Oleh : Vicky Kurniawan
Terletak 80 km di sebelah Selatan Pattaya, Koh Samet merupakan destinasi yang cukup populer bagi turis asing untuk menikmati kelembutan pasir putih dan kejernihan laut semenanjung Thailand. Dengan panjang sekitar 7 km dan lebar 4 km, pulau ini sebenarnya tidak terlalu besar dan masuk dalam kawasan Khao Laern Ya – Mu Ko Samet National Park. Biaya masuk kawasan National Park sebesar 200 B dapat dibayarkan di pelabuhan Ban Phe, Pelabuhan Na Dan dan pelabuhan Hat Sai Kaew. Tapi kalau ikut tour seperti kita, tiket tersebut biasanya sudah termasuk dalam harga paket (tanya dan pastikan dulu sebelum membeli).
Sayangnya walaupun sudah dimasukkan dalam kawasan National Park, pembangunan hotel dan bungalow masih saja terus berlangsung yang tentu saja berakibat pada sumber daya pulaunya. Banyak hotel dan bungalow yang membuang air kotornya kelaut dan banyak juga yang landscapenya dibangun tidak sesuai dengan kontur tanah dan pulau. Tapi bagaimanapun juga, keindahan laut dan pantainya tetap menyejukkan jiwa dan merupakan salah satu pilihan destinasi bila pergi ke Pattaya. Untuk paket tour satu hari ke pulau ini saya dikenai biaya 830 B atau sekitar Rp. 249.000. Di dalamnya sudah termasuk transportasi pulang pergi dari hotel ke Koh Samet, biaya masuk pulau dan makan siang. Biaya sewa kendaraan untuk mengeksplore pulau tidak termasuk dalam paket ini. Jadi pada dasarnya mereka hanya mengantar dan memberi makan siang. Perjalanan menuju Koh Samet memakan waktu kurang lebih 3 jam (pulang pergi berarti 6 jam) dengan kesempatan menjelajah pulau hanya 4 jam. Jadi yah, kita memang tua di jalan :).
08.00 – 10.45 Perjalanan menuju Koh Samet
Jam 8 pagi tepat, sudah ada minivan yang nongkrong menjemput kita di depan Tune Hotel. Karena tidak sempat sarapan, kami membeli nasi bungkus dari penjual keliling yang naik sepeda untuk dimakan di van. Perjalanan ke Ban Phe, pelabuhan terdekat menuju Koh Samet memakan waktu 1 jam 15 menit. Disitu, kita turun di di kantor travel agennya dan diajak jalan kaki menuju Chokkrisda Pier untuk naik kapal menuju Pelabuhan Ao Wong Duan di Koh Samet. Ban Phe Pier sendiri memiliki 5 sub pier yang masing-masing memiliki jurusan dan fasilitas ferry yang berbeda. Jadi kalau tidak ikut tur, berhati-hatilah saat naik kapal di tempat ini.
Teman seperjalanan kita kebanyakan turis bule dan herannya banyak yang berasal dari Rusia. Begitu sampai di pelabuhan Ban Phe, sudah ada kapal yang menunggu. Kapalnya sih menurut saya standar, memang kelihatannya kurang bagus karena kecil dan terbuat dari kayu dengan cat yang sudah mengelupas disana sini. Selain itu, seperti juga kapal-kapal penyeberangan di Indonesia, tidak ada peralatan keselamatan seperti pelampung atau life jacket yang memadai. Kelompok turis Rusia sempat protes juga “Is it your called ferry ?” dan sambil nggrundel dalam bahasa Rusia mau nggak mau mereka akhirnya masuk juga. Rupanya definisi ferry memang berbeda di tiap negara :).
Perjalanan dengan ferry dari pelabuhan Ban Phe ke Ao Wong Duan memakan waktu kurang lebih 1 jam. Sebenarnya Koh Samet sendiri memiliki dua pelabuhan yang bisa disinggahi dari Ban Phe, yang pertama adalah Na Dan Pier di sebelah utara dan Ao Wong Duan Pier yang terletak hampir ditengah. Jadi kalau perginya tidak pakai tur, sebelum naik perahu di Ban Phe pastikan dulu kita ingin mendarat di pelabuhan yang mana. Walaupun kedua pelabuhan itu hanya berjarak sekitar 3 km keduanya memiliki kapal yang berbeda. Peta pulau Ko Samet ada pada gambar dibawah ini.
10.45 – 12.30 Eksplore Koh Samet
Begitu sampai di pelabuhan Ao Wong Duan, kita langsung diturunkan di depan hotel Malibu Garden Resort. Hotel ini memiliki restoran dan tempat duduk-duduk yang langsung menghadap ke laut. Jadi begitu turun dari kapal, kita langsung memilih tempat yang paling enak. Sebenarnya tanpa payungpun tempatnya sudah cukup teduh karena banyak pohon-pohon yang menaungi. Makan siang akan disajikan jam 12.30, jadi kita punya waktu kurang lebih 1.5 jam untuk menjelajahi pulau ini.
Cara paling enak menjelajahi pulau ini adalah dengan menyewa sepeda motor. Dari Malibu Garden Resort cari saja petunjuk jalan bertuliskan “TAXI” yang terletak disamping hotel. Tulisannya berdekatan dengan “Samed Cabana Resort”. Ikuti terus jalan kecil tersebut sampai ke tempat persewaan sepeda motor dan taxi. Biaya sewanya berkisar antara 150 – 300 B perjam tergantung jenis motornya, kalau tidak bisa naik sepeda motor bisa naik taxi-songthaew yang harganya lebih mahal, 200 B sekali jalan (bila dicarter semua), atau 20 sampai 60 B bila share dengan penumpang lain. Harga tersebut bervariasi tergantung pantai mana yang ingin dituju. Bila mengeksplore pulau ini jangan harap bertemu jalan mulus beraspal bak pipi bayi. Kebanyakan jalannya berlubang dan jelek sehingga hanya disarankan bagi pengemudi yang jam terbang setir motornya sudah tinggi :).
Pantai-pantai yang bisa dieskplore selama 1 jam antara lain : Pantai Ao Cho, Pantai Ao Nuan dan Pantai Ao Tub Tim. Pantai Ao Cho, pantainya lebih sepi dan lebih tenang dengan bentuk pantai menyerupai bulan sabit. Disini pantainya lebih berkarang tapi pasirnya tetap sama seputih dan selembut bedak bayi. Pantai Ao Nuan, salah satu pantai terpopuler di Koh Samet, pantai ini terbentang sejauh 500 meter dan merupakan pusat wisata air. Airnya cukup jernih dengan warna pasir coklat keemasan. Pantai Ao Tub Tim, satu lagi pantai yang sepi dan berkarang, tapi garis pantainya yang lebar menjadikannya tempat yang ideal untuk mencoba olahraga air. Setelah selesai menelusuri ketiga pantai ini kami kembali ke Ao Wong Duan untuk makan siang.
12.30 – 13.00 Makan Siang
Makan siangnya disediakan tidak menggunakan sistim prasmanan, modelnya seperti makan di rumah makan Padang. Kita duduk dan pelayan menyajikan berbagai jenis makanan dengan jumlah lebih dari cukup untuk dimakan berempat. Menu makanannya bermacam-macam, ada ayam, daging, ikan dan berbagai jenis sayuran. Untuk amannya kami memilih makan ikan dengan sup tom yam. Rasanya standar, tidak terlalu enak tapi juga tidak “tidak enak”. Kitapun bisa memilih, mau makan di meja restoran atau membawanya ke pinggir pantai. Selesai makan, sekarang waktunya untuk relaks dan berenang di pantai Ao Wong Duan.
13.00 – 15.30 Berenang dan Santai di Ao Wong Duan
Boleh dikatakan setelah tujuh hari melakukan perjalanan, inilah saat tersantai dan terelaks. Pantai Ao Wong Duan masuk dalam daftar pantai terideal versi saya. Pasirnya putih bersih selembut bedak bayi dan pantainya tidak tandus karena penuh dengan pohon-pohon. Tempat yang sangat ideal untuk berenang karena ombaknya tidak terlalu besar serta airnya yang bersih dan jernih. Satu lagi yang paling saya suka, pantai ini tidak ada batu karangnya. Bahkan ketika saya berenang sampai jauhpun, tidak ada batu karang yang mengganggu. Enak sekali karena kaki jadi tidak sakit karena menapak kelembutan pasir terus sampai ketengah. Tapi satu kelemahan pantai tidak berbatu karang yaitu jarang ada ikan dan tidak ada keasyikan mengamati pernik-pernik laut seperti keong, bintang laut dan pecahan batu karang kecil-kecil seperti yang biasa saya lakukan di pantai.

Kejernihan Pantai Ao Wong Duan (Photo By : http://www.thetrippacker.com)
Puas berenang, saya tidur-tiduran (sampai ketiduran beneran) di kursi pantai sambil mengamati dan mencoba makanan-makanan yang dijual oleh para pedagang asongan. Dari seprei sampai buah-buahan dijual oleh mereka dan seperti biasa harganya bisa ditawar. Walaupun kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris, sungguh menyenangkan juga berbincang-bincang dengan mereka. Ada seorang penjual muda yang herannya selain menjual dagangannya sendiri juga membantu menjualkan barang salah satu penjual lain yang lebih tua. Barang dagangannya sama yaitu jagung dan buah-buahan. Tapi kalau ada orang beli, dia selalu mengambil dari keranjang si penjual tua. Ketika saya bertanya kenapa dia berbuat demikian, ternyata si penjual tua itu adalah ayahnya. Dia membantu menjualkan dagangan ayahnya dengan harapan barangnya cepat habis dan si ayah bisa segera pulang ke rumah.
15.30 – 18.30 Perjalanan Kembali Ke Pattaya
Akhirnya jam 15.30 tepat, peluit kapal berbunyi dan rombongan yang akan balik ke Pattaya dihimbau untuk naik ke ferry. Tidak semua rombongan yang tadi bareng kita kembali ke Pattaya, ada beberapa yang memilih tinggal di Koh Samet. Di kapal ini, saya sempat berkenalan dengan seorang ibu yang usianya sudah cukup tua. Ibu ini berasal dari Rusia dan hebatnya dia sudah berpergian kemana-mana seorang diri. Anak-anaknya sudah besar dan dia tidak ingin menghabiskan masa pensiun dengan duduk-duduk di rumah saja. Saya sempat bertanya kepadanya kenapa banyak turis Rusia di Pattaya (menurut data statistik hampir 60% turis di Pattaya berasal dari Rusia). Jawabannya sih cukup simpel saja, mereka punya penerbangan langsung ke Pattaya, tidak perlu pakai visa dan biaya hidup di Pattaya yang sangat murah menurut standar mereka. Selain itu dengan semakin boomingnya turis Rusia di Pattaya, banyak restoran, travel agen dan sarana-sarana pariwisata yang menyertakan bahasa Rusia sebagai bahasa kedua selain bahasa Inggris sehingga mempermudah mereka untuk berinteraksi.
Belakangan saya baca di berbagai media online bahwa “The Russian Domination” di Pattaya dan Phuket mulai meresahkan pelaku pariwisata Thailand. Akibat krisis di Eropa, banyak orang Rusia yang akhirnya menginvestasikan uangnya di Thailand. Mereka mulai membangun hotel, travel agen, restoran bahkan perusahaan taxi khusus berbahasa Rusia untuk mengakomodasi banyaknya turis Rusia yang mengunjungi Thailand. Sayangnya mereka lebih senang memperkerjakan orang-orang Rusia sendiri yang bertindak sebagai tour guide, supir taxi atau resepsionis hotel. Akibatnya banyak warga Thailand yang kehilangan mata pencaharian sehingga terkadang terjadi demo besar-besaran untuk memprotes dominasi Rusia di bidang pariwisata Thailand ini.
Turun dari kapal, kami pindah ke van menuju Pattaya. Didalam van ini kebetulan duduk bersebelahan dengan seorang turis Inggris yang keliatan banget mabuk laut, mukanya sudah eneg mau muntah. Karena kasihan, saya menawarinya antimo dan minyak angin punya suami. Dia pasrah saja waktu saya minta minum antimo plus antangin dan mau juga waktu disuruh mengusapkan minyak angin di hidung, pening dan belakang telinga. Sehabis minum obat, dia langsung tidur laksana pingsan. Sempat kuatir juga karena lama banget tidak bergerak-gerak. Waduh, kalau sampai si bule ini mati bisa mampus nih saya :). Saya kan tidak tahu bagaimana reaksi antimo + antangin buat ras Kaukasia dan saya juga tidak tahu sebelumnya dia makan atau minum apa (kalau liat baunya sih pasti habis minum bir). Pelajaran berharga juga supaya tidak memberi obat orang sembarangan :). Untungnya setelah hampir 1 jam, dia bangun dan pas saya turun di Tune Hotel, si bule sudah bisa muntah-muntah banyak sekali . Sorry ya mister :). At least, I know that you still alive :).
Central Festival Pattaya Beach
Selesai mandi dan sholat, kami keluar lagi untuk makan malam. Tidak ingin jalan terlalu jauh, kali ini yang disasar adalah Mall Central Festival Pattaya Beach yang terletak kurang lebih 1.5 kilometer dari hotel. Salah satu mall terbesar di Pattaya ini merupakan high class department store yang banyak menjual produk-produk bermerk seperti Swarovski, Armani Exchange, RIPCURL, FCUK, Lacoste, Adidas, Nike. Baju mendominasi mulai dari Ground Floor sampai Third Floor. Dari Ground Floor sampai Second Floor didominasi oleh produk-produk elektronik dan Handphone. Apple fans bisa membeli produk-produk Apple di I-Studio shop dan para penggemar elektronik bisa membeli barang-barang elektronik di Power Buy yang berada di first floor.
Untuk makan malam, kami menuju Food Court di B floor. Nama Food Courtnya adalah Food Park. Sistim pembayarannya sama seperti Food Court lain di Bangkok dengan menukar uang menjadi Food Court Card sebagai alat pembayaran disini. Beberapa alternatif Fine Dining bisa dijumpai di third dan fourth floor (di lantai 4 nya ada restoran Lebanon Palace yang berlabel halal). Dari sekitar 20-an stand makanan di Food Court B-Floor ini hanya ada satu stand yang berlabel halal. Kebetulan stand ini menjual masakan India, jadi mau tidak mau malam ini kami makan masakan India sebagai makan malam. Enaknya, ketika dia tahu kalau kami muslim, penjualnya memberi nasi gratis, jadi hanya bayar lauknya saja. Harga makanan disini berkisar antara 40 B sampai 100 B. Mall ini memiliki nilai lebih karena punya mushola di lantai 5 yang terletak dalam Central Department Store berdekatan dengan area Central Workshop.
Central Festival Pattaya Beach Mall ini buka dari jam 11 pagi sampai 11 malam. Lokasinya kira-kira berada di Soi 9 antara Pattaya Beach Road dan Second Road. Peta jalan kaki dari Tune Hotel Pattaya ke Central Festival dapat dilihat pada peta dibawah ini. Selesai makan, kami naik baht bus kembali ke hotel berbarengan dengan orang-orang yang akan clubbing di bar atau jalan-jalan di area Walking Street. Yah, buat Pattaya, jam 9 malam serasa masih sore dan malam masih panjang. Tapi buat emak-emak seperti saya jam 9 sudah waktunya untuk tidur manis di hotel :).
mila said
April 23, 2013 at 6:07 pm
Koh samet asik yah… Dapet kenalan mama rusia juga ya disana mba, sama kyk aku wkt itu hahahahaa
aremaronny
April 24, 2013 at 6:36 am
He..he..nggak heran ya mil banyak ketemu turis Rusia di Thailand. Selain di Pattaya mereka banyak juga yang beredar di Phuket dan Krabi.
Affiliate Malaysia
May 9, 2013 at 1:57 pm
Mmm kan ke baik kalau semua blogger camnie… saya suka post awak.. tahniah…
etha
September 18, 2013 at 3:07 pm
Makasih mbak 🙂 detail banget dah. mbak vicky koh larn dgn ko samet beda kan mbak? jauhan mana ko samet atau kho larn island mbak?
aremaronny
September 18, 2013 at 6:38 pm
Tidak sama mbak Etha, lebih jauh Kok Samet daripada Koh Larn. Koh Larn itu bahasa thailand dari Coral Island 🙂
etha
September 20, 2013 at 4:30 pm
iya mbak 🙂 perjalanan sy singkat nantinya. cuma 5 hari. coral island menjadi alternative sy mbak, krn pantai yg eksotik jauh lbh indah di negara kt dan sdh sering sy kunjungi. tetapi kalo waktunya msh cukup apa salah nya sy ke coral, hehehe ada half day tour ke coral jg sih. hehe
mbak vicky sdh pernah ke pulau bintan? tepatnya di kepulauan riau tj uban. pantai lagoi,, bagussss bangettt mbak. 🙂 . selain mba suka go internasional sesekali mbak coba ber domestik 😀 , hehehe
aremaronny
September 21, 2013 at 6:27 am
he he he saya juga suka jalan-jalan di Indonesia cuman jarang ditulis aja 🙂
adityaprasetyo
February 15, 2014 at 6:35 pm
saya mau tanya nih mba
saya rencana 17-21 maret mau ke bangkok
nah rencananya tgl 18 saya ingin ke pattaya tapi saja
bisa nggak sih mba kalo kita langsung pesan tiket PP untuk hari itu bell tour di suvarnabhumi?
terus saya juga mau di drop dan di pick up di tune hotel juga seperti mba, nah apa kah bisa tuh saya di drop dan di pick up di tune hottel sedangkan saya tidak chekin di hotel tersebut?
thanks 😀
aremaronny
February 16, 2014 at 7:05 pm
Bisa mas Adit.
intan siregar
April 22, 2014 at 12:29 pm
aku dah baca semua cerita nya selama di bangkok..sumpah keren bgt !! informasi nya lengkap dan nginspirasi bgt.. tp sayang kok ga berkunjung ke museum maddam tussaud ya ? padahal aku mau tau info transport dan jarak tempuh kira-kira dr bandara suvarnabhumi ke maddam tussaud 🙂
aremaronny
April 23, 2014 at 1:04 pm
Terima kasih mbak Intan. Saya memang tidak ke Madame Tussaud yang di Bangkok karena saya sudah pernah mencoba yang di Hongkong :). Madame Tussaud Bangkok dekat dengan MBK dan Siam Paragon mbak.
Linda
July 25, 2019 at 12:31 pm
Hai sis mo ni saya kan mo ke bangkok dan pattaya bersama keluarga 12orang termasuk 2anak umur 3tahun. Saran sis bagusan ke bangkok dulu ato pattaya y mbak? Soalny kl ke bangkok dulu takut jd bawa byk brg ke pattaya. Hotel”ny aman g y sis? Kl nginap di a-one star hottel bagus g y mbak? Trima kasih
Vicky Kurniawan
July 26, 2019 at 8:03 pm
Halo mbak Linda. Menurut saya mending ke Pattaya dulu. Soalnya Bangkok surganya belanja jadi nggak enak memang kalau harus bawa barang-barang banyak ke Pattaya. A One Star Pattaya sejauh ini reviewnya bagus. Review lengkapnya bisa dilihat disini https://www.tripadvisor.com/Hotel_Review-g293919-d5510949-Reviews-A_One_Star_Hotel-Pattaya_Chonburi_Province.html