuka butik tersendiri disini. Di dalam mall ini juga terdapat mini park dengan komidi putar berbentuk balon yang disebut Ballon Wheel. Disediakan juga fasilitas Wall Climbing bagi yang suka panjat memanjat.

D'Mall

D’Mall

c. Willy’s Rock

Batu ini merupakan ikon dari White Beach Boracay. Hampir semua foto-foto tentang Boracay pasti mengacu pada batu ini. Batu yang cukup terkenal ini sebenarnya merupakan pulau karang kecil yang terletak kurang kurang lebih 100 meter dari pantai yang berlokasi persis di depan Willy Beach Hotel yang terletak di Station 1. Diatas pulau tersebut terdapat sebuah kapel kecil dengan patung Bunda Maria didalamnya. Sayangnya saat kami kesana hari sudah malam jadi pulaunya hanya terlihat samar-samar. Paling bagus kalau kesininya pagi atau siang sehingga kita bisa berjalan menyeberangi laut dan naik tangga menuju kapelnya.

Willy's Rock di siang hari (Photo By : Rick St.John)

Willy’s Rock di siang hari (Photo By : Rick St.John)

d. Jonah’s Fruit Shakes

Berjalan terus melewati Willy’s Rock dan sebuah Grill Bar bernama Guilly’s Island sampailah kami ke ujung perjalanan yaitu sebuah warung juice yang sangat terkenal di Boracay yaitu Jonah Milk Shake. Banyak traveler lain yang menyarankan untuk mampir ke tempat ini bila ke Boracay untuk merasakan kenikmatan jus buahnya. Saking penasarannya, saya sampai bela-belain jalan sejauh 3 km untuk mencari tempat ini.

Jonah's Fruits Shakes

Jonah’s Fruits Shakes

Sampai disini kami memesan 2 jus rasa Mango Milk dan Mango Lemon yang harganya masing-masing 95 PHP atau sekitar Rp. 27.075 (cukup mahal untuk ukuran jus) dan satu sandwhich tuna seharga 120 PHP. Jusnya ditaruh di dalam botol plastik dengan bagian tutupnya dilubangi untuk sedotan. Jadi sewaktu-waktu harus cabut tidak bingung untuk membawanya kemana-mana. Jusnya cukup enak dengan rasa buah yang kental walaupun menurut saya tidak ada yang sangat istimewa dengan rasanya. Sandwhich tunanya juga cukup lumayan. Yang jelas makan disini jauh lebih mahal daripada makan malam kami di Khalil Muslim Restorant πŸ™‚ .

e. Istana Pasir di White Beach

Karena hari sudah cukup larut akhirnya kami memutuskan untuk mulai berjalan pulang sambil menenteng jus yang belum selesai diminum. Di sepanjang perjalanan kami banyak melihat bangunan istana pasir yang indah bertuliskan Boracay dengan lilin-lilin didalamnya. Sepanjang pengetahuan saya pembangunan istana pasir ini sudah dilarang di Boracay. Sejak tahun 2008, Pemerintah sudah memberlakukan biaya ijin (Permit Fee) sebesar 100-600 PHP perhari untuk per square meter tempat yang digunakan untuk membangun istana pasir. Itupun hanya berlaku maksimal selama 5 hari. Alasan utamanya untuk menjaga kualitas pasir Boracay yang memang istimewa itu. Mereka memandang pembangunan istana pasir menjadi salah satu penyebab erosi pantai dan berkurangnya kualitas pasir baik warna maupun bentuknya. Peraturan ini memang masih bersifat pro dan kontra karena beberapa pihak menuding bahwa hal tersebut hanyalah salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dari pembangunan istana pasir yang menjadi salah satu trade mark Boracay.

Istana Pasir Boracay (Photo By : Blake John)

Istana Pasir Boracay (Photo By : Blake John)

Karena tetarik dengan bentuk istananya saya mulai mengeluarkan kamera untuk memotret istana pasir yang tampak terpencil dan ditinggalkan oleh pemiliknya. Sebenarnya saya sudah curiga dengan istana ini karena biasanya pembuat istana pasir akan berada disekitar tempat itu dan meminta uang bagi siapa saja yang ingin memotret atau berpose dengan istana buatannya. Tapi yang ini kok ditinggalkan sendiri. Benar saja, baru mengeluarkan kamera dari ujung mata sudah kelihatan ada orang berlari mendekat. Jadi sebelum terlanjur memotret saya sudah langsung tanya, “How Much?”. “5 peso at least and 20 if you want to pose with that”, katanya. Jadi saya urung mengambil foto bukan karena pelit tapi karena hari sudah sangat gelap sehingga kamera saya tidak cukup bagus untuk mengambil fotonya.

Istana Pasir di waktu malam (Photo By  Tuderna)

Istana Pasir di waktu malam (Photo By Tuderna)

Sesampai di hotel jam sudah menunjukkan pukul 20.30, untung saja jalanan masih ramai dan masih ada warung yang buka untuk membeli persediaan air putih. Setengah hari yang cukup menyenangkan di White Beach, menikmati sunset, makan seafood, minum jus dan menikmati keindahan sand castles di sepanjang pantainya. What A day…..

Biaya Hari Ke 2

untitled5

 
24 Comments

Posted by on August 12, 2014 in Boracay, Filipina

 

Tags: , , , , , , , , ,

24 responses to “Hari Ke 2 : Jakarta – Manila – Boracay (White Beach)

  1. Afriani

    August 14, 2014 at 10:31 am

    Mantapp. seru banget. menunggu cerita hari ke 3.
    hehehe…

     
    • aremaronny

      August 14, 2014 at 1:00 pm

      Terima kasih mbak Afriani…

       
  2. Andy Herman

    August 14, 2014 at 12:35 pm

    Ditunggu sambunggannya ya mbak,,,

     
    • aremaronny

      August 14, 2014 at 1:00 pm

      Iya mas Andy…terima kasih sudah mampir kesini ya…

       
  3. Indra Prasetya Nugraha

    August 15, 2014 at 1:33 pm

    Serem banget itu Mbak kalo naik tricycle duduk di belakang. Nggak ada sandaran dan pegangannya juga terbatas ya Mbak?

     
    • aremaronny

      August 18, 2014 at 8:26 am

      Sandarannya cuman sebatas pinggang terus pegangan sama teman sebelahnya πŸ™‚ he he

       
  4. ceritariyanti

    August 21, 2014 at 8:28 am

    Keren niiii… belum kesampaian ke boracay

     
    • aremaronny

      August 22, 2014 at 7:13 am

      Ayo mbak datang kesana..

       
  5. @ahook_

    September 2, 2014 at 9:28 pm

    salam kenal mbak…

    Saya @ahook_

    rencana bulan Maret 2015 saya ke Filipina nih mbak… tepatnya 12- 16 Maret.
    Saya baca dari mbak, dapat tiket pp cuma 500 -an, sama seperti teman saya sebelumnya pergi juga dengan harga segitu. Herannya, walaupun 1 us tiket promo cebu, total bayar saya pp sampai 1,6 juta rp. Haizz… gak tau gimana caranya.. taxnya yang luar biasa mahal kalau saya cek detail.

    Nah, untuk tiket ke Boracay sih saya belum beli, soalnya punya 5 hari doaank. ga tau 5 hari itu di boracay terus , atau harus pindah, pengennya ke Manila jalan sehari, pas hari terakhir, sambilan langsung pulang, lagian juga naik pesawat manila-jkt pakai pesawat cebu malam hari.

    Setelah dari Boracay nih, ntah mau kemana , yang dekat ke Manila aja gitu, yang mungkin pakai bus berapa jam doank ke Manila, Mbak ada suggest gak ya? Ngerepotin bangets ya..

    Hehee.. btw , emak-emak blogger ya.. salam deh. Saya pernah ikutan acara emak-emak blogger. Atau jangan- jangan, kita pernah saling ketemu. hehehe..

    Panjang juga nih, uda bisa blog tersendiri..wakakaka..

    Mohon petunjukknya ya Mbak.. ehh ..Emak aja deh…

    Terima kasih

    husinpeng.blogspot.com

     
    • aremaronny

      September 3, 2014 at 8:42 am

      He he senang banget mas Husin bisa mampir kesini. Kalau baca tulisannya di blog Mata Hati udah kebayang kalau orangnya pasti rame banget he he. Ke Boracay 5 hari? wow pasti asyik itu. Kalau bisa di Manila jangan lama-lama karena menurut saya tidak begitu menarik. Waktu itu dari Boracay saya langsung ke Puerto Princessa untuk melihat Underground River. Destinasi yang dekat-dekat dengan Manila dapat dilihat disini http://www.wayph.net/2014/03/19-destinations-near-manila.html

       
      • ahook_

        September 3, 2014 at 1:39 pm

        hehe.. makasih buanyak mbak sudah respon… oh jadi dari boracay naik pesawat ke puerto princess lagi ya? butuh berapa hari ya di Puerto Princess? terus dari puerto ke manila naik pesawat atau bus ya? hehe… sorry yaa.. ngeribetin…

         
      • aremaronny

        September 4, 2014 at 12:20 pm

        Waktu itu dari Boracay saya terbang kembali ke Manila, baru dari Manila terbang lagi ke Puerto Princessa. Jadi waktu habis di bandara πŸ™‚

         
  6. lily

    September 23, 2014 at 10:49 am

    klo di boracay biar puas brp hr y mbak ??

     
    • aremaronny

      September 23, 2014 at 3:41 pm

      3 hari sepertinya cukup mbak..

       
  7. sofyan saleh

    October 2, 2014 at 7:24 am

    saya luarbiasa senengnya baca diatas yg detail, kebetulan..bener2 kebetulan sy akan ke Borocay tgl 2 Feb 2015. sebelum mendapat tiket ke Borocay saya bahkan tak pernah dengar Borocay! kuper banget ya. Ini gara2 mendadak liat promo cebu 1 php. tulisan diatas sangat membantu saya. sekarang sy sedang mencari guesthouse, referensi mbak diatas jadi pilihan utama kecuali ada yg lebih murahhh hahahahah..balik ke Manila via Kalibo tgl 5 feb pagi2 lalu malamnya terbang ke Dammam saudi Arabia. Oya Mbak ada catatan ke Dammam?
    dari Dammam ke Medina (darat) lanjut ke Mekkah (darat) 5 hari di Mekkah ke Riyadh (darat) lalu terbang ke Manila trus ke Jkt. Saya sendirian.Gak bisa bhs arab, bhs inggris bisa sedikiiiiiiiit sekali. Tulisa Mbak sangat membantu, semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan barokah pahala berlipat-lipat atas manfaat tulisannya. terimakasih. Wassalam

     
    • aremaronny

      October 2, 2014 at 7:39 am

      Amin…waduh doa mas Soyfan mantap banget dah…terima kasih sudah mau mampir kesini ya mas. Nanti gantian saya yang minta cerita kalau mas sudah pulang dari Dammam karena terus terang saya belum pernah sekalipun ke Timur Tengah.

       
  8. lilik

    November 12, 2014 at 7:41 am

    pagi mbak…seneng baca blog mbak yg kbtlan mmg sy cari. rcna sy suami n anak2 mo ke maila ntar 4 sd 11 agts 2015. woilahhh msh lama ya…
    tp sy kumpulin info dr sekarang.
    mo tanya dong mbak…klo ke boracay mending pergi olangan ato pake tour travel disana.
    jgn kapok klo ada yg ntar ditanyain lg ya mbak. tks…salam aremania

     
    • aremaronny

      November 12, 2014 at 3:34 pm

      Pergi ke Boracaynya sendiri aja mbak, nanti disananya baru ikutan tour lokal kalau mau island hopping atau helmet waking.

       
  9. Muhammad Ari Suteja

    November 12, 2014 at 12:33 pm

    di tunggu sambungan cerita nya ya gan….

     
    • aremaronny

      November 12, 2014 at 3:35 pm

      He he iya mas..terima kasih sudah mampir dan terima kasih juga atas dorongan semangatnya yah…

       
  10. Nisha_target @gmail.com

    February 27, 2015 at 3:28 pm

    Mba vicky… bisa email ke nishatarget99@gmail.com
    Nisha mengundang mba vicky buat jalan2 ke pontianak… kapan mba vicky ada waktu utk berkunjung ke kota kami (bumi khatulistiwa). Dan bisa memperkenalkan kota pontianak melalui tulisan mba vicky.

     
    • Vicky Kurniawan

      February 27, 2015 at 6:40 pm

      Wah seneng banget nanti kalau saya ke Pontianak bisa ketemu sama mbak Nisa. Doakan ada promo tiket murah ke sana yah πŸ™‚

       
  11. ariana

    March 5, 2016 at 5:51 pm

    mba mau nanya kalo dari jkt ke kalibo-boracay itu apa dikalibo transit sbntr trs lanjut lagi atau gmn ya mba?

     
    • Vicky Kurniawan

      March 5, 2016 at 7:08 pm

      Itu berarti mendarat di Kalibo mbak Ariana, kemudian dari Kalibo dilanjutkan naik van kurang lebih 2 jam menuju Boracay

       

Leave a comment