RSS

Hari Ke 4 : Boracay-Kalibo-Manila (Bakhawan Mangrove Park & SM Mall of Asia)

13 Nov

Oleh : Vicky Kurniawan

 Hari terakhir di Boracay. Penerbangan kami menuju Manila dijadwalkan berangkat jam 16.10 dengan pesawat Tiger Airways. Berbeda dengan Cebu Pasific yang lepas landas dari Caticlan, Tiger Airways akan berangkat lewat Kalibo yang berjarak 72 km dari Boracay. Menurut teori, perjalanan Boracay – Kalibo akan memakan waktu 1.5 jam. Kalau mau sebenarnya kami masih bisa berangkat siang-siang dan main-main sebentar di White Beach. Tapi tidak mau ambil resiko saya memilih berangkat pagi-pagi dari Boracay dan sisa waktu yang ada rencananya akan saya gunakan menjelajah kota Kalibo saja. Jadi sekali lagi saya pesan ke ibu Guest House agar sarapan kami disiapkan pagi-pagi dan berdoa dalam hati semoga kali ini tidak dapat nanas lagi 🙂   Setelah sarapannya datang ternyata doa saya terkabul juga karena nanasnya diganti dengan pisang 🙂 .

Peta Boracay - Caticlan - Kalibo

Peta Boracay – Caticlan – Kalibo

Selesai sarapan dan check out, akhirnya jam 07.00 tepat mulailah perjalanan kami menuju Kalibo. Memang enak rasanya keluar hotel pagi-pagi, hawa yang sejuk dan pemandangan White Beach di pagi hari membuat saya ogah pergi. Dari hotel kami berjalan kaki menyusuri pantai menuju jalan besar di Station 3 dan dari situ kami mencegat tricyle yang lewat untuk mengantar kami ke Tambisaan Port (kalau bukan musim Monsoon yang buka adalah Cagban Port). Karena tidak mencharter, kami hanya membayar 20 PHP perorang dengan lama perjalanan sekitar 30 menit termasuk waktu tunggu.

Perjalanan Boracay – Kalibo

Setibanya di Tambisaan Port, kami langsung diarahkan petugas pelabuhan ke loket untuk membayar terminal fee 20 PHP dan biaya boat sekaligus minivan ke Kalibo sebesar 200 PHP perorang. Pengaturannya enak juga karena kami tidak perlu lagi mencari-cari transportasi menuju Kalibo. Setelah perahunya datang, kami langsung berangkat menuju Tabon Port (kalau bukan musim Monsoon perahunya akan menuju Caticlan Jetty Port).

Minivan menuju Kalibo Airport (Photo by : Ouele, Kaskuser)

Minivan menuju Kalibo Airport (Photo by : Ouele, Kaskuser)

Turun dari kapal, kami langsung diarahkan ke minivan menuju Kalibo. Minivan yang penuh langsung bisa berangkat tapi yang tidak penuh akan menunggu perahu berikutnya dari Tambisaan. Kami yang apes karena kebagian minivan yang tidak penuh harus menunggu kurang lebih 1 jam di Tabon Port. Untung saja kami dapat penerbangan sore, kalau penerbangannya mepet pasti stress menunggu disitu. Akhirnya jam 08.30 tepat berangkatlah kami menuju Kalibo. Perjalanan dari Tambisaan Port menuju Kalibo Airport memakan waktu kurang lebih 2.5 jam termasuk waktu tunggu.

Bakhawan Eco-Tourism Centre & Mangrove Park

Tepat jam 10.00 kami sampai di Kalibo Airport. Untuk mengisi waktu, kami memutuskan untuk pergi ke hutan Mangrove Bakhawan yang letaknya kurang lebih 5,2 km dari Airport. Karena tidak ada transportasi umum menuju Bakhawan, kami menyewa tricyle yang mangkal di Airport. Menurut beberapa sumber di internet, biaya sewa tricyle dari airport – Bakhawan pulang pergi tidak akan lebih dari 150 PHP sudah termasuk waktu tunggu di hutan mangrovenya. Maksudnya setelah mengantar ke Bakhawan pak sopir akan menunggu disana dan setelahnya akan mengantar kami kembali ke airport. Kenapa harus menunggu ? kabarnya saking terpencilnya hutan itu, tidak ada tricyle yang lalu lalang di depannya jadi agak susah kalau tidak bawa tricycle sendiri dari kota. Akhirnya setelah menawar sana sini dapatlah kami satu tricyle yang mau pulang pergi mengantar kami sampai Bakhawan dengan harga 150 PHP.

Peta Rute Mengemudi Dari Kalibo Airport ke Bakhawan Eco Park

Peta Rute Mengemudi Dari Kalibo Airport (A) ke Bakhawan Eco Park (B)

Setelah 15 menit perjalanan melewati kampung-kampung dan hutan, eh pak sopirnya berubah pikiran dan mengatakan kalau 150 PHP hanya untuk mengantar saja, kalau mau menunggu dan mengantar kembali ke airport harus bayar lagi 150 PHP. Pinter banget nih sopir bilang hal-hal begitu di tengah hutan. Mau protes dan turun sudah terlalu jauh, tapi kalau mau diteruskan ihhhh rasanya pingin mencekik aja tuh lehernya. Akhirnya setelah perdebatan panjang saya menuruti permintaannya untuk membayar 150 PHP dan mengantar saja. Setelahnya saya minta ditinggalkan, tidak usah ditunggu dan tidak usah mengantar kami kembali ke airport. Ogah banget berurusan sama orang yang curang. Urusan belakangan nanti kami dapat tricyle lagi atau nggak.

Kalibo Tricycle

Kalibo Tricycle

Setelah membayar tiket masuk seharga 20 PHP perorang dan menitipkan backpack, saya bertanya kepada petugasnya bagaimana cara kembali ke airport karena kami sudah mem-PHK tricyle yang kami bawa dari sana. Untungnya dengan ramah dia menawarkan untuk menelponkan tricyle langganannya untuk mengantar kembali ke airport setelah kunjungan kami selesai dengan tarif 100 PHP. Saya setuju mengingat jaraknya yang jauh dari airport (kurang lebih 30 menit) dan jauh dari jalan besar. Akhirnya setelah soal tricyle terpecahkan, kami dapat menikmati keindahan hutan mangrove Bakhawan dengan tenang.

Pintu Gerbang Bakhawan Eco Park

Pintu Gerbang Bakhawan Eco Park

Bakhawan Eco Park merupakan kumpulan hutan mangrove seluas 220 hektar yang sengaja dibuat dengan tujuan utama untuk mencegah banjir dan meminimalisir dampak badai yang sering melanda kawasan tersebut. Proyek ini merupakan salah satu contoh hasil kerjasama yang baik antara penduduk lokal dengan pemerintah karena pemerintah hanya menyediakan bibit sedangkan yang menanam adalah penduduk di seputar kawasan tersebut. Saat pertama kali melakukan proyek penanaman hanya 15 orang penduduk yang mau terlibat. Dengan area penanaman awal sekitar 30 hektar, mau tidak mau setiap orang bertanggungjawab menanami dan merawat 2 hektar area mangrove. Akhirnya setelah melihat hasilnya, makin banyak warga yang mau terlibat sehingga areanya semakin meluas seperti sekarang ini. Tercatat ada 3 desa yang masuk dalam lingkup Eco Park tersebut. Tidak heran bila warga sekitar ikut bangga dengan proyek ini ketika Bakhawan Eco Park berhasil dinobatkan sebagai contoh manajemen penghutanan terbaik se Asia Pasifik oleh FAO. Masyarakat sekitar terutama yang tergabung dalam Kalibo Save The Mangroves Association (KASAMA) diberi hak untuk mengelola Eco Park termasuk menerima pendapatan dari tiket masuk, pendapatan dari penjualan bibit mangrove, pendapatan dari kantin dan gift shop serta pendapatan dari aktivitas-aktivitas lain seperti demo tamilok dan lain sebagainya. Mereka juga berhak memanen tiram, kepiting dan kerang yang banyak terdapat di kawasan tersebut.

Aklan River

Aklan River di Bakhawan Eco Park

Untuk menyusuri hutan ini, kita tidak perlu naik perahu karena terdapat jalur kayu (boardwalk) sejauh 1.3 km menyusuri hutan dan tembus sampai ke Aklan River. Jangan kuatir kecapekan karena di beberapa tempat telah dibangun tempat pemberhentian singkat. Sebelum masuk beli saja makanan kecil dan minuman karena di dalam tidak ada penjual makanan (emang di Indonesia 🙂 ) .Makanan kecil dapat dibeli di kantin sekaligus tempat informasi yang berada tepat di jalan masuk menuju hutan.

Boardwalk (Kiri), Kantin (Kanan Atas), Gubuk Istirahat (Kanan Bawah)

Boardwalk (Kiri), Kantin (Kanan Atas), Gubuk Istirahat (Kanan Bawah)

Menyusuri hutan, kita seolah diajak berkunjung ke museum alam karena di beberapa tempat terdapat papan informasi tentang mangrove, flora dan fauna di dalamnya serta sejarah dari hutan ini. Kita bisa melihat dan membayangkan kerja keras para penduduk menanami dan merawat Mangrove. Saat paling menyenangkan ketika mendengar burung-burung berkicau di hutan yang tenang apalagi saat itu tidak musim turis sehingga hanya kita berdua yang berada disini. Bagi penggemar wisata alam khususnya hutan, tempat ini cocok untuk dikunjungi. Tapi bagi penggemar belanja dan penggemar kegiatan yang menantang lebih baik kunjungan kesini dihilangkan saja karena kegiatannya hanya jalan-jalan dan mengamati tumbuhan saja.

Bagian Dalam Bakhawan Eco Park

Bagian Dalam Bakhawan Eco Park

Selain jalan-jalan menyusuri hutan, penggemar makanan aneh juga bisa mencoba Tamilok, sejenis cacing kayu yang hidup di pohon Mangrove yang telah mati. Karena cara perolehannya yang sulit, mereka menjual Tamilok dengan harga 200 PHP per piring kecil. Bagi yang tidak suka makanan aneh, melihat Tamilok saja sudah sangat menjijikkan karena bentuknya panjang, gendut dan berlendir. Membayangkan benda sepanjang itu masuk tenggorokan saja rasanya sudah huekkkk 🙂 .  Kebetulan saat itu ada pengunjung yang beli jadi kita ikut-ikutan menonton saat dia memakannya. Waktu ditanya gimana rasanya, dia bilang rasanya enak seperti tiram. Tantangan terbesar adalah saat dia memasukkan Tamilok ke tenggorokan karena rasanya lengket, berlendir dan berbulu. Makanya Tamilok dikenal sebagai Pulutan (makanan pendamping minuman keras seperti bir atau vodka) karena diperlukan banyak minuman untuk mendorong tamilok masuk ke dalam tengorokan hiiiii. Bila ingin mencoba rasanya tapi jijik melihat bentuknya bisa juga memesan Tamilok yang sudah diolah karena beberapa restoran besar di Filipina sudah menyediakan menu ini sebagai salah satu daya tariknya.

Tamilok

Tamilok

Tanpa terasa kami menghabiskan waktu 2 jam di tempat ini. Selesai menumpang sholat dan makan siang di kantin, kami naik tricyle kembali ke Kalibo Airport.

Perjalanan Kalibo – Manila

Sesampai di Kalibo Airport masih ada waktu 3.5 jam sebelum pesawat kami berangkat. Tidak ada yang saya lakukan selain jalan-jalan seputaran airport Kalibo yang kecil mungil itu. Selain melayani penerbangan ke Boracay, Kalibo airport ini juga berfungsi melayani daerah Kalibo dan sekitarnya. Kalibo sendiri merupakan ibukota provinsi Aklan. Walaupun tingkat penerbangannya tumbuh cukup cepat sekitar 50-100% pertahun, bangunan airportnya kecil dan tidak banyak fasilitas didalamnya. Bahkan tempat duduk di ruang tunggu luar saja sangat minim sehingga banyak orang glesotan di lantai menunggu loket penerbangan buka untuk boarding. Dalam penerbangan ini harga airport tax tidak termasuk dalam tiket, jadi kita masih harus membayar lagi 100 PHP untuk airport tax (Terminal Fee).

Kalibo-International-Airport

Sisi positif dari airport ini adalah harga tiket penerbangan ke Boracaynya lebih murah daripada Caticlan Airport. Selain itu, pesawat yang lebih besar dengan kapasitas 150 penumpang bisa mendarat di tempat ini karena landasannya lebih panjang dari Caticlan. Pilihan jamnya juga banyak karena mereka sudah mulai mengijinkan penerbangan malam mendarat disini. Sisi negatifnya adalah jarak Kalibo yang cukup jauh dari Boracay. Bila terbang dari sini paling tidak, kita harus menyediakan waktu 5 jam sebelum pesawat berangkat sedangkan dari Caticlan cukup 2 jam saja. Yah, sesuailah dengan tiket pesawatnya yang murah. Untuk makanan, perlu diketahui saat saya berkunjung kesana, tidak ada restoran dalam airport. Restoran banyak dijumpai di area seputaran airport. Baru ketika masuk ke dalam gate, mulai tampak beberapa kios penjual makanan dan souvenir.

Bagian Dalam Gate Kalibo Airport

Bagian Dalam Gate Kalibo Airport

Penerbangan ke Manila memakan waktu 1 jam 15 menit dengan menggunakan pesawat Tiger Airways. Untunglah kami terbang dalam kondisi cuaca yang baik, apalagi dengan bodi pesawat yang lebih besar guncangan saat turbulence jadi tidak begitu terasa. Kalau dihitung-hitung sudah 4 kali saya terbang dalam trip ini, lumayanlah sudah separuh jalan. Semoga bolak balik naik pesawat saat trip ini, bisa menyembuhkan penyakit fobia pesawat yang saya derita 🙂 .

Akomodasi di Manila

Pesawat Tiger Airways yang kami tumpangi mendarat di NAIA terminal 4. Kebetulan sekali karena penerbangan kami hari berikutnya juga menggunakan Tiger, sehingga mau tidak mau saya harus mencari penginapan di seputaran terminal 4. Terus terang karena hanya dipakai kurang lebih 11 jam, saya mencari penginapan termurah dan terdekat tanpa melihat ratingnya. Akhirnya setelah google sana-sini saya memutuskan untuk mencoba peruntungan saya di Manila International Youth Hostel yang berjarak kurang lebih 1.2 km dari NAIA terminal 4. Website resminya ada disini sedangkan saya memesan melalui booking.com yang dapat diakses disini. Peta jalan kaki menuju hostel dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Rute Jalan Kaki dari NAIA Terminal 4 (A) ke Manila International Youth Hostel (B)

Rute Jalan Kaki dari NAIA Terminal 4 (A) ke Manila International Youth Hostel (B)

Kelebihan hostel ini yang pertama adalah murah, tarif satu orang permalam di kamar dormitory 350 PHP atau sekitar Rp. 99.750. Sayangnya di website booking.com tidak disebutkan berapa isi dormitorynya jadi betapa terkejutnya suami saya ketika tahu bahwa dia ditempatkan di dormitory berkapasitas 30 orang. Kalau saya masih enak karena dimasukkan dalam dormitory berkapasitas 8 orang. Suami saya sampai mengeluh betapa teganya saya menginapkannya di tempat ini 🙂 . Kelebihan Kedua, lokasinya strategis dan mudah dicari. Dekat dengan NAIA terminal 4, cukup jalan kaki dan hanya perlu satu angkutan saja untuk sampai Mall of Asia. Hostel ini juga mudah dicari karena tanpa menggunakan peta online pun saya bisa menemukannya tanpa kesasar 🙂 .

Bagian Depan Hostel (Atas) dan Resepsionisnya (Bawah)

Bagian Depan Hostel (Atas) dan Resepsionisnya (Bawah)

Kelemahannya, pertama, hostel ini kurang bersih dan nyaman. Pintu kamar mandinya hanya berupa tirai plastik jadi was-was juga kalau tengah mandi tiba-tiba ada orang iseng liat ke dalam. Untung saja pintu toilet untuk BAB dan BAK nya terbuat dari kayu dan bisa dikunci dari dalam. Kelemahan kedua adalah kurangnya fasilitas dan kondisi hostel yang tua dan perlu perbaikan. Hanya ada satu komputer bersama yang dapat digunakan untuk internet. Locker untuk tempat backpack didalam kamar sangat kotor dan berbau. Akhirnya backpack saya taruh dekat dengan tempat tidur dan untuk mengamankan barang-barang berharga saya menyewa loker kecil dekat resepsionis dengan harga 20 PHP.

Suasana Dormitory dan Kamar Mandinya

Suasana Dormitory dan Kamar Mandinya

Jadi bila dirimu adalah seorang petualang, memiliki anggaran yang ketat dan menginap disini kurang dari 12 jam, hostel ini bisalah direkomendasikan Tapi kalau kamu bukan tipe pejalan seperti itu, saya sarankan untuk tidak menginap di hostel ini.

SM Mall Of Asia

Selesai mandi dan sholat maghrib, daripada bete di hostel, kami memutuskan untuk pergi ke salah satu mall ketiga terbesar se Filipina yaitu SM Mall of Asia. Ketika dibuka tahun 2006 Mall ini menjadi mall terbesar se Filipina sampai melorot menjadi urutan ketiga ketika SM City North EDSA dan SM Megamall mulai dibuka tahun 2008 dan 2011. Dari hostel tempat ini dapat dicapai dengan jalan kaki kurang lebih 5 menit (500 mt) ke depan gedung White Bird di Roxas Boulevard. Kemudian dari sana dilanjutkan naik jepneey warna kuning (Yellow Cab) jurusan Baclaran & SM Mall of Asia. Nama jurusannya “Baclaran – SM Mall of Asia via EDSA (Vice Versa)” tertera jelas di bodi samping mobil. Kalau bingung dengan pilihan jeepneynya bilang saja sama supir-supir yang berada di tempat itu untuk menunjukkan angkot menuju Mall of Asia. Biaya angkot menuju MOA adalah 8 PHP perorang. Peta jalan kaki dari hostel menuju pangkalan bis dan jepney menuju MOA dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Peta Jalan Kaki dari Manila International Youth Hostel (A) ke Pangkalan Jeepney Menuju MOA (B)

Peta Jalan Kaki dari Manila International Youth Hostel (A) ke Pangkalan Jeepney Menuju MOA (B)

Perjalanan dari hostel ke MOA memakan waktu kurang lebih 45 menit melewati jalan-jalan Manila yang padat. Aduh, baru kali ini saya melihat lalu lintas yang ruwet dan padat dengan sopir-sopir jeepney yang ahli menyelinap sana sini mencari jalan. Rasa-rasanya lalu lintas disini jauh lebih parah dan ruwet daripada Jakarta. Beberapa kali saya harus menahan napas ketika jeepney yang saya tumpangi hampirrr saja menabrak bagian belakang mobil didepannya. Tapi rupanya para penumpang lain sudah terbiasa dengan situasi seperti itu karena hanya saya saja yang tampangnya ngeri nggak karuan.

Yellow Cab Baclaran - SM Mall Of Asia via EDSA

Yellow Cab Baclaran – SM Mall Of Asia via EDSA

Saya baru bisa bernafas lega ketika turun di depan Mall of Asia. Begitu turun, pemandangan yang paling menonjol di mall ini adalah adanya bola globe raksasa di depannya. Pada saat malam hari seperti saat ini, bola globe ini diterangi oleh LED Display dan lampu warna-warni sehingga tampak lebih menarik daripada siang hari. Dengan luas sekitar 4 hektar sungguh mustahil bisa memutarinya dalam sekali kunjungan. Pantas saja banyak teman-teman traveler yang main kesini tidak hanya satu kali tapi berkali-kali selama ada di Manila. Tapi untuk pandangan sekilas, kita bisa naik Free Tour Tram Shuttle Service yang disediakan pihak pengelola MOA. Tram berkapasitas 20 orang ini ini beroperasi dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam dan berhenti di 5 titik tram stop yang tersebar di area mall. Dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit untuk melengkapi satu putaran penuh. Lumayanlah untuk melihat garis besar mall.

Peta MOA Tram Shuttle

Peta MOA Tram Shuttle

Bentuk Tram dan Haltenya

Bentuk Tram dan Haltenya

Turun dari tram, kami mulai mencari tempat makan untuk perut yang sudah keroncongan. Baru teringat kalau terakhir kali makan adalah di Kalibo Airport. Setelah putar-putar kami menemukan Martabak Cafe yang terletak di Ground Floor North Park Building dekat dengan SM Hypermarket dan tram stop no. 4. Selain menyediakan menu-menu halal, restoran ini mengkhususkan diri pada masakan Indonesia. Walaupun bertuliskan Indo – Malay Food tapi saya yakin 100% kalau pemiliknya pasti orang Indonesia karena dekorasi meja dan ruang dalamnya semua bernuansa Indonesia. Meja-meja di bagian luar dialasi kaca dengan pemandangan-pemandangan indah tempat-tempat wisata di Indonesia. Interior dalamnya juga dihiasi dengan lukisan-lukisan wayang dan tulisan-tulisan berbahasa Indonesia.

Martabak Cafe

Martabak Cafe

Makanannya lumayan enak, cukuplah untuk mengobati rasa kangen masakan Indonesia. Jadi walaupun harga makanannya diatas budget, pada hari terakhir di Manila saya menyempatkan makan lagi di tempat ini. Menu makanan dan harganya dapat dilihat pada gambar diatas. Lebih jauh tentang fasilitas-fasilitas dalam Mall of Asia akan saya terangkan di hari ke 8 dalam seri Filipina ini. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika kita meninggalkan mall ini. Sempat was-was juga kalau tidak kebagian yellow cab jurusan Baclaran tadi. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya yellow cabnya datang juga. Jangan lupa sebelum naik tanya pada sopirnya apakah mobil ini mengarah ke Roxas Boulevard atau tidak. Saat naik perhatikan benar-benar jalannya dan minta pak sopir untuk turun di halte Airport Road yang berjarak 250 mt dari hostel. Sebelum pulang kami mampir dulu di 7 Eleven terdekat untuk beli cemilan karena suami saya bertekat untuk tidur saja di ruang tamu depan resepsionis daripada tidur di kamarnya. Saya yang mendengar niatnya hanya senyum-senyum saja, halah paling nanti kalau ngantuknya tidak tertahankan dia pasti akan tidur di kamarnya seburuk apapun kamar itu 🙂 .

Biaya Hari Ke 4

Biaya Hari Ke 4

 
5 Comments

Posted by on November 13, 2014 in Boracay, Filipina, Kalibo

 

Tags: , , , , , , , , ,

5 responses to “Hari Ke 4 : Boracay-Kalibo-Manila (Bakhawan Mangrove Park & SM Mall of Asia)

  1. winnymarch

    November 13, 2014 at 11:53 pm

    kakak jam terbangnya tinggi heheh

     
    • aremaronny

      November 15, 2014 at 12:46 pm

      He he…sama saja kok…

       
      • winnymarch

        November 15, 2014 at 8:17 pm

        Hehehe

         
  2. tony

    November 19, 2014 at 1:58 pm

    Solid writing, as always!
    ‘Glesotan’ huehehe bahasanya 😀
    Tulisan yurop-nya ditunggu ya mbak! 🙂

     
    • aremaronny

      November 20, 2014 at 7:08 am

      Ha ha ha iya mas Tonny….masih berjuang terus nih…

       

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: