RSS

Hari ke 8 : Manila – Jakarta (Manila Baywalk, San Andres Market, Intramuros & Robinson’s Place Manila)

23 May

Oleh : Vicky Kurniawan

Sekitar jam 8 pagi, kami sudah makan pagi di 7 Eleven dan siap-siap check out dari hotel. Kebetulan menunya lumayan juga omelet tuna, telur dan nasi. Tidak lupa mengucapkan Bismillah semoga omeletnya digoreng dengan minyak yang halal 🙂 . Hari ini jadwal kita cukup padat karena saya ingin melihat salah satu landmark Manila yang begitu terkenal yaitu Intramuros sebelum terbang kembali ke Indonesia. Untung saja kami dapat penerbangan malam jadi punya waktu seharian untuk menjelajah Manila. Akhirnya setelah perut kenyang dan backpack dititipkan di hotel siaplah kami ke tujuan pertama hari ini yaitu Manila Baywalk.

Manila Baywalk Di Waktu Senja (Photo By : Stefan Munder)

Manila Baywalk Di Waktu Senja (Photo By : Stefan Munder)

Manila Baywalk

Terletak kurang lebih 400 mt dari Malate Pensionne Hotel, tempat ini dapat dicapai hanya 5 menit dengan jalan kaki. Peta jalan kaki dari hotel ke Manila Baywalk dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Manila Baywalk

Terbentang sejauh 2 km sepanjang Roxas Boulevard, Manila Baywalk seperti juga promenade di kota-kota lain menjadi tempat bagi warga kota yang ingin rileks, berolahraga atau sekedar berkumpul bersama teman. Tempat ini juga menjadi spot yang ideal untuk melihat sunset. Maka tidaklah mengherankan bila banyak acara musik dan kegiatan-kegiatan outdoor lainnya sering diselenggarakan disini. Tidak hanya itu, para artis lokal juga sering mengadakan pertunjukan akrobat, pantomim dan pertunjukkan jalanan lainnya.

Manila Baywalk

Manila Baywalk

Seperti saat saya berkunjung kesana, di Baywalk sedang diadakan peringatan hari kelautan (National Seafarer’s Day) yang diikuti oleh sekolah-sekolah pelayaran, organisasi kelautan dan badan swasta yang bergerak dalam bidang kelautan. Mereka berkumpul di Rajah Sulayman park dekat baywalk untuk memulai parade yang dimeriahkan pula  dengan marching band. Wah, saya jadi merasa beruntung karena tanpa sengaja bisa menyaksikan parade tersebut.

Salah Satu Peserta Parade

Salah Satu Peserta Parade

Selain sebagai ajang berkumpul, baywalk juga menjadi pusat makanan jalanan. Jadi kalau ingin tahu gimana sih street food Filipina mungkin disinilah tempat yang tepat. Salah satu jajanan yang saya coba disini adalah Sapin-Sapin yang artinya ” lapisan “. Bentuk dan rasanya mirip kue lapis Indonesia. Makanan ini terbuat dari ketan berlapis gula , air , santan ditaburi serpihan kelapa.

Penjual Makanan Jalanan di Filipina (Kiri) dan Sapin-Sapin (Kanan)

Penjual Makanan Jalanan di Filipina (Kiri) dan Sapin-Sapin (Kanan)

San Andres Market

Dari Manila Baywalk, saya berjalan kembali ke stasiun LRT Quirino. Rencananya dari situ mau naik LRT saja menuju Intramuros. Kebetulan pasar San Andres ini letaknya sejalan dengan stasiun LRT. Jadilah dalam perjalanan ke stasiun kami mampir dulu untuk sekilas pintas melihat pasar ini. Rute jalan kaki dari Manila Baywalk ke San Andres Market bisa dilihat pada gambar berikut :

untitled2

San Andres sebenarnya terkenal sebagai pasar buah. Walaupun tersedia juga barang lain seperti sayur, daging dan makanan laut tapi buah tetap menjadi dagangan utama di pasar ini. Jenis buahnya cukup bervariasi sayang harganya agak lebih mahal dibanding buah di pasar Chinatown. Menurut pendapat saya pribadi sebenarnya tidak ada yang istimewa dari pasar ini. Tapi entah banyak sekali bis turis yang berhenti disini.

San Andres Market

San Andres Market

Dari San Andres Market, kami melanjutkan perjalanan ke stasiun LRT Quirino untuk naik LRT jalur 1 menuju stasiun Central, stasiun LRT terdekat ke Intramuros.

Intramuros

Keluar dari stasiun LRT banyak pengemudi tricyle yang menawarkan tour keliling intramuros. Iseng-iseng saya mencoba tawar menawar harga dengan mereka sesuai dengan hasil browsing internet yang saya dapat. Akhirnya karena tidak dapat harga yang cocok, saya memutuskan jalan-jalan sendiri saja. Dalam rute walking tour di Intramuros ini saya menempatkan Fort Santiago yang terletak paling utara sebagai titik awal. Jadi dari  stasiun LRT, saya kembali tawar menawar dengan sopir tricyle untuk membawa kami ke Fort Santiago. Akhirnya disepakati harga 100 PHP (50 PHP perorang) dari stasiun LRT Central sampai Fort Santiago. Berikut peta rute walking tour saya disana:

Walking Tour Intramuros

Rute Walking Tour : Fort Santiago – Cathedral of Manila – Memorare Manila – Bahay Tsinoy – Casa Manila – St. Agustin Church

Didirikan kurang lebih 400 tahun yang lalu, Intramuros sebenarnya adalah Manila versi jaman dahulu kala ketika Spanyol masih berkuasa di sana. Kota ini secara mengagumkan bertahan dari berbagai macam serangan yang dilancarkan oleh para bajak laut Cina, Belanda, Inggris, Amerika dan Jepang. Sampai saat akhir perang Dunia ke 2 ketika Battle of Manila secara tragis menghancurkannya. Kota seluas 64 hektar ini dulunya khusus dihuni oleh orang Spanyol sementara penduduk lokal tinggal di sekitar kota. Di dalam kota banyak dibangun gedung-gedung pemerintahan, gereja, sekolah, biara, rumah sakit dan plaza-plaza model Spanyol. Sehingga tidaklah mengherankan bila dulu pengamanannya sangat ketat. Kota ini dikelilingi oleh 4 benteng pertahanan dengan jembatan angkat yang menghubungkan dengan daerah luar. Beberapa bangunan di Intramuros yang sempat saya kunjungi antara lain :

a. Fort Santiago

Setelah hiruk pikuk lalu lintas di luar, masuk ke dalam taman di benteng ini langsung terasa adem dan tenang. Walaupun saat itu hari Minggu, karena hari masih pagi tidak banyak turis yang datang sehingga benar-benar terasa seperti taman pribadi. Apalagi saat memasuki taman ada musik klasik yang mengalun melalui pengeras suaranya. Jadi terasa betah dan pengennya duduk-duduk saja disini sepanjang hari 🙂 . Selain terlihat asri karena bunga dan tumbuh-tumbuhan didalamnya, taman ini juga terlihat indah dengan patung-patung logam yang menghiasinya.

Pintu Gerbang Fort Santiago (atas) dan patung logam di tamannya (bawah)

Pintu Gerbang Fort Santiago (atas) dan patung logam di tamannya (bawah)

Fort Santiago ini dulunya memiliki banyak fungsi. Selain sebagai benteng, tempat ini juga berfungsi sebagai penjara bagi para aktivis, revolusionalis dan orang-orang sipil yang dianggap membahayakan pemerintahan. Masa tergelap benteng ini adalah saat dikuasai oleh Jepang dimana mereka menggunakan penjara bawah tanah untuk menyiksa para tawanan. Penjara bawah tanahnya terasa begitu mengerikan sehingga seberat apapun hidupmu tidak akan bisa dibandingkan dengan beratnya hidup bila menjadi salah satu penghuni disana 🙂 .

Fort Santiago dan Penjara Bawah Tanahnya

Fort Santiago dan Penjara Bawah Tanahnya

Benteng ini juga begitu terkenal karena disinilah tempat Dr. Jose Rizal (salah satu pahlawan nasional Filipina) ditahan dan menjalani hari-hari akhirnya sebelum ditembak mati oleh pemerintah Spanyol. Tidaklah mengherankan bila banyak kenang-kenangan Jose Rizal disana. Mulai dari dibangunnya Rizal Shrine sebuah bangunan yang dulunya merupakan tempat Dr. Jose Rizal menunggu eksekusi. Sekarang tempat ini dijadikan museum yang menyimpan barang-barang peninggalan almarhum termasuk sebuah guci kaca tempat disimpan salah satu tulang yang tertembus peluru. Di jalannya juga terdapat jejak kaki dari logam yang menunjukkan jalur jalan kaki Jose Rizal dari penjaranya di Fort Santiago menuju tempat eksekusi di Bagumbayan, Rizal Park.

b. Cathedral of Manila

Cathedral of Manila yang asli sebenarnya sudah hancur saat perang dunia ke 2. Katedral yang ini baru didirikan kembali tahun 1951 dengan meniru desain yang lama. Sayang saat kami kesana sedang diadakan misa sehingga tidak bisa bebas melihat-lihat interior dalamnya.

Bagian Depan Cathedral of Manila

Bagian Depan Cathedral of Manila

c. Memorare Manila

Tempat ini adalah sebuah monumen peringatan bagi warga sipil yang meninggal saat terjadi Battle of Manila yaitu perang merebut kemerdekaan Filipina. Saat itu Filipina dibantu Amerika melawan tentara Jepang dalam perang yang berlangsung selama 1 bulan. Untuk mengenang banyaknya korban warga sipil saat itu, maka para survivor dan ahli warisnya sepakat untuk membangun monumen ini.

Memorare Manila

Memorare Manila

Terletak di tengah-tengah Intramuros tepatnya di Plaza de Sta. Isabel yang berada di persimpangan General Luna dan Anda Streets, monumen ini menggambarkan seorang wanita bertudung sedang memangku seorang anak yang sudah meninggal dikelilingi oleh 6 patung lain dengan pose yang mengenaskan. Setelah istirahat sejenak disini, kami melanjutkan perjalanan ke Museum Bahay Tsinoy.

d. Bahay Tsinoy

Mulanya agak susah juga menemukan museum ini, karena letaknya ternyata berada didalam gedung Kaisa Angelo King Heritage Center. Bahay Tsinoy adalah sebuah museum yang menggambarkan kehidupan orang Cina di Filipina. Tapi jangan dibayangkan museum ini membosankan karena di dalamnya banyak terdapat diorama dengan detail-detail mengagumkan dimulai dari periode awal mereka mendarat di Filipina, masa pendudukan Spanyol, Amerika, Jepang, masa perang hingga masa kini. Bila melihat koleksi diorama dan membaca sejarahnya bisa dibayangkan betapa berat perjuangan orang Cina di Filipina. Dari jaman es, ketika Filipina masih tersambung dengan daratan Cina, mereka sudah berjuang menentang alam untuk sampai di negara ini. Saat pendudukan Spanyol ketika makin banyak orang Cina yang datang dan menjadi tulang punggung utama perekonomian, orang Spanyol mulai merasa khawatir sehingga terjadi pembantaian besar-besaran sampai pada puncaknya mereka diasingkan di suatu daerah tertentu yang bernama Parian. Sampai akhir abad ke 19 pun kehidupan mereka masih sangat susah tapi mereka terus berjuang membangun sekolah, rumah sakit dan kuburan milik mereka sendiri. Sampai pada akhirnya mereka bersama-sama dengan penduduk Filipina berjuang untuk kemerdekaan Filipina dan kembali diakui sebagai bagian dari warga Filipina.

Bagian Depan dan Bagian Dalam Museum Bahay Tsinoy

Bagian Depan dan Bagian Dalam Museum Bahay Tsinoy

Selain koleksi berbentuk diorama, mereka juga menyajikan berbagai macam koleksi porselen, foto-foto kuno, batu berharga dan kerang. Bila ingin berkunjung ke museum ini perhatikan jam kunjungnya yang agak antik yaitu hari Selasa sampai Minggu jam 1 siang sampai jam 5 sore. Bagi penyuka museum, ini adalah salah satu museum di Manila yang worth it banget untuk dikunjungi.

e. Casa Manila

Selain Bahay Tsinoy, museum kedua yang pantas banget untuk dikunjungi adalah Casa Manila. Terletak tidak jauh dari Bahay Tsinoy, museum ini mudah sekali untuk dicari karena terletak dalam Plaza San Luis Complex dengan petunjuk jalan yang lengkap. Kalau Bahay Tsinoy menggambarkan kehidupan orang Cina maka Casa Manila banyak bercerita tentang kehidupan orang Spanyol yang pernah menduduki Filipina selama kurang lebih 3 abad.

Bagian Depan Casa Manila

Bagian Depan Casa Manila

Casa Manila ini dibuat meniru bentuk rumah Don Severino Mendoza, salah satu pedagang terkaya saat itu. Interior dan eksteriornya berbentuk rumah kolonial lengkap dengan patio dan dinding serta lantai berbatu. Batunya terbuat dari granit yang jaman dulu banyak digunakan orang Cina sebagai pemberat bagi kapalnya. Cerdiknya setelah kapal mendarat, batu-batu granit tersebut dijual untuk dijadikan bahan pembuat jalan dan patio seperti gambar dibawah.

Patio di Casa Manila

Patio di Casa Manila

Museum ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama, seperti umumnya rumah-rumah jaman dahulu dijadikan toko atau disewakan untuk kantor. Lantai pertama ini terbuat dari batu. Lantai atas yang berfungsi sebagai tempat tinggal dibuat dari kayu sehingga mengurangi terjadinya bahaya bila terjadi gempa. Mengunjungi satu persatu ruangannya kita dapat membayangkan bagaimana kehidupan kelas atas orang Spanyol saat itu. Yang paling mengesankan bagi saya justru “Letrina”-nya. Letrina atau toiletnya berbentuk kursi dengan lubang di bagian dudukan. Kursinya dibuat untuk dua orang dengan bagian lengan disambung dengan meja kecil lengkap dengan bidak-bidak untuk main catur atau checker. Jadi jaman dulu orang bisa BAB berdua sambil main sekak 🙂 .

Bagian Dalam Casa Manila (Photo By : http://primer.com.ph)

Bagian Dalam Casa Manila (Photo By : http://primer.com.ph)

Sayangnya di dalam Casa Manila tidak diperbolehkan untuk difoto, jadi beberapa gambar diatas saya ambil dari Primer.com.ph. Di bagian kiri atas adalah Cuarto Principal atau kamar tidur utama yang harus rela diserahkan oleh tuan rumah bila ada tamu penting yang datang menginap. Di bagian kanan atas adalah Oratorio tempat anggota keluarga berkumpul untuk doa bersama setiap malam. Di bagian kiri bawah adalah Cocina atau dapur yang tungkunya terbuat dari campuran abu dan air supaya tidak mudah terbakar. Terakhir di bagian kanan bawah adalah Comedor atau ruang makan. Kunjungan kami di Intramuros berakhir di gereja San Agustin.

f. San Agustin Museum

San Agustin adalah satu dari empat gereja di Filipina yang dibangun pada masa pendudukan Spanyol dan termasuk dalam World Heritage Site Unesco. Selain gereja, di bagian ground floornya terdapat museum yang berisi berbagai macam artefak, patung-patung, lukisan dan foto-foto.

Bagian Luar San Agustin Museum (Photo By : Koleksi Pribadi

Bagian Luar San Agustin Museum (Photo By : Koleksi Pribadi)

Usai menjelajah museum kita bisa bersantai sejenak di Father Blanco’s Garden yang berada di bagian luar museum. Father Blanco adalah salah satu pastur yang mendalami ilmu tanaman terutama tanaman obat Filipina. Sayangnya, taman yang sekarang hanyalah tiruan karena taman yang asli habis terbakar saat terjadi Battle of Manila tahun 1945.

Robinson’s Place Manila

Dari San Agustin Church, kami mencegat trycle yang lewat dan tawar menawar untuk membawa kami ke stasiun LRT Central. Akhirnya dicapai harga 100 PHP yang saya bayar saat itu juga untuk mencegah terjadinya scam. Dari Central kami naik LRT-1 sampai stasiun Pedro Gil dan jalan kaki menuju Robinson’s Place salah satu mall yang dekat dengan stasiun tersebut. Kebetulan di mall ini ada 3 pilihan restoran makanan halal yaitu The Chicken Rice Shop yang terletak di Ground Floor, Arya Persian Restaurant di  2nd Level Midtown Wing dan Level 1 Alfresco serta Secret Recipe yang terletak di level 4. Kami pilih The Chicken Rice Shop yang harganya lumayan murah dibanding 2 restoran lain. Kita pilih paket spesialnya yaitu Hainanese Chicken Rice Meal. Kalau menurut saya rasanya cukup lumayan walaupun tetap tidak seenak makanan Indonesia 🙂 .

Menu The Chicken Rice Shops

Menu The Chicken Rice Shop

Setelah makan siang kami juga mampir di salah satu cabang Max’s Restaurant untuk membeli salah satu jajanan paling digemari di Filipina yaitu es Halo-Halo. Halo-Halo dalam bahasa Tagalog artinya “Mix”, jadi es halo-halo adalah es campur. Bentuknya tidak beda jauh dengan es campur Indonesia cuman yang ini memang lebih beragam isinya. Isi utamanya adalah es krim yang diberi topping kolang-kaling, jelly, Nata De Coco dan ditaburi kacang serta keju.

Es Halo-Halo di Max's Restourant

Es Halo-Halo di Max’s Restaurant

Dari Robinson Place kami jalan kaki ke hotel untuk mengambil backpack. Peta jalan kaki dari stasiun metro Pedro Gil ke Robinson’s Place dan ke hotel dapat dilihat pada peta dibawah ini.

 peta 6
Setelah mengambil backpack, kami masih punya waktu sekitar 30 menit untuk sholat dan sekedar mandi bebek di kamar mandi hotel. Dari hotel ke bandara, kami sepakat memanggil taksi. Disamping malas jalan kaki lagi ke stasiun metro, membayangkan umpel-umpelan dan masih harus oper bis lagi membuat kami memutuskan naik taksi saja. Akhirnya setelah tanya-tanya ke pihak hotel berapa harga taksi ke bandara, kami mencegat taksi yang lewat di jalanan depan hotel. Sengaja tidak minta tolong resepsionis karena ada charge tersendiri untuk taksi yang dipanggil via telepon. Untuk kelancaran menawar kami minta tolong satpam hotel untuk bicara dengan sopir sekalian tawar menawar harga bagi kita. Lumayan dapat juga harga 250 PHP untuk sekali jalan ke bandara. Perjalanan memakan waktu 30 menit dan ternyata enak juga nak taksi ke bandara (dasar ndeso) 🙂 . Sampai di bandara setelah urusan check inn selesai kami menukar semua peso yang kami punya di money changer terdekat. Sengaja ditukar semua ke dolar Singapura karena dalam waktu dekat rencananya mau jalan-jalan ke Singapura. Setelah tukar uang dengan PD kami antri di bagian masuk imigrasi. Sampai di depan pintu, kelihatan semua mengeluarkan uang pesonya untuk bayar airport tax. Gawat, ternyata airport taxnya belum termasuk dalam tiket, padahal uang pesonya sudah jadi dolar singapore semua. Untunglah setelah bicara dengan petugasnya kami diperbolehkan membayar dengan kartu kredit. Hah, baru kali ini bayar airport tax pakai kartu kredit. Jadi setelah urusan imigrasi selesai, maka resmilah kami meninggalkan Filipina. Paalam Na Filipin. Semoga suatu saat bisa kesini lagi dan menjelajah bagian Filipina yang lain.

Biaya Hari Ke 8

untitled8

 
11 Comments

Posted by on May 23, 2015 in Filipina, Manila

 

Tags: , , , , , , , ,

11 responses to “Hari ke 8 : Manila – Jakarta (Manila Baywalk, San Andres Market, Intramuros & Robinson’s Place Manila)

  1. Tony

    June 4, 2015 at 12:38 pm

    Hehe 🙂 akhirnya tamat juga jalan2 Philipina-nya.
    Ditunggu tulisan Yurop & trip terakhir yg ke C**** itu ya 🙂
    Survive jg kan? Dan pasti banyak pengalaman ajaib wkt disana 😀

     
    • Vicky Kurniawan

      June 8, 2015 at 2:53 pm

      Wuuuuaaaahhhhh….akhirnya aku bisa survive toilet Cina, naik bis di Cina mas Tony…he he he….

       
  2. Rifqy Faiza Rahman

    June 12, 2015 at 12:41 pm

    Ah akhirnya kelar juga, petualangan di filipina penuh cerita 🙂

     
  3. Nur Aulia

    June 25, 2015 at 7:37 am

    Baru saja menemukan blog ini dan langsung suka karena sangat terperinci bahkan semua detail harga disebutkan. jadi semakin gatel pengen backpacking nih :’)

     
    • Vicky Kurniawan

      June 30, 2015 at 7:51 am

      Terima kasih sudah mampir ya mbak. Ayo jangan takut untuk backpacker.

       
  4. ikamauliaw

    June 29, 2015 at 10:23 am

    waaaaaaah keren yaaaaa dengan budget segitu bisa ke manilaaaaaa.

     
    • Vicky Kurniawan

      June 30, 2015 at 2:38 pm

      He he he menurut saya ini masih kemahalan mbak Ika 🙂

       
  5. cecilia

    September 21, 2015 at 11:45 pm

    thanks banget mba…..blog nya asik banget dibaca….seolah2 kita pernah ke sana….
    tips2 nya oke banget…
    .waktu aku dan teman2 backpaker ke tokyo osaka kyoto……petunjuk2 mba….berguna banget…apalagi waktu kita ke arashiyama
    kita ada rencana ke boracay…kebeneran banget nih ada di blog nya mba vicky
    sekali lagi…thanks a lot mba

     
    • Vicky Kurniawan

      September 22, 2015 at 4:04 pm

      Terima kasih sudah mampir disini ya mbak Cecilia…

       
  6. Jeanne Sheren

    June 28, 2018 at 2:54 pm

    Hi Mbak Vicky, pertama kali nemu blog mbak wkt mau ke Jepang tahun 2014, dan kemaren ke Eropa pun lihat blog mbak.. dan skrg mau ke Filipin pun nyontek lg 😀 Thanks yah sangat membantu.. Cuma masih bingung nih antara Filipina atau Vietnam, pengen nya nyantai di pantai yg bersih.. Ada saran mbak? 🙂

     
    • Vicky Kurniawan

      July 21, 2018 at 5:30 pm

      Kalau pantai jelas Filipina dong ha ha ha

       

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

 
%d bloggers like this: